2

47K 2.7K 9
                                    

Kanara tak habis pikir mengapa dirinya masih berada di dunia asing ini. Dunia fiksi, hasil khalayan penulis.

Kanara merasa hampir gila akan kenyataan yang ia terima. Kanara masih ingat sebelum ia masuk ke dalam novel berjudul Love Aurora yang baru Kanara baca prolog. karena belum sempat. Mendapati jiwanya terjebak di raga Tamara sang figuran.

Figuran yang namanya hanya di sebut sekali.

Waktu itu Kanara sedang menggosip dengan kedua teman sepermainan di rumah orang tuanya. Kanara sempat memejamkan mata sejenak sebab merasa ngantuk. Tetapi ketika matanya terbuka secara ajaib dirinya di kelas asing dalam keadaan berisik.

Awalnya Kanara bingung dan heran tapi kala paham apa yang terjadi, Kanara syok bukan main. Teman sebangkunya bahkan ikutan terheran-heran tingkahnya terlihat aneh mendadak.

Namun Kanara tak mempedulikan itu. Yang Kanara inginkan cuma pulang di tempat semestinya ia berada.

Ini jelas bukan dunianya

Bukan kehidupannya

Belum lagi ketika Kanara mengetahui, bahwa yang dia tempati sekarang tubuh figuran memiliki nasib sial. Bagaimana tidak sudah menjadi selingkuhan temannya; protagonis pria lalu di putuskan dengan alasan yang menurut Kanara amat tidak jelas.

Satu kata untuk Tamara BODOH

Dan sialnya sekarang ia berada di dalam Figuran bodoh sayangnya cantik.

Rasa kesal dan tak terima Kanara berganti dengan rasa iba. kala semua ingatan-ingatan tentang pemilik tubuh masuk ke otaknya bagai kaset rusak.

Kanara menghembuskan napas berat. "Figuran yang malang." Ia bergumam entah dalam keadaan sadar atau tidak.

Sudah seminggu Kanara di dunia fiksi ini. Masih ada secuil harapan untuk Kanara kembali ke tubuh aslinya. Tapi harapan itu ia simpan dalam-dalam.

Kanara berusaha belajar menerima takdir yang di beri untuknya. Takdir? Mungkin.

Sampai suara jeritan siswi-siswi menarik Kanara dari lamunan. Karena penasaran Kanara mengikuti atensi mereka ke arah pintu kantin.

Kanara mangut-mangut ternyata kedatangan empat cowok berparas rupawan membuat seisi kantin heboh. Kanara tidak heran lagi, hal seperti ini sudah sering terjadi di dalam sebuah novel. Klise.

Kanara menatap satu persatu wajah dari mereka. sampai maniknya berhenti pada sosok cowok paling mencolok di matanya.

Kanara hampir lupa cara berkedip saking terpesona, dengan tampang rupawan. Seumur-umur baru kali ini Kanara melihat cowok setampan dia. Bukan lebay tapi kenyataan. Mulut Kanara sedikit terbuka. "Gila, ganteng banget!"

Kanara masih memperhatikan dari cowok menjadi objek pandangannya, mengedipkan kedipan maut serta senyuman yang berhasil membuat kaum hawa menjerit. Hingga duduk di meja yang di tempati dua orang gadis.

Tersadar dari keterpukauan Kanara meringis malu, ia melihat sekelilingnya beruntung tidak ada yang memperhatikan dirinya. Kanara menghela napas lega.

"Mau kemana Lo?"

Suara berat menyapa indra pendengaran membuat Kanara menoleh. memperhatikan sekumpulan remaja, jaraknya hanya terhalang empat meja.

"Jadi tu cowok mau nyamperin si Aurora?" Kanara bergumam dengan tatapan tak terputus dari mereka, "Apa ini termasuk adegan novel?" Kanara ragu.

Aurora melayangkan tatapan tajam pada Heaven. Sementara Heaven malah mengulas senyum teramat manis dan itu berhasil menimbulkan jeritan kaum hawa lagi.

"Lepas!"

Tak memperdulikan permintaan Aurora. Heaven justru mengambil alih piring nasi goreng, di susul es teh milik Aurora, lalu di taruh di meja kembali. Tanpa melepaskan genggaman pada pergelangan tangan gadis beriris hazel.

Aurora tentu tak terima melihat perlakuan cowok yang suka seenaknya. "Heaven lepas!" tekan Aurora sambil berusaha melepaskan cekalan. Memang tidak sampai membuat tangannya sakit. Namun percuma sebab tenaga Heaven lebih kuat darinya.

Kini Heaven kembali menatap wajah cantik gadis itu, senyum manis masih tak luntur dari wajah tampannya.

Heaven menyipitkan matanya lalu terkekeh ringan. "Memangnya kenapa sih? gue kan biasa duduk sama Lo. Jadi ngapain mau pindah, disini aja." Heaven menarik tangan Aurora membuat gadis itu duduk kembali.

"Eya-"

Freya, gadis cantik bersurai lurus nan hitam itu tersenyum menenangkan. "Nggak papa Ra. Kita disini aja. Aku nggak masalah kok."

Aurora menghembuskan napas kasar. Dan Heaven tersenyum puas.

"Ooh jadi nama itu cowok Heaven. Kok kayak nggak asing sama itu nama. Apa cuma perasaan gue aja?" Kanara terdiam mencoba mengingat-ingat. Di detik selanjutnya bola mata Kanara melebar. "Antagonist Pria!"

Sekarang Kanara mengerti apa yang terjadi. Ternyata benar ini adegan antara protagonis wanita dan Antagonis Pria. Tapi yang masih menjadi pertanyaan Kanara adalah mengapa antagonis telah beraksi?

Bukannya masih setahun lagi alur novel di mulai?

Semua interaksi ketiganya tak luput dari pandangan Kanara. Aurora menyorot jelas tak suka dan Heaven memuja.

kedua sudut bibir Kanara tertarik keatas. "Ternyata seru juga ya, nyaksikan drama secara langsung gini." Lantas Kanara terkekeh.

"Gue cariin dari tadi ternyata lo disini," Kanara sedikit kaget kedatangan cowok berperawakan tinggi serta tegap. Wajah tak kalah tampan.

Memang di dalam novel tidak ada yang burik. Pikir Kanara.

Kanara mengelus dada dengan mata melotot. "Lo bikin kaget gue aja, El!"

Elmero cengengesan, cowok itu duduk anteng di depan Kanara. "Ya maap. Gue nggak tau lo bakal kaget. Lagi perhatikan apa sih, serius banget?" tanya Elmero heran.

Kanara menggeleng sebagai jawaban. Elmero Harvey- sahabat laki-laki satu-satunya Tamara punya.

"Mara,"

"Lo akhir-akhir ini gue liat kayak ada yang beda," Elmero mengamati wajah gadis di depannya yang sibuk dengan nasi goreng.

Tubuh menegang Tamara tak lepas dari pengamatan Elmero, wajah Tamara pun terlihat kaku. Elmero tak mengerti mengapa reaksi Tamara berlebihan.

Padahal ucapan yang ia lontarkan hanya ucapan biasa. "B-beda gimana?"

Elmero menghela napas sejenak. "Lo suka sendirian. Nggak pernah nungguin atau ngajak gue lagi dari minggu lalu." Elmero mengungkap keresahahnya.

Tamara mengusap tengkuknya, maniknya mengedar sana-sini.

Elmero yang peka bahwa Tamara tak bisa menjawab pertanyaan pun berkata. "Kalo nggak bisa jawab sekarang, nggak papa kok. Gue nanya gini karena khawatir,"

Kanara mengerut bingung. "Khawatir?" beo nya. Elmero mengangguk, "Khawatir kenapa? Gue baik-baik aja kok,"

Manik teduh Elmero berubah sendu dan penuh ketakutan yang tak Kanara pahami. "Lo menjauh dari gue ...."

Figuran TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang