22

11.6K 779 21
                                    

Ada yang nungguin cerita ini update ga😂

Happy reading

Semoga suka

Waktu istirahat kali ini Tamara habiskan di perpustakaan membaca novel hasil pinjaman. Tentu ada Elmero di sini menemaninya padahal Tamara tidak meminta.

Baginya Elmero itu terlalu baik, terlebih dengan dirinya.

Elmero yang keras kepala tidak bisa Tamara bantah keinginan, alhasil di biarkan nya Elmero mengekori tadi layaknya anak ayam mengikuti sang induk.

Suasana tenang di dalam perpustakaan besar serta luas ini membuat Tamara nyaman, bau-bau buku ketika dia memasuki ruangan ini Tamara sangat menyukainya.

Hanya ada beberapa murid saja, memilih tempat di setiap sudut ruangan karena sebagian murid-murid pasti menghabiskan waktu di kantin mengisi energi.

Sudah dua puluh lima menit lamanya Kini hampir setengah lembaran novel tersebut ia baca, kening Tamara mengerut kala tidak mendengar suara Elmero atau sekedar pergerakan cowok jangkung itu. Lantas gadis itu menoleh ke samping kanannya menemukan Elmero yang menelungkup kepala di atas tumpuan tangan dengan mata terpejam.

Tapi headset bluetooth yang menyumpal di kedua telinganya masih belum terlepas.

Tamara menutup novelnya entah ada kemauan darimana Tamara ikut menelungkup kepalanya di meja memandangi wajah tampan Elmero yang tengah tertidur lelap, dengan kesadaran penuh bibirnya melengkung ke atas. "Ganteng banget,"

Sebenarnya Tamara begitu mengagumi sosok cowok di depannya, setiap kali melihatnya hanya satu kata terbesit di benak Tamara sempurna.

"Banyak cewek cantik di sekitar lo Mero dan mereka juga coba dekatin lo, tapi lo selalu menghindar kayak nggak mau ada yang ngedeketin," tutur Tamara sangat pelan, maniknya sedikitpun tak terlepas dari struktur wajah tampan.

Diam-diam selama ini Tamara sering memperhatikan orang-orang di sekitarnya, terlebih para gadis-gadis cantik yang mencoba mendekati Elmero.

Seperti yang di katakan Tamara tadi Elmero selalu menghindar dan justru semakin menempel padanya seakan berlindung di balik Tamara.

Bukannya kepedean namun itulah yang Tamara tangkap selama ini.

Bukan cuma itu dari ingatan yang Tamara dapat kan Tamara dulunya pernah di dekati teman, yang ternyata memanfaatkannya saja dengan tujuan agar dekat dengan Elmero.

Tamara tentu saja tak ingin di manfaatkan  ia bukan mak comblang, dengan berkata jujur gadis itu menjauhi mantan temannya, maka Tamara berpikir lebih baik tidak memiliki teman sesama perempuan.

"Apa jangan-jangan lo dah punya pacar?" usai mengatakan itu kelopak mata Tamara mulai tertutup, tanpa sadar ia tertidur.

Di saat yang sama pula mata Elmero terbuka lebar Elmero mendengar semua lontaran keluar dari mulut Tamara, ia tidak tidur cowok itu hanya memejamkan mata saja.

Dan untuk headset bluetooth yang di pakainya Elmero sama sekali tidak menyetel lagu.

Bertahan hingga enam menit di posisinya dengan terus memandangi wajah Tamara, tangannya mulai terangkat dengan gerakan halus ia menyingkirkan rambut panjang sang gadis yang menutupi wajahnya. "Lo Michelle ... Cuma lo yang gue mau jadi cewek gue,"

Sudut bibir Elmero berkedut menahan senyum ketika sesuatu terlintas di pikirannya.

Entah apa itu hanya Elmero yang tahu.

***

Semua murid-murid mulai berbondong-bondong keluar dari kelas seusai guru yang mengajar keluar serta bel pulang berdering dengan nyaring, Tamara yang masih duduk di bangkunya bersama Elmero memilih menunggu saja daripada harus berdesak-desakan.

Setelah merasa mulai senggang baru keduanya beranjak dari duduk lalu keluar dari kelas yang letaknya di lantai dua. Tiba di bawah tepatnya di lapangan utama karena memang mau menuju gerbang harus melewati lapangan utama ini.

Gadis dengan cardigan rajut diikat di pinggang itu tidak menyadari ikatan tali sepatunya terlepas, berakhir Tamara tersandung dan hal yang tidak di inginkan pun terjadi.

Tubuh Tamara tersungkur ke depan benturan kedua lutut juga lantai terdengar cukup nyaring.

"Aww, sakit banget,"

"Michelle!" Elmero yang kaget langsung berjongkok cowok itu sedikit menggeram ketika melihat kedua lutut Tamara berdarah.

Tanpa aba-aba Elmero menggendong tubuh ringkih Tamara dengan gerakan cepat ia berjalan sedikit tergesa-gesa. Tamara yang kaget reflek menggalungkan tangannya di leher Elmero. "Eh, Kita mau kemana? Nanti bisa ketinggalan bus terakhir El."

Elmero tidak menghiraukan ucapan Tamara setiba di tempat tujuan Elmero dorong pintu uks menggunakan kaki panjangnya, kemudian masuk mendudukkan Tamara di ranjang sana.

"Tunggu disini jangan bergerak, gue ambil p3k dulu."

Tamara diam memperhatikan Elmero yang sibuk membuka laci lemari dan berbagainya, raut wajah tanpa emosi Elmero tidak bisa Tamara tebak tapi satu yang Tamara tahu cowok itu tengah mengkhawatirkannya.

"Maaf udah buat lo khawatir." cicit Tamara begitu Elmero mendekat dengan membawa kotak p3k.

Tanpa menjawab ucapannya Elmero sibuk menuangkan alkohol di kapas membersihkan luka Tamara begitu hati-hati, Tamara mengigit bibir menahan ringisan yang hendak keluar.

Demi apapun ini perih dan sakit.

"L-lo marah ya?" Masih tidak ada jawaban dari cowok tersebut, Elmero sangat fokus dengan kegiatannya yang berganti mengoleskan salep ke luka Tamara, "Jangan gitu, gue takut..."

Cicitan selanjutnya Tamara berhasil membuat Elmero menghembuskan napas kasar, sebelum menatap sang gadis Elmero tutup kedua luka Tamara dengan handsaplast.

"Jangan di ulangi lagi, ngerti?" Tamara dengan cepat mengangguk, manik keduanya beradu sesaat, ekspresi Elmero juga balik ke semula, "Gue nggak suka liat lo luka." Usai mengucapkan itu Elmero merapikan kotak p3k dan mengembalikan lagi di tempat nya.

Sementara Tamara tertegun di tempatnya sampai Elmero menyadarinya, Tamara mengerjap kala cowok itu memunggunginya. "Apa?"

"Naik, mau pulang 'kan?"

"G-gendong?" mendadak Tamara jadi gagap.

"Iya, lo pasti susah jalan. Cepat naik."

"Tapi gue berat El..."

"Tamara..."

Bila Elmero sudah menekan suara penuh peringatan Tamara tidak berani membantah lagi, dengan agak susah Tamara naik ke punggung lebar Elmero dengan melingkar lagi tangannya di leher cowok itu.

Elmero langsung menahan kedua kaki Tamara di antara di pinggang, lantas berlalu pergi dari ruang uks.

Sampai di depan gerbang Elmero berhenti di depan sebuah taksi yang terparkir di dekat pos satpam, bahkan pintu penumpang taksi tersebut telah di buka.

Dengan penuh kehati-hatian Elmero mendudukkan Tamara di kursi di susul olehnya bersebelahan.

"Kapan lo pesan taksinya?" Tamara tidak akan bertanya mengapa tidak naik bus saja, sebab bus terakhir pasti sudah lewat.

Mengenai Tamara bertanya hal di atas karena seingat dirinya tidak melihat Elmero memegang ponsel, tidak mungkin tiba-tiba saja taksi datang.

"Tadi, berarti lo nggak sadar ya, sampe heran gitu." sahut Elmero.

Tamara menyengir tetapi di detik berikutnya bibirnya merengut. "Kalo memang takdir mau jatuh tetap jatuh juga meski di lain waktu, nggak bakal bisa menghindar. Untung sekolah udah sepi, kalo nggak aduh nggak kebayang gue." Tamara meringis sendiri membayangkannya.

"Lo nya ceroboh, Ra,"

Tamara menggaruk kepalanya tak bisa mengelak ucapan Elmero barusan.

•••

Sampai jumpa di chap selanjutnya gaes

Figuran TransmigrationTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon