36. Accepted

172 37 40
                                    

ACC

Tiga kata itu tertulis jelas di kertas cover proposal yang Sehun bawa untuk bimbingan bersama Pak Bahari. Acc, singkatan dari accepted yang artinya proposal penelitian Sehun telah disetujui. Langkah pertama Sehun untuk menyelesaikan skripsinya telah mengalami pergerakan yang baik.

Sepertinya jalan Sehun untuk bertemu Pak Bahari hari ini adalah keputusan yang sangat tepat. Dosennya itu hanya memberi beberapa pertanyaan sederhana, lalu mengecek bagian yang harus Sehun revisi di pertemuan terakhir mereka. Dan setelahnya, Sehun diberi jalan super mulus untuk menerima persetujuan akan proposal yang telah dikerjakannya.

"Kalau bisa kamu langsung daftar sempro untuk minggu depan saja."

Tentu saja Sehun mengangguk setuju untuk ide yang diberikan oleh dosen pembimbingnya itu. Terlebih karena dia memang sudah menyiapkannya sebelum bertemu dengan Pak Bahari hari ini, tinggal mempelajarinya sedikit lagi sebelum menuju hari-H.

"Baik, Pak. Nanti saya akan langsung daftar untuk sempro," jawab Sehun yakin.

"Ini, nih. Saya suka sama mahasiswa yang sat-set kayak kamu ini. Semoga dimudahkan nanti, ya."

"Iya, Pak. Terima kasih banyak."

Setelah sedikit berbasa-basi dengan Pak Bahari, Sehun izin pamit untuk keluar ruangan. Dia diminta Pak Bahari untuk memanggilkan Ardan, salah satu temannya yang juga akan melakukan bimbingan hari ini dan sedang menunggu di luar ruangan.

"Dan, lo disuruh masuk sama Pak Bahari," ucap Sehun.

"Oh, iya." Cowok bernama Ardan tadi mengangkat kepala; dia sempat menunduk dan terlihat sangat fokus dengan ponselnya sendiri saat Sehun keluar dari ruangan tadi. Sehun memberikan tepukan pelan di bahu cowok tadi untuk mengambil atensinya.

"Gimana bimbingan lo tadi?"

"Aman. Langsung acc," jawab Sehun tanpa menutupi, bahkan ekspresinya sedikit mengejek juga. Sehun cukup akrab sama Ardan, jadi dia bisa sedikit santai untuk berkata seperti itu. "Lo juga, cepetan acc sana."

"Maunya juga begitu, anjir! Tapi Pak Bahari susah banget acc pengajuan gue. Judul aja masih ditolak mulu, anjir!"

Sehun tertawa saja menanggapi ucapan temannya walau dia sedikit prihatin dengan kondisi Ardan. Tepukan pelan dia berikan di pundak cowok yang mendesah dengan putus asa itu. "Moga hari ini judul lo diterima, ya, terus langsung gas bab satu sampai tiga."

"Ameennn!" jawab Ardan. "Gue masuk duluan, deh. Dengan doa Abah Sehun, moga hari ini gue acc juga." Cowok itu terkekeh keras sambil menepis lengan Sehun dari pundaknya.

"Anjing lo!" balas Sehun sambil tertawa juga.

"Oh, ya, lo mau langsung pulang?" tanya Ardan sambil mengambil tasnya yang sempat tergeletak di lantai. "Ada Rajika sama Aris di kantin, sapa tahu lo mau nyusul gitu?"

"Enggak, ah, gue langsung cabut aja. Ditungguin bocil soalnya."

"Bocil imajinasi lo?" dengkus Ardan.

Sehun tertawa saja. "Bocil asli anjir!"

Selama ini dia memang tidak pernah menutupi jika dirinya sudah memiliki seorang anak. Ketika fotonya bersama Jongin dilihat oleh teman di kampusnya pun Sehun selalu mengakui jika dirinya adalah ayah dari Jongin. Anehnya, tidak ada satupun orang yang percaya pada Sehun dan selalu menganggapnya mengarang cerita. Well, Sehun tries to be honest with the others, and it's not his business if no one believes in him.

"Ya udah, doain gue, ya, Abah."

"Iya anak setan," dengkus Sehun. "Good luck, deh. Gue langsung balik nih."

Papa's Diary •√Where stories live. Discover now