7

35.7K 2.5K 63
                                    

I like looking at her for a long time
-Elmero-

Kanara tidak bercanda mengatakan hendak bersama Elmero di banding Xabiru yang merupakan orang di cintai Kanara, dengan alasan mereka telah berjanji walau sebenarnya tidak sepenuhnya berbohong.

Karena sekali lagi yang sekarang di hadapan Elmero ataupun Xabiru bukan Tamara. Jiwa nya sudah di ganti kan oleh jiwa gadis asing berasal dari dunia nyata.

Kanara atau bisa kini kita sebut Tamara tidak mau pusing-pusing sekedar memikirkan bagaimana perasaan cowok ciri khas surai biru kegelapan itu, ke rumahnya pagi-pagi supaya bisa berangkat dengan Tamara.

Salah sendiri datang tanpa memberi tahu, tanggung resikonya. Bukan urusan Tamara 'kan?

Sementara Elmero tak menyangka bila Tamara benar-benar lebih memilih berangkat dengannya. Dulu meski pun mereka berjanji jika Xabiru menjemput Tamara, maka tanpa berpikir panjang sang gadis membatalkan janji cuma demi Xabiru.

Dan yang bisa di lakukan Elmero mengiyakan saja. Apapun ia relakan asal tak membuat Tamara bersedih sebabnya.

Akhirnya setelah menempuh perjalanan dua puluh menit dengan kecepatan sedang keduanya sampai di sekolah. Tamara turun dari motor sport putih milik Elmero seusai membuka helm.

"Mara."

Tamara menoleh ke arah Elmero yang masih duduk di jok motor dengan posisi ke samping. "Ya?"

"Tumben nggak mau sama Biru. biasanya 'kan lo kesenangan tiap di jemput sama dia, dan nggak bakal nolak." tutur Elmero pelan mengutarakan isi pikirannya yang sedikit mengganggu sejak tadi.

Tamara tampak terdiam sesaat, selang beberapa detik sang gadis menggeleng. "Malas gue." balas Tamara seadanya.

Kening Elmero mengerut mendapat jawaban demikian. Bingung apa yang di maksud Tamara. "Maksud lo? Gue nggak paham,"

Tamara menghembuskan napasnya panjang maniknya menyorot serius Elmero. "Gue baru sadar kalo selama ini gue salah, El. Nggak seharusnya gue respon cowok yang udah punya pacar buat dekatin gue. Jadi sebelum makin rumit masalahnya nanti lebih baik gue menjauh dari Biru, ya meski agak sulit sih tapi gue berusaha." Selesai menjelaskan Tamara melangkah pergi meninggalkan Elmero yang masih mencerna kalimat Tamara barusan.

Tersadar Elmero mengusap wajahnya, manik hitamnya memandang punggung kecil Tamara yang kian menjauh dari pandangan. Perlahan senyuman terukir di bibir Elmero yang tak bisa ia tahan lagi.

Sebelum Tamara tak terlihat di matanya lagi Elmero meneriaki namanya. "Mara, tungguin gue!"

"Makanya cepatan, bengong mulu sih lo!" Dengan debaran jantung yang berpacu kuat Elmero berlari kecil mengejar Tamara.

***

Bila di tanya kegiatan apa yang paling di sukai Elmero jawabannya simple memandangi wajah cantik Tamara, sahabat kecilnya itu. Contohnya seperti sekarang keduanya tengah duduk di rumput tanpa melakukan apapun, sembari menunggu waktu masuk yang tersisa sepuluh menit lagi.

Elmero tidak sedikitpun mengalihkan tatapan dalamnya dari Tamara dalam waktu cukup lama.

Tamara yang memang menyadari sedari tadi pun menoleh, maniknya keduanya bertubrukan selama beberapa detik. Sebab Tamara segera membuang muka ke depan.

Tak sanggup rasanya bertatapan lama pada cowok setampan Elmero. Tamara berdeham pelan menutupi kegugupan yang di dera mendadak. "Kenapa natap gue terus?" cicitnya begitu pelan tapi masih bisa di dengar Elmero.

"Gue suka natap lo." akunya tatapan Elmero sama sekali tak beralih.

Tamara menoleh ke samping dengan mata mengerjap beberapa kali. "Lo-"

Alis Elmero terangkat sebelah menunggu kalimat menggantung Tamara, namun gadis itu malah merapatkan mulutnya dengan posisi kembali seperti semula. "Gue kenapa?"

Di luar dugaan Tamara berdiri membersihkan belakang roknya lalu berucap. "Nggak. Gue ke kelas dulu bel masuk bentar lagi."

Tidak menunggu jawabannya gadis itu berlari secepat kilat sedangkan Elmero masih diam dengan wajah cengo nya. Namun tak bertahan lama kekehan geli keluar dari bibir Elmero. "Dia ... salah tingkah?" gumamnya tak percaya.

***

Tok tok tok

Ketukan pintu kelas mengundang perhatian Tamara yang semula membuka tas untuk mengeluarkan buku pelajaran, dan sebagainya ke arah pak Zero yang tengah mendekati pintu.

Bukan hanya Tamara tetapi seluruh penghuni kelas. Dari tempatnya dapat Tamara lihat bila pak Zero berbicara kepada seseorang di balik pintu.

"Silahkan masuk,"

Murid-murid kelas 11-3 memandang penuh penasaran siapa yang di ajak bicara oleh pak Zero, sampai ketika sepasang sepatu hitam putih menapaki lantai kelas dan berdiri tak jauh dari meja guru.

Suasana kelas mendadak heboh terlebih para siswi-siswi. Ternyata kelas mereka kedatangan murid baru.

Sementara fokus Tamara ada pada sosok cowok dengan proporsi tubuh atletis seukuran anak SMA, wajahnya yang indah namun datar dengan pembawaan tenang itu membuat Tamara tak bisa menyembunyikan keterpakuannya.

Dia sangat tampan melebihi tokoh-tokoh yang pernah Tamara temuin sejak berada di dunia ini.

"Perkenalkan diri kamu." Intruksi dari pak Zero selaku wali kelas ini memecahkan fokus Tamara.

"Stefano Antares Lorenzo."

Kening Tamara mengerut merasa tak asing dengan nama tersebut, gadis itu mencoba mengingat-ingat di detik berikutnya manik Tamara membulat perlahan kepalanya ia toleh kan ke samping kiri di mana tempat si tokoh utama perempuan berada.

Freya Meisie Lorenzo!

Mulut Tamara terkatup rapat sekarang ia mengetahui murid baru bernama Stefano itu kakak dari Freya si figuran sama seperti dirinya. Yang membedakan Freya adalah sahabatnya Aurora.

Pantasan saja aura nya begitu kuat terpancar, rupanya protagonis pria.

Bagaimana ini bisa terjadi walaupun Tamara baru membaca prolog Tamara menyadari jika yang terjadi kini tidak sesuai alur, semuanya telah melenceng.

Tamara masih ingat dengan jelas di prolog di jelaskan bahwa protagonis pria pindah ke sekolah ini dengan tujuan balas dendam atas kematian adiknya.

Alur belum di mulai, Freya masih hidup, Tamara belum menjadi selingkuhan Xabiru. Keadaan sekarang masih baik-baik saja mengapa protagonis pria telah muncul?

Tamara menghela napas panjang bila di pikir-pikir kenapa dirinya harus repot-repot memikir hal tidak penting, biarlah menjadi urusan para tokoh novel bukan?

Yang perlu Tamara lakukan demi kedamaian hidupnya cukup menjauhi dari teman Stefano, Xabiru. Dan tidak ikut campur dengan alur novel.

Ya, hanya itu yang perlu Tamara pikirkan.

Tamara menggangguk pelan senyum tipis tercipta di bibirnya lantas gadis itu melanjutkan aktivitas tadi yang sempat tertunda.

Semua tingkah Tamara tak luput dari pandangan Elmero yang duduk di sampingnya dari awal hingga akhir.

Figuran TransmigrationWhere stories live. Discover now