28

5.8K 512 94
                                    

Kalian nemu cerita ini dimana?

Happy reading

Pernikahan orang tua Elmero terjadi karena sebuah perjodohan, mereka menerima perjodohan bisnis tersebut semata-mata hanya karena tak ingin di cap anak durhaka.

Mereka tidak pernah saling mencintai ini juga alasan Elmero kerap kali di abaikan, sebab Elmero di lahirkan bukan dasar cinta melainkan membutuhkan keturunan di jadikan pewaris satu-satunya.

Meski begitu orang tuanya tidak memiliki pemikiran untuk bercerai, lantaran di otak mama dan papa hanya ada harta dan harta, sibuk memperkaya diri sehingga keduanya tidak membutuhkan pasangan apalagi cinta.

Mengenai hubungan antara lain mau itu sebagai suami-istri, atau ayah-anak-ibu mereka sama sekali tidak mempedulikan itu.

Mereka serumah tapi tidak ada boleh yang mengatur dan di atur semuanya bebas, tentunya di larang mencampuri urusan pribadi. Tetapi bila di hadapan publik orang tuanya tanpa diminta paham harus menjalani peran masing-masing sebaik mungkin.

Egois, satu kata untuk mengungkapkan bagaimana sosok Serena juga Elvan.

Elmero mengecup punggung tangan sang nenek dengan tas punggung ia sampir di bahu kirinya. "El, pamit pulang dulu ya, nek. Nanti kalo libur El bakal main kesini lagi."

Sudah dua hari lalu Elmero izin untuk tidak masuk sekolah, demi menepati janji menginap di rumah neneknya yang berada di luar kota.

Janji ini sebenarnya sekedar pengganti lantaran Elmero tidak ingin mengikuti acara rutin keluarga, yang di adakan dua kali dalam setahun.

Yang menelepon dirinya di hari Tamara mengetahui Stefano merupakan temannya adalah sepupu Elmero, yang di minta sang nenek menghubungi Elmero untuk gabung dalam acara tersebut.

Ya walaupun tidak sesuai dengan kesepakatan di awal, katanya akan menginap selama seminggu.

Elmero memberi alasan jika dirinya tidak bisa izin tidak masuk melebihi dua hari, Elmero sudah di kelas dua belas yang berarti harus serius bila ingin lulus dengan nilai tinggi.

Untungnya neneknya tidak memaksa lagi dan mau mengerti.

"Hati-hati di jalan jangan ngebut bawa motornya, satu lagi kalo udah sampai rumah kabarin nenek, jangan lupa kamu?" Elmero mengangguk patuh dengan senyuman hangat mendengar wejangan dari wanita renta itu.

"Pasti nek."

***

Rasanya baru kemarin Tamara bersama Elmero duduk di kelas dua belas, sekarang mereka sudah berada di penghujung kelas dua belas. Sebulan lagi mereka akan melakukan ujian kelulusan.

Hari ini sekolah di pulangkan lebih cepat dari biasanya, pasalnya guru-guru mengadakan rapat mungkin mau membahas ujian yang akan di laksanakan.

"Masih jam segini mau jalan-jalan dulu atau langsung pulang aja, Ra?" Sembari berjalan menuju parkiran Elmero bertanya kepada Tamara di sampingnya.

"Gue ca—"

"Tamara!" Sebuah teriakan dari arah belakang itu membuat Tamara menghentikan kalimatnya, gadis itu berbalik otomatis pun Elmero.

Kening Tamara berkerut dalam melihat sosok di depannya. "Arin?"

Arin melirik kearah Elmero yang juga menatapnya sebentar, kemudian beralih ke Tamara lagi. "Ada yang mau gue omongin sama lo, penting," ujarnya dengan ekspresi serius.

"Sama gue?" Tamara menunjuk dirinya sendiri. Mendapat anggukan Arin Tamara semakin memandanginya penuh tanya, ini tak biasanya.

"Mau ngomong soal apa?"

Figuran TransmigrationWhere stories live. Discover now