13. The moment

254 46 16
                                    

Sekarang kamu tidak mengerti, tapi pasti akan ada masa di mana kamu akan berpikir, "Now I can feel what you felt in that moment, in that case. And I can't see you as a freak again. Because, if I were you I will do the same."

Soalnya, menjadi orang tua itu tidak hanya membuat kita belajar, tapi juga mengalami beragam warna yang baru.

—Oh Junmyeon


Saat membuka kamar, Sehun dapat mendengar suara Jongin yang samar-samar memanggilnya dalam tidur. Ce Irene duduk di samping ranjang anaknya, sambil sesekali mengecek suhu tubuh Jongin; itu yang Sehun tangkap karena saat dia masuk Ce Irene sedang mengulurkan tangan dan menyentuh dahi Jongin.

Tidak ada suara dalam langkah yang Sehun ambil, kecuali detak jantungnya yang seperti merosot ke bawah. Di suhu kamarnya yang normal, Sehun bisa merasakan keringat dingin membasahi telapak tangannya. Plastik berisi obat sudah berada dalam genggaman, tapi sesuatu yang asing terus saja mengusik pikiran papa muda itu.

Sehun berhenti di samping tubuh Ce Irene, memberikan sentuhan ringan yang cukup untuk membuat kakak iparnya terkejut.

"Sehun sudah balik?" Pertanyaan retoris itu meluncur sebagai refleks lanjutan dari Ce Irene. Sehun mengangguk kecil. "Kamu mau mandi dulu? Cece bantu jagain Jongin selama kamu mandi."

Mulut Sehun hendak terbuka untuk menolak, tapi Ce Irene sudah lebih dulu kembali menguntai kata. "Kamu baru dari luar, nggak mungkin mau langsung ngurusin Jongin, 'kan? Imun anak kecil itu lemah."

"Minta bantuannya, ya, Ce." Dengan paparan yang Ce Irene berikan, Sehun akhirnya menurut. Terlebih, tadi siang juga dia hanya menyiram tubuhnya dengan air setelah memandikan Jongin. Sehun akan mandi dengan lebih bersih kali ini.

"Iyaa."

Setelah meletakkan plastik obat di meja kecil dekat ranjang, Sehun beranjak memasuki kamar mandi dengan satu setel baju di tangan. Handuk kering sudah tertata rapi di dalam, begitu juga dengan keperluan mandi lainnya. Sehun menutup pintu, meletakkan baju bersihnya di atas rak.

Hari ini sangat melelahkan, padahal mereka sedang berlibur. Pikiran Sehun juga menjadi kusut karena anaknya malah jatuh sakit di hari yang cerah.

Sehun memutar keran shower. Dia menunduk, membiarkan air hangat menetesi kulit tubuhnya hingga basah.

Hari ini memang melelahkan, dan Sehun ingin diam sejenak, dengan suara rintik-rintik dari air shower yang menghiasi udara sebagai obat penenang. He needs a moment, just for him. As him, only himself.

Sepertinya Sehun merasa dia telah kehilangan dirinya sendiri tanpa sadar. Dan dia butuh sedikit rasa tenang agar pikirannya kembali waras. Bahkan Sehun pun tidak mengerti tentang apa yang tengah dia rasakan saat ini.

Ada yang aneh, dan dia hanya merasa sangat lelah sekarang.

"Ce ...."

Wajah lembut Ce Irene terangkat, tertuju pada Sehun yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk kecil melingkari leher.

"Sudah selesai?"

Sehun mengangguk kecil. Tangan kanannya sedang sibuk bergerak untuk mengeringkan rambutnya yang masih basah. "Cece istirahat saja, gantian gue yang jaga Jongin," ucap Sehun.

"Ya sudah. Nanti kalau ada apa-apa, langsung ke kamar Cece sama Koko, ya?" pesan Ce Irene sembari mengangkat bokong dari kursi.

Sehun kembali mengangguk. Tidak lupa dia mengucapkan terima kasih karena Ce Irene sudah menjaga Jongin saat dia tidak ada di vila.

Papa's Diary •√Donde viven las historias. Descúbrelo ahora