16

17.7K 1.2K 23
                                    

Happy reading

Makasih buat yang baca cerita ini🥺💗

Semoga suka ya

Tamara bersenandung kecil di setiap kakinya melangkah gadis yang mengenakan hoodie oversize, dengan celana panjang itu bertujuan ke minimarket terdekat di sore hari begini.

Ia berniat membeli bahan kue kebetulan stoknya habis, seperti pesan yang di beri Ratih padanya lewat telepon tadi siang. Sang bunda tidak sempat membeli sendiri di karena kan akan telat pulang.

Tamara dengan senang hati mengiyakan, sekali-kali jalan sore-sore, pikirnya.

Tiba di minimarket Tamara langsung mencari bahan yang di butuhkan. Setelahnya melakukan transaksi di kasir.

Gadis itu melangkah santai keluar dari sana bersama kantong plastik berlogo minimarket di tentengnya.

Tatkala tengah asik berjalan dua lelaki berpenampilan preman menghadang jalannya. Muka mereka nampak sangar serta berbadan besar.

"Hai cantik. Sendirian aja, mau di temenin?" sapa salah satu dari preman genit.

Tamara menelan salivanya kasar atmosfer tiba-tiba berubah tak nyaman. Ia mulai berjalan mundur dengan tampang was-was. "Sial banget gue." Tamara tak dapat mundur lagi karena sudah mentok di tembok.

"Mau kemana cantik?" Tampang tengil yang di tampilkan preman itu sangat menyebalkan di matanya, "Main bareng sama abang yuk? Kita senang-senang," setelahnya tawa kedua preman itu menggelegar.

Disisi kanan dan kirinya kini telah di hadang seolah menjaga agar Tamara tidak bisa kabur.

Tamara mengedarkan pandangan kesana-kemari berharap seseorang melewati gang sepi ini. Meski percuma harapan itu sia-sia belaka.

Dalam hati Tamara mengabsen berbagai binatang, sungguh kini Tamara kesal mengapa pula kedua preman ini berada disini. Sebelum-sebelumnya tidak pernah ada sebab bukan pertama kali ia lewat sini.

Atau sekarang Tamara sedang sial saja maka dari itu bertemu mereka.

Tamara memejamkan mata kala meraba saku celananya tidak menemukan ponsel. Kali ini gadis itu merutuki kecerobohannya, bisa-bisanya dalam keadaan genting tidak membawa ponsel.

Gagal sudah Tamara ingin menelepon seseorang meminta pertolongan. "Bodoh banget gue, astaga."

Tamara gelisah apa yang harus ia lakukan. Tamara perempuan biasa tidak pandai bela diri. Diamnya ia berpikir keras bagaimana cara bisa kabur.

Ia mulai mengambil ancang-ancang menendang titik kelemahan lelaki, walau merasa takut Tamara tetap memberanikan diri. Ini demi keselamatannya.

Namun sayang pergerakan Tamara dapat di baca salah satunya. Si preman terkekeh seram sepertinya keberuntungan tak berpihak padanya. "Tidak semudah itu," tangannya menahan lengan Tamara kuat.

Akibat Cengkraman tersebut menimbulkan rasa sakit di lengannya, Tamara meronta agar terlepas. "Lepas! Biarin gue pergi," pintanya dengan raut kentara panik.

Kantong plastik tadi sudah tergeletak mengenaskan di tanah.

Tubuh Tamara gemetaran saking takutnya. Bahkan keringat dingin mulai mengucur di pelipisnya. Kedua preman ini berubah semakin bringas.

Andai saja Tamara bisa menghilang mungkin saat ini ia sudah menghilang.

Apa ini termasuk adegan novel? Apapun itu Tamara tidak peduli yang di pikirkannya kabur.

Figuran TransmigrationWhere stories live. Discover now