30. Call me freak

216 39 25
                                    

Kamu tahu, cahaya kalau terlalu terang juga yang terlihat hanya hitam. Kalau kamu terlalu percaya dengan segala yang kamu lakukan tanpa mau menoleh ke kanan dan kiri, tunggu saja sampai kamu melihat hasil dari keyakinanmu itu. Apa kamu yang buta, atau kami yang terlalu memaksa?

—Kim Soyoung


Sehun sempat terbangun sebentar sebelum Jongin membuka mata. Hanya saja dia merasa sangat lemas sehingga untuk sekadar bergerak pun rasanya tidak mampu. Sehun ingin menelepon seseorang untuk meminta tolong, tapi sekali lagi tubuhnya yang seperti ditonjok dari segala arah itu tidak mampu untuk diajak bekerja sama.

Saat Jongin memanggil namanya, dia merasakan nyeri luar biasa. Kepalanya berdenyut-denyut dan detak jantungnya jadi semakin tak beraturan. Saat Jongin memberi kecupan di wajahnya, Sehun sangat ingin membuka kelopaknya dan menenangkan si bayi, dia tahu dan menyadari semua tindakan Jongin untuk membangunkannya. Hanya saja, Sehun seperti berada di batas sadar dan tidak. Dia tahu, tapi tidak ada yang bisa dia lakukan saat itu.

Dalam hatinya, Sehun terus meminta maaf karena telah membuat Jongin mengalami mimpi buruk seperti itu. Bayinya harus berjuang seorang diri tanpa ada bantuan sama sekali.

Sehun berkali-kali tertidur dan kembali setengah sadar, dan dia berkali-kali harus mendengarkan tangisan Jongin yang ketakutan. Hingga suara Ko Jun terdengar, sedikitnya Sehun merasa lega dan dia jatuh pingsan.


Aroma antiseptik yang menyengat dan serangan rasa sakit di kepala menjadi hal pertama yang Sehun rasakan ketika kedua kelopaknya berusaha terbuka. Dia mencoba membiasakan matanya pada cahaya yang menerobos masuk ke retina. Tiga kali kedipan mata, dan satu kali pejaman yang cukup lama sebelum Sehun benar-benar yakin jika dia dapat melihat sekitar tanpa ada buram.

"Emh ...." Sehun melenguh pendek, sekali lagi dia merasakan sakit kepala yang luar biasa.

Ko Jun yang sedari tadi berada di samping ranjang Sehun segera menyadari jika adiknya itu terbangun. Dengan sigap Ko Jun meletakkan laptop yang dia pangku, lalu membantu Sehun untuk duduk terlebih dahulu.

"Minum dulu." Ko Jun berucap singkat sembari memberikan segelas air putih untuk Sehun. Karena tangan Sehun yang belum kuat memegang gelas itu sendiri, Ko Jun sekali lagi dengan sigap membantunya. Isi gelas tadi dihabiskan oleh Sehun. Saat Ko Jun mengembalikan gelas tadi ke nakas, Sehun mengamati sekitar secara perlahan. "Ini di rumah sakit."

"Gue tahu," balas Sehun lemah. Dari furnitur hingga fasilitas yang tertangkap oleh netranya, Sehun jelas tahu jika dia berada di rumah sakit saat ini. "Koko yang bawa gue ke sini?"

"Iya. Ayah minta saya buat cek kondisi kamu karena tidak ada kabar seharian, lalu Jongin yang bukakan pintu apartemen kalian." Ko Jun memberi penjelasan yang cukup singkat. Dia kembali duduk, lalu mematikan laptop yang menjadi temannya menjaga Sehun sejak beberapa hari yang lalu; Ko Jun bergantian dengan Ci Irene juga.

"Kamu sudah dirawat selama tiga hari karena terkena demam berdarah. Beruntungnya saya datang tepat waktu, dokter bilang kalau lebih terlambat lagi, entah apa yang akan terjadi sama kamu." Sambil menjelaskan keadaan Sehun, Ko Jun memencet tombol yang terhubung dengan perawat. Sehun diam saja karena dia sendiri tahu jika keadaannya mungkin sudah sangat parah hingga tidak sadarkan diri selama tiga hari.

"Biar dokter cek keadaan kamu dulu."

"Jongin ...."

"Aman, di rumah saya dengan cici kamu," balas Ko Jun.

"Makasih, Ko." Sehun berucap pelan. Dia merasa tenang karena ada yang menjaga anaknya.

"Ya."

Jawaban dari Ko Jun sedikit terdengar dingin, nadanya juga terdengar ketus. Sehun menoleh, tapi belum sempat dia berkata, perawat dan dokter sudah lebih dulu masuk ke ruangannya.

Papa's Diary •√Where stories live. Discover now