25

7.7K 589 30
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak

Happy reading

Terhitung dua bulan terlewati setelah masalah antara hubungan persaudaraan Tamara dan Ella sama sekali tidak ada perkembangan, hubungan mereka kian hari terasa jauh.

Ella benar-benar menjauhinya bahkan orang tuanya saja sempat bertanya apa mereka memiliki masalah, tentu alasan yang Tamara maupun Ella berikan di buat-buat.

Tidak mungkin kan keduanya berkata jujur, ditambah penyebabnya adalah hanya karena seorang cowok.

Kakak beradik itu kompak berbohong bila mereka tidak bisa seperti dulu lagi, keduanya sudah sama-sama beranjak dewasa pasti di sibukkan dengan urusan masing-masing.

Beruntung ayah serta bunda mempercayai alasan tak masuk akal itu.

Sementara untuk Ansell sendiri seusai hari Tamara menolaknya selama seminggu Tamara tak melihat keberadaan Ansell di sekitar sekolah. Cowok itu seakan hilang di telan bumi. Namun tepat seminggu terlewati Ansell datang menemuinya menyelesaikan di hari itu juga.

Cowok itu bilang dia bisa menerima dan menghargai keputusan Tamara mengenai perasaannya, tapi jika Tamara meminta Ansell mencoba membuka hati untuk Ella Ansell tidak akan pernah bisa.

Ansell mengucapkannya dengan gamblang dan tegas kala itu.

Tak ada bisa Tamara lakukan selain bersyukur, merasa lebih dari cukup Ansell menghargai keputusannya tanpa ada perdebatan.

Itu adalah hari terakhir pembicaraan antara Tamara dan Ansell, karena setelahnya ia dan Ansell jarang bertemu bilapun bertemu mereka hanya saling menyapa satu sama lain.

"Mungkin memang lebih baik seperti ini, meski hubungan gue sama Ella udah nggak bisa kayak dulu lagi, tapi seenggaknya Ella nggak makin sakit." Kira-kira begitulah batin dan pikiran Tamara.

"Hei, kok malah bengong, apa nggak jadi beli novelnya?"

Lamunan Tamara buyar ketika suara berat Elmero masuk ke indra pendengarnya, mata Tamara berkedip pelan lalu gadis itu menggaruk kepalanya yang tak gatal sembari mengedarkan pandangan. "Eh udah sampai ya?" tanyanya dengan tampang bodoh.

Elmero menghela napas panjang sudah berapa kali ia panggil Tamara tapi tidak dapat jawaban, gadis itu larut dalam lamunan, kening Elmero mengerut. "Ada yang lo pikirin?"

"Nggak ada kok, cuma keingat Ella doang tadi makanya ngelamun." Tamara tidak berbohong, kan.

Lalu gadis itu bergegas turun dari motor membenarkan penampilannya lebih dahulu, kemudian tanpa segan menggandeng lengan Elmero, dengan tungkai kakinya memasuki area mall menuju gramedia yang ada di dalamnya.

Sedang Elmero senang-senang saja di perlakukan demikian, senyumnya merekah meski samar.

Kala sudah memasuki gramedia gandengan di lengannya terlepas, perhatian Tamara teralih pada jajaran novel-novel yang di susun rapi di rak buku.

Elmero hanya bisa mengikuti kemana dirinya melangkah.

"Mero! liat akhirnya novel incaran gue di pajang disini juga! Udah dari lama gue nunggu nih novel jadi."

Tamara berbicara dengan menggebu dengan mata berbinar-binar. Dari raut wajah gadis itu saja sudah terlihat bahwa ia sedang merasa senang.

Di peluknya novel cantik dengan sampul berwarna purple yang masih bersegel tersebut, ini akan menjadi miliknya.

Elmero yang mengamatinya pergerakannya sejak tadi  tersenyum gemas, tangannya terangkat mengacak surai Tamara. "Cuma mau beli itu aja kah?"

Tamara mendongak membuat ekspresi seolah tengah berpikir, baru gadis itu menjawab. "Iya deh, gue nggak mau boros soalnya,"

Figuran TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang