20

13K 873 31
                                    

Happy reading

Semoga suka

Sentuhan terakhir lipbalm di bibirnya agar tak terlihat pucat kemudian Tamara menyambar tas punggungnya, terakhir ia mengambil ponselnya yang sedang di charger setelahnya gadis itu bergegas keluar kamar.

"Pagi nda!" Tamara menyapa saat melihat sang bunda tengah menyiapkan sarapan pagi di meja makan.

Ratih- wanita paruh yang masih tampak cantik dan muda di usia kepala empat, tersenyum hangat begitu bertatapan dengan sang putri. "Pagi juga anak bunda."

Tamara menopang dagu di meja ketika sudah duduk, gadis itu tersenyum cerah Ratih sudah tidak heran lagi sebab memang kebiasaan Tamara tiap hari.

"Makasih bunda cantik," Ia menyantap nasi goreng kesukaannya buatan Ratih dengan semangat.

"Pelan-pelan Mara. Nanti kesedak tau rasa. Masih jam berapa ini." peringat Ratih kala Tamara memakan terburu-buru.

"Takut nanti ketinggalan bus loh, nda," balasnya sedikit tak jelas karena masih mengunyah.

"Abisin dulu. Baru ngomong," Tamara mengangguk menuruti.

Beberapa menit kemudian ia menyelesaikan sarapannya, menyambar susu tersebut lantas menegaknya hingga tandas.

"Mara berangkat dulu, bentar lagi busnya pasti tiba." pamitnya seusai melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan.

Muncul kerutan halus di dahi Ratih, ketika mendengar penuturan Tamara yang lebih jelas dari awal. "Loh nggak berangkat sama El? Tumben," Ratih cuma heran saja tak biasanya, jika keduanya saling diam atau lebih mudah menyebutnya bertengkar rasanya tidak mungkin.

Bilapun benar takkan bertahan lama, Ratih sangat tahu bagaimana anak muda itu saling membutuhkan dan menyayangi, jadi mana tahan demikian.

Ratih menyambut Tamara yang hendak melakukan salim padanya. "Mara cuma nggak mau ngerepotin Mero lagi bunda, jadi mending naik bus aja pasti capekkan bolak-balik gitu." katanya serius.

"Mara berangkat, dadah nda!"

"Hati-hati nak!" Tamara mengancungkan jari jempolnya.

Mempercepat langkah kakinya kala di luar rumah Tamara melirik arlojinya sekilas lalu pandangannya lurus ke depan lagi. "Bentar lagi..." gumamnya.

Kini Tamara berlari supaya lebih cepat sampai di halte bus, saat sudah berjarak satu meter dari sana Tamara menyipitkan matanya memperjelas penglihatannya.

Tanpa berkata apapun Tamara dengan cepat mendekat pada sosok yang sedang duduk di kursi halte, seperti tengah menunggu bus. "Mero, lo kok disini?"

Sang empunya namanya lantas menoleh begitu mendengar suara amat di kenalinya, senyum tipis terbit di bibir cowok itu. "Sini duduk," Elmero menarik pelan tangan Tamara untuk ikut duduk tanpa membantah Tamara patuh.

Baru akan bersuara lagi bus yang di tunggu telah tiba, sekali lagi Elmero menarik tangannya naik ke bus yang rupanya belum penuh.

"El, lo tadi belum jawab pertanyaan gue," Tamara kembali mengajukan pertanyaan sungguh ia penasaran.

"Biasanya kalo orang di halte bus ngapain?" Cowok itu malah melontarkan pertanyaan juga.

"Nunggu bus lah,"

"Nah itu lo tau." jawabnya sambil terkekeh.

Tamara menepuk kuat lengan kokoh Elmero sebab gregetan, memang tidak salah tapi tidak benar juga, kan bukan itu yang di maksudnya. "Ish El, jawab yang bener napa?"

Figuran TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang