3. Kiddo

352 38 23
                                    

Dulu Ayah sering bilang, "Having a child doesn't mean someone is ready to be a parent. There are a lot of people who still act like a big kiddo when they already have their own child."

Tadinya saya tidak paham apa maksud dari ucapan Ayah, karena menurut saya, setiap orang pasti sudah siap menjadi orang tua ketika mereka memutuskan untuk memiliki anak. Sampai saya melihat kelakuan si bungsu di rumah kami.

—Oh Junmyeon


Jongin memakai hoodie pink yang panjangnya mencapai betis. Celana pendeknya yang anak itu kenakan tidak terlihat dari luar. Di kedua kaki mungilnya ada sepatu kain berwarna lavender membungkus. Jongin menutup penampilan dengan tas berbentuk kepala bebek berwarna putih.

Kaki mungil anak empat tahun itu melangkah menuju kamar atas, tempat Papa istirahat. Kamar Papa tidak pernah dikunci, jadi Jongin bisa langsung membuka pintu dan masuk. Jongin melangkah pelan, mendekati tubuh Papa yang sedang duduk di depan meja, mengetik dan mengetik. Tangan kanan Jongin menarik ujung kaos Papa. Papa tidak terusik sama sekali.

"Nanti, ya, Papa lagi nugas." Kalimat dari Papa membuat Jongin menghentikan kegiatan menarik ujung kaos itu.

"Papaa! Papaa! Nini dah ciap!" Tapi, tidak menyerah di sana, bayi itu mengeluarkan suara.

Suara cempreng Jongin yang memakai nada tinggi itu jelas mengundang atensi Sehun. Sehun mengernyit dalam, mencoba menilai penampilan Jongin yang kelewat rapi. Sehun jadi linglung sendiri.

"Siap? Siap ngapain, Cil? Mau pergi ke mana?"

"Pelgi maalll, Papaa! Pelgi mall cama Papa!" jawab Jongin semangat. Dia mau ke mall hari ini, makanya sejak pagi anak itu sudah sibuk menyiapkan diri.

Sebelah alis Sehun terangkat. Dia yang tadinya sibuk mengerjakan tugas kampus pun memilih untuk memberikan perhatian pada si kecil. "Pergi ke mall?" tanya Sehun.

"Um!" Jongin mengangguk senang. Dia sudah sangat siap untuk pergi bersama Papa sekarang.

"Sama Papa?" Sehun menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, Papaaa!"

"Memangnya Papa pernah bilang mau pergi ke mall, ya? Papa lupa?" Sehun menggaruk rambutnya sendiri.

"No, no. Papa no pomis Nini. Nini bawa Papa mall!"

Mata bulat Jongin menatap lurus ke arah Sehun. "Papa, pelgi mall, ya? Cama Nini, ya?" pinta Jongin dengan suara yang terdengar penuh harap.

Sehun menghela napas, jika sudah begini dia tidak bisa menolak. Kalau mau pergi keluar, Jongin memang selalu izin padanya. Biasanya sih pergi sama pengasuh dan supir, tapi sepertinya jika Sehun menolak akan membuat drama panjang nanti. Apalagi anak itu sampai bersiap sejak pagi, terlihat sangat bersemangat. Pasti Jongin telah memikirkan semuanya sejak kemarin, membuat ide sendiri untuk membawa Sehun pergi ke mall.

"Papaaa, mau, yaaa?" pinta Jongin lagi saat Sehun tidak juga menjawab.

Sehun menghela napas lagi. Minggu lalu mereka sudah keluar bersama, tapi tidak buruk juga untuk keluar lagi hari ini.

"Ya udah, Nini turun dulu, deh. Papa mau matiin laptop sama ganti baju." Sehun menerima ajakan pergi Jongin.

"No yama-yama, yaaa!" ucap Jongin. Dia bisa memasang senyum lebar karena Sehun sudah setuju untuk pergi bersama.

"Hm, iya. Sana, Cil, turun. Nggak boleh ganggu privasi orang."

"Huh! Apaciii pipacii, pipacii!" Jongin mengomel kesal, tapi tetap menurut untuk keluar dari kamar papanya. Dia akan menunggu di ruang tamu sambil meminum susu botol. Pergi keluar itu butuh energi yang sangaattt banyak, makanya Jongin harus mengisinya dulu.

Papa's Diary •√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang