13

22K 1.3K 24
                                    

Happy reading

Semoga suka

"Jangan ganggu gue lagi, Rin, kita udah selesai semuanya udah jelas dari dua hari lalu. Ingat lo punya tunangan. Gimana kalo tunangan lo tau gue nggak mau nambah masalah. Jadi menjauhlah." Setelah mengatakan kalimat yang mungkin saja menyakiti perasaan mantan pacarnya, Xabiru melangkah pergi tanpa menoleh.

Ternyata melelahkan juga menghadapi Arin yang selalu merecokinya sesudah hubungan mereka berakhir. Ini pilihannya. Mengenai mengetahui Arin memiliki tunangan belum lama ini, rupanya gadis itu menjadikannya sebagai selingkuhan.

Brengsek.

Xabiru tidak ingin tahu apapun lagi tentang Arin sudah cukup hatinya sakit karena fakta baru di ketahui.

Tujuannya sekarang adalah mencari Tamara gadis yang telah membuat harga dirinya terluka. Bagaimanapun caranya hari ini ia harus bisa berbicara dengannya.

Kantin dan juga kelas sudah Xabiru telusuri tetapi sosok yang di cari tak kunjung di temukan. Manik Xabiru menyapu sekeliling Bintara bersamaan kaki terus melangkah di saat itu pula ia menemukan sosok di carinya.

Tanpa menunda lagi cowok bersurai biru kegelapan itu membawa langkah lebar nya, mengikuti Tamara yang nampaknya keluar dari area toilet.

"Tamara!"

Bola mata coklatnya mengamati punggung Tamara yang telah berhenti, namun Tamara sama sekali tidak menoleh apalagi berbalik badan.

Xabiru melotot ketika Tamara melanjutkan jalannya tentu ia tidak membiarkannya, Xabiru raih pergelangan gadis itu.

"Ada yang mau aku bicarain."

***

"Waktu kalian sudah habis, selesai atau belum kumpulkan ke depan!" Intrupsi guru kimia yang biasa di panggil bu Dania kepada seluruh murid.

Seluruh murid dengan terpaksa mengumpulkan kertas berisi jawaban serta soal ulangan dadakan yang di berikan guru killer tersebut, padahal sebagian dari mereka belum selesai.

Salahkan memberi waktu singkat untuk menyelesaikan tugas, tanpa di beri ancang-ancang bila ada ulangan.

Begitu juga Tamara dan Elmero tapi beruntung keduanya sudah selesai, jadi tidak perlu khawatir nilai rendah walaupun rasa kesal masih ada.

Tamara mengambil tasnya yang di suruh di taruh belakang bangku dekat loker menaruh di mejanya lagi.

Sementara bu Dania baru saja pamit keluar karena sebentar lagi waktu istirahat tiba.

"Ngantin yuk El, laper banget perut gue, mana agak pusing lagi." keluh Tamara.

"Lo sakit?" Ekspresi Elmero berubah khawatir yang di tanggapi Tamara senyum geli.

"Nggak kok, ini pasti gara-gara gue belum makan makanan berat dari pagi." Tamara membalas apa adanya.

Elmero menghembuskan napas kasar, ia menyentil kening gadis itu pelan dengan mata melotot garang. "Kebiasaan lo Michelle, udah tau lambung lo bermasalah. Kenapa nggak bilang kalo belum makan?" Lantas Elmero menarik tangan Tamara keluar kelas.

"Nggak sempat weh. Dan soal nggak ngomong gue lupa hehe," tuturnya seraya mengikuti langkah Elmero.

"Tapi kesel gue belum ilang tau sama tu guru, hobi banget ngasih ulang dadakan bjirr, untungnya gue bisa tadi," raut jengkel gadis itu begitu kentara meski cowok itu tidak melihatnya karena fokusnya ke depan.

"Cukup tahu bulat aja dadakan ulangan jangan, ya kan El, harusnya gitu," Tamara meminta persetujuan Elmero.

"Iya-iya Michelle tapi tunda dulu ngomelnya, perut lo perlu diisi."

Figuran TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang