3

40.8K 2.5K 41
                                    

"makasih ya traktiran nya. Sering-sering aja lo gitu," Kanara cengengesan setelah melepaskan helm berwarna biru navy miliknya.

Elmero melihatnya tak mampu menahan senyum geli. "Pasti, asal lo selalu disisi gue Ra. Apapun yang lo mau selagi bisa gue bakal turuti,"

Keduanya kini baru tiba dirumah Tamara. Sepulang sekolah tadi Elmero sendiri menawarkan mampir ke kedai eskrim, mentraktir Tamara sepuasnya. Kanara tentu tak mungkin menolak. Ia menyukai eskrim terlebih rasa coklat, favorit nya.

Kanara tertegun, di tatapnya mata Elmero yang memancarkan ketulusan di setiap kalimat terlontar dari bibirnya. Pancaran penuh harap pun tak luput ia lihat. Kanara bisa merasakan bahwa Elmero begitu menyayangi si pemilik tubuh, semua sikap serta perlakuan cowok itu menunjukkan.

Terdiam beberapa saat senyuman menggoda Kanara tampilkan. "Beneran nih, lo bakal turuti apapun yang gue mau?" ujarnya yang sebenarnya hanya bercanda.

"Iya apapun,"

---

Kanara menopang dagu di atas meja belajar, tatapannya kini tertuju pada sebuah foto dua anak kecil perempuan dan laki-laki kisaran berumur tujuh tahunan tersenyum lebar tanpa beban.

Tamara dan Elmero.

"Ternyata persahabatan mereka udah selama itu, ya?" tanyain retoris sembari mengetuk dagu dengan jari telunjuk. Kanara raih figura berukuran sedang tersebut, "Nih cowok dari kecil emang udah ganteng ya. Bibit unggul emang beda."

"Kalo pemeran pendukung aja se-good looking ini, gimana tokoh utama nya ya? Jadi penasaran gue."

Tidak usah heran, berbicara sendiri suatu kebiasaan bagi Kanara yang kini menempati raga Tamara. Bahkan di kehidupan pertamanya Kanara suka di bilang sinting lantaran demikian.

Tapi apa peduli Kanara. Selama tidak mengusik kesenangannya Kanara abai.

Saat asik-asiknya membayangkan bagaimana rupa sang protagonis pria, suara pesan masuk membuyarkan segala khalayan Kanara.

Kanara berdecak meski merasa sebal karena mengganggu aktivitas nya, Kanara tetap melihat si pengirim pesan.

Gadis itu menghembuskan napas berat mendapati pesan dari nama kontak yang ia beri nama IBAB🐷

Kanara mengulum senyum, bagaimana jika pemilik nomor mengetahuinya. Kanara yakin pasti ia akan mengamuk.

"Mampus lah, salah sendiri jadi cowok bajingan," gerutu Tamara lirih.

Semula namanya bukan begitu tetapi Kanara lah yang menukarnya. Menurut Kanara Tamara itu bucin tolol.

Mentang-mentang cowok bernama Xabiru itu tampan Tamara memberinya seperti itu.

Biru ganteng

Kanara bergidik ngeri mengingatnya. Lagi pula untuk cowok macam Xabiru lebih cocok kontaknya begini.

Sebab Xabiru memang babi

Kanara bertambah bergidik kala membaca pesan dari Xabiru. Benar-benar cowok gatal padahal sudah memiliki kekasih tapi masih memdekati gadis lain.

Hai cantik
Gimana hari ini? Menyenangkan?
Ada yang mau di ceritakan? Telpon aja, waktu aku untuk kamu
Maaf ya akhir-akhir ini aku sibuk latihan buat turnamen basket minggu depan, jadi jarang nemuin kamu meski kita satu sekolah

Iya gkpp kok
Tentu

Meski malas membalas Kanara tetap melakukannya karena tak ingin menimbulkan kecurigaan Xabiru.

Kanara semakin kesal ketika roomnya chatnya berubah menjadi panggilan masuk. "Ngapain sih nih cowok pake nelpon segala? Diemin aja deh nanti bakal mati sendiri," setelahnya Kanara cekikikan.

Kanara bernapas lega panggilan telepon itu akhirnya mati sendiri, tapi kelegaannya itu hanya sesaat. Tampaknya Xabiru tidak menyerah menelpon walaupun sudah Kanara abaikan tiga panggilan.

Dengan menahan kekesalan Akhirnya Kanara memutuskan menjawab panggilan yang keempat kalinya.

"Ha-"

"Kenapa baru di angkat? Kamu marah sama aku karena jarang ada waktu padahal kita lagi pendekatan? Kalo kamu marah aku besok nggak bakal latihan lagi,"

Belum selesai menyapa suara ngerocos di sebrang sama terdengar. Kanara tersenyum paksa walau dia tahu Xabiru tidak dapat melihatnya.

"Nggak kok, gue nggak marah,"

"Terus kenapa nggak di angkat-angkat? Aku tau kamu marah. oke mulai besok aku gak ikut latihan lagi asal kamu gak marah lagi sama aku ya. Aku gak bisa kalo kamu gini, gak tenang,"

Dalam hati Kanara mencibir habis-habisan Xabiru, kata-kata keluar dari mulutnya begitu manis wajar saja Tamara terlena.

"Dasar buaya!" Tentu dia ucapkan dalam hati.

"Gue nggak marah. Dan juga lo gak perlu gini kok."

"Beneran kamu gak marah?"

"Iya,"

"Kalo gitu sebagai penebus kesalahan aku, gimana selesai aku turnamen kita ke pasar malam?"

Kanara memejamkan mata menahan kekesalan semakin memuncak ketika Xabiru mengatakan itu. Sebenarnya apa sih mau cowok ini? Pikir Kanara.

Rasanya sangat malas bertemu dengan Xabiru apalagi jalan berdua.

"Ayo otak, mikir-mikir!" desaknya dalam hati.

"Mara? Kok diam? Kamu gak mau ya? Kalo gini-"

"Nggak, gue nggak marah Biru." Kanara cepat memotong ucapan Xabiru. Cowok ini sungguh menguji kesabaran Kanara yang hanya setipis tissue di bagi dua.

"Anying banget nih cowok! Bikin gue repot!"

Kanara duduk gelisah di tempatnya, sampai sekarang ia belum menemukan jawaban yang tetap agar Xabiru tak mencurigainya.

"Mara-"

"IYA GUE MAU!" Kanara mematikan telpon sepihak setelah meneriaki cowok itu.

Kanara menendang-nendang angin, tak ada yang bisa dirinya lakukan selain ini. Kanara mendengkus keras-keras, percayalah ia kini tengah menahan kegeraman terhadap cowok bernama warna itu.

"COWOK SIALAN, NAMBAH BEBAN GUE AJA LO!"

Figuran TransmigrationWhere stories live. Discover now