1. Papa's sanity

439 45 20
                                    

Biasanya tuh para bapak banyak ngomong semacam, "Nak, jangan kayak gini-gitu, ya, blabla," termasuk bapak gue kaann.

Tapi, gue nggak bisa kayak gitu. Bukan karena gue nggak peduli, tapi gue sadar diri sajalah.

Makanya, gue bilang ke anak gue, "Nak, bapak lo, nih, blangsak. Kalo lo mau ngikutin terserah, kalo mau jadi lebih baik, ya, syukur."

—Oh Sehun


Dari adegan Sehun ditampar bolak-balik oleh Yunho. Soyoung yang teriak histeris. Dan Jongin nangis bombay di pelukan neneknya. Waktu mengalir begitu saja. Dengan santai, konsisten, seakan-akan penderitaan Sehun saat itu bukanlah masalah besar dalam berjalannya tiap detik.

Seperti tebakan Sehun, meski orang tuanya marah dan sempat mendiamkan dia selama tiga bulan awal diketahuinya eksistensi Jongin, pada akhirnya Yunho dan Soyoung tetaplah orang tua yang tidak akan pernah bisa membenci darah daging mereka sendiri. Bahkan dalam tiga bulan itu pun Yunho serta Soyoung masih terus memantau keadaan Jongin, walau mereka tidak mau menemuinya secara langsung kala itu.

Sehun paham, orang tuanya butuh waktu. Mereka harus mencerna segalanya hingga dapat berbaikan dengan keadaan. Dan jelas, itu bukanlah hal yang mudah untuk memaafkan kesalahan besar seperti milik Sehun. Kesalahan yang sangat sulit untuk bisa dimengerti dari sudut pandang manapun. Bahkan Sehun juga merasa sangat berdosa karena membawa ayah dan ibunya ke titik terendah seperti itu.

Menjaga anak itu sulit. Menjadi single parent juga bukan hal yang mudah untuk Sehun lalui. Meski Sehun memiliki pekerja, waktu yang dia tetapkan hanya sampai sore. Sehun tidak suka orang asing berada di apartemennya terlalu lama, jadi setelah pulang sekolah dia yang menghandle semua urusan rumah. Termasuk Jongin di dalam kegiatannya itu.

Jongin sering menangis di tengah malah. Dan Sehun juga banyak tidak paham tentang apa saja yang harus dia lakukan di situasi seperti itu.

Kapan Jongin menangis karena haus. Kapan waktu bayinya itu rewel karena popok yang penuh. Dan kapan saat-saat Jongin memecah heningnya malam karena merasa tidak nyaman.

Sehun harus mempelajari segalanya seorang diri. Terlalu terlambat untuk melakukan kelas pra-parenting. Tapi tidak ada waktu yang terlambat untuk memulai di saat dia sudah harus praktik.

Melelahkan, tapi sekali lagi itu adalah tanggung jawab yang harus Sehun pikul setelah berani ambil sebuah tindakan.

Meskipun Jongin hadir tanpa adanya persiapan, tapi Sehun tidak bisa angkat tangan ketika bayinya telah berwujud di dunia. Karena mau sejelek apa pun sikap Sehun selama ini, dia selalu berpegang teguh pada ucapan ayahnya. "Ayah tidak akan membatasi you dalam berbuat sesuatu. Terserah you mau dapat nilai jelek. Terserah you mau mabuk-mabukan juga. Tapi you harus ingat, semua tanggung jawab akan perbuatan you, ada di pundak you sendiri."

Yunho memang berkata akan membiarkan Sehun bertindak semau sendiri asal masih bisa menanggung segala beban tanggung jawab akan tindakan yang dia ambil. Namun, Sehun juga tahu jika Yunho punya mata-mata yang akan selalu melaporkan kegiatan Sehun tiap tiga bulan sekali.

Mungkin Yunho juga sudah tahu jika Sehun pernah melakukan one night stand, hanya saja tidak ada yang pernah menduga jika kegiatan itu akan membawa Jongin ke dunia.

"I bukannya tidak mau mengakui Jongin as a part of our family. But, I think you harus menunggu sampai lulus sekolah baru memasukkan Jongin ke kartu keluarga. You sudah mau lulus, tinggal beberapa bulan lagi. Masih belum terlambat buat mendaftarkan Jongin dan membuat kartu kelahirannya saat itu. What do you think?"

Papa's Diary •√Donde viven las historias. Descúbrelo ahora