24

8.6K 703 32
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak

Happy reading

Suasana koridor siang ini cukup sepi hanya ada beberapa murid saja berlalu lalang ataupun mengobrol di depan kelas. Jam istirahat berlalu sejak tiga menit lalu, Tamara yang barusan ke kantin rencananya tadi ingin membeli sesuatu tetapi tidak jadi.

Jadilah gadis itu putar balik lagi meski tujuannya bukan ke kelas.

Berjalan dengan langkah lunglai berserta raut lesunya Tamara terus menghela napas berat. Kepalanya melirik kanan kiri tak tahu ingin kemana akhirnya Tamara memutuskan ke taman sekolah bagian belakang.

Duduk lesehan di rerumputan punggungnya ia sandarkan di pohon rindang, terasa teduh.

Tamara memang sendiri di karenakan Elmero tadi mendadak di panggil keruang guru.

Dalam beberapa hari ini pikiran Tamara di penuhi Ella dirinya masih bingung sebab apa Ella berubah, pun Tamara sudah menggali ingatannya siapa tahu dirinya memang melakukan kesalahan terhadap Ella.

Namun sampai hari ini Tamara tak menemukan apapun, ia cukup pusing.

"Salah gue apa ya?" Tamara bergumam pelan dengan kepala tertunduk, akhir-akhir ini Tamara sering mempertanyakan demikian, walaupun percuma pertanyaannya tak mendapat jawaban.

Pada Elmero pun Tamara telah bercerita tentang kegundahan dan tanggapan Elmero tentu memenangkan dirinya kendati sama sekali tidak berpengaruh.

"Sendiri aja," Suara berat seseorang membuat atensi Tamara teralih, kepala gadis itu mendongak mendapati sosok jangkung berdiri menjulang tengah tersenyum manis padanya.

"Boleh gue duduk?" Tamara mengangguk singkat, "Duduk aja, nggak ada yang larang kok,"

Si pelaku justru tertawa pelan Tamara cuma bisa menggeleng. Heran juga dengan cowok itu.

"Gue perhatiin lo lagi banyak pikiran, ada masalah kah?" Ansell berucap lagi setelah duduk di sebelah Tamara.

"Ya, tapi sedikit," ujarnya apa adanya. Ansell mengangguk mengerti.

Terjadi keheningan selama beberapa menit, Tamara sibuk dengan pemikirannya, juga Ansell yang sibuk mengamati Tamara.

Lantas cowok tersebut berdeham pelan tapi sama sekali tak mengusik Tamara, sampai Ansell kembali memanggil namanya. "Tamara,"

Tamara sedikit tersentak mengalihkan pandangan ke samping lalu menjawab. "Ya, kenapa?"

Mata mereka saling bersibobrok Tamara menunggu apa yang hendak di tanya oleh Ansell.

"Jadi pacar gue mau?"

Mendengarnya mata Tamara membulat seketika, mungkinkah ia salah mendengar. "Hah?" Selanjutnya Tamara tertawa renyah, "Lo bisa bercanda juga ya, hahaha," Tamara mengusap air disudut matanya yang keluar akibat tertawa.

"Gue nggak becanda, Ra," tutur Ansell menegaskan ia raih kedua bahu kecil Tamara agar Tamara tetap menatapnya. Ansell pandangi dalam mata coklat indah gadis yang berhasil merebut hatinya itu, "Gue nggak mungkin becanda soal hati," lanjutnya lagi dengan suara menggetarkan jiwa.

Tamara yang masih syok atas ungkapan Ansell barusan, kini mencoba mencari kebohongan di kedalaman manik cowok itu, namun sayangnya Tamara tak menemukan kebohongan tersebut.

Disaat begini otaknya baru sinkron dengan apa yang terjadi Tamara menyambungkan semuanya, dari pertama kali Tamara menyangka jika Ella dan Ansell mempunyai hubungan khusus.

Dan tak lama kemudian ia dan Ansell berteman cukup dekat apa karena ini Ella cemburu, berpikir bila dirinya juga Ansell memiliki rasa? mengira bahwa Tamara mau merebut cowok di sukainya?

Figuran TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang