11

25.2K 1.6K 22
                                    

Happy reading

Moga ga bosan dan suka ya

"Kak, aku suka kamu!" Entah untuk persekian kalinya gadis berparas manis tersebut terus mengungkapkan perasaannya, terhadap cowok bertubuh jangkung dengan penampilan ala anak berandalan yang sedang gadis itu ikuti.

Secara tidak sengaja Ella melihat sosok Ansell sosok yang ia kagumi dari bangku smp dulu hingga sekarang tak pernah berubah, mau seberapa banyak penolakan Ella dapatkan.

Semula tadi Ella ingin kembali ke kelas sehabis izin ke toilet karena jam pelajaran memang sedang berlangsung, tetapi niatnya itu Ella urungkan.

Tanpa menoleh barang sejenak Ansell tetap berjalan di koridor kelas sepuluh ini, kemudian mulutnya terbuka. "Tapi, gue nggak suka lo,"

"Nggak papa, aku yakin suatu hari nanti kakak pasti bakal terima aku. Aku sabar nunggu waktunya tiba," sahutnya cengengesan meski Ansell enggan meliriknya.

"Iya, dalam mimpi lo!" balasnya sarkastik.

Dada Ella berdenyut nyeri mendengarnya, tapi Ella berusaha untuk mempertahankan senyum manisnya seolah kata-kata Ansell tidak berpengaruh sama sekali pada hatinya.

Ella kembali bertanya. "Kapan kakak mau jadi pacar aku?"

Ella tidak akan menyerah sebelum Ansell membalas perasaannya, dia akan terus berjuang sebab Ella yakin suatu saat keinginannya terwujud.

"Nggak akan pernah!"

Sang gadis cemberut ia berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Ansel. "Jangan gitu dong kak. Nanti ke makan omongan sendiri gimana?"

Ella ikut berhenti tatkala Ansell menghentikan langkahnya, ia mendongak untuk melihat wajah tampan milik Ansell yang mampu membuatnya selalu terpesona.

Gadis berwajah manis itu kian tersenyum lebar ketika Ansell menghadap sepenuhnya ke arahnya, Ella tak terlalu memperhatikan raut Ansell berubah kaku dengan tatapan menghunusnya.

"LO SEHARI AJA BISA NGGAK GAK USAH GANGGU GUE?!" Ella terkejut sontak memundurkan tubuhnya, karena bentakan keras Ansell barusan.

"K-kak," Semakin maju Ansell pun Ella beringsut mundur sampai punggungnya terbentur tembok.

Kegugupan Ella di karena kan mulai merasa takut akan perubahan wajah Ansell, mata tajam itu menatapnya seolah mau menelan hidup-hidup.

Ella reflek memejamkan matanya kala Ansel merunduk menyejajarkan wajah keduanya, bahkan napas beraroma mint cowok itu bisa ia rasakan.

Sementara Ansell dengan sebelah tangan menyentuh dinding, memandangi wajah ketakutan gadis yang tak bosan-bosannya mengganggu ketenangan hidupnya. Ansell muak.

Senyum miring tersungging di bibirnya, ketika Indra pendengar miliknya mendengar detakan keras berasal dari jantung Ella. "Berhenti jadi benalu yang selalu ganggu ketenangan gue. Perlu lo ingat di otak kecil lo itu, gue nggak akan pernah suka sama cewek murahan kayak lo! Jadi jangan banyak berharap sama kemustahilan," desisnya rendah berbisik tepat di sampingnya telinga Ella.

Lantas Ansell menegakkan badannya baru berbalik badan maniknya bertubrukan dengan manik kecoklatan milik seorang gadis. Jelas sekali dari rautnya bahwa gadis tersebut tengah syok.

Hanya bertahan beberapa detik karena Ansell segera memutuskan kontak mata, lalu dengan tampang tak acuh melanjutkan jalannya lagi.

Tamara menatap punggung cowok tersebut hingga hilang di pandangannya, Tamara merasa pernah bertemu cowok tadi tapi ia lupa di mana. Menepiskan pikiran itu Tamara menghampiri Ella yang ekspresi tak di mengertinya.

"Ella! Cowok tadi siapa? Pacar lo? Kenapa nggak pernah cerita ke gue?" semburnya sambil bersidekap dada dengan sorot menuntut sang adik.

Ella mengerjap beberapa kali terkejut dengan kehadiran Tamara tiba-tiba, terlebih pertanyaan di lontarkan itu. "Hah? Bukan kak,"

Ia berkata jujur memang benar Ansell bukan pacarnya namun mengingat ucapan Ansell beberapa menit lalu membuatnya sedih serta sakit hati.

Ansell terganggu dengan kehadirannya?

Ella tak bermaksud berbuat demikian dirinya cuma berusaha demi mendapatkan hati Ansell.

Apakah salah?

Dan untuk tidak menceritakan pada sang kakak Ella memiliki alasan tersendiri.

Tamara menyipitkan matanya merasa curiga. "Jangan boong lo, dosa loh. Jujur aja tadi gue liat kok lagi— ya nggak perlu gue jelasin, lo sendiri tau kan," kekeh Tamara dengan sorot menggoda.

Ella melototkan matanya, menggeleng cepat. "Ih kakak tu salah paham tau! Semuanya nggak seperti yang kakak liat. Gue sama Ansell nggak pacaran. Lebih tepatnya belum sih," Ella menyengir lebar.

Tamara mengernyit dahinya. "Terus yang gue liat tadi apa? Ngaku lo, dia nggak macam-macamin lo 'kan?" tuding Tamara. Gadis itu membolak-balikkan badan sang adik, memeriksa apakah cowok yang baru ia ketahui namanya melukai Ella.

Tamara bernapas napas lega, tidak ada lecet sedikitpun.

Sedangkan sang empunya badan pasrah saja.

"Dia tadi ngajak pulang bareng nanti, ya karena ngomongnya bisik di telinga gue mungkin karena itu kakak salah paham." Tentu ini hanya alibi.

Kini gantian Ella bernapas napas lega, begitu Tamara mengangguk tanda percaya lontaran kebohongannya.

"Tapi ngapain lo di sini masih jam pelajaran loh. Lo nggak ada niat bolos 'kan?"

Ella mendelik. "Mana ada gitu, gue tadi tuh abis ke toilet eh nggak sengaja temu dia. Kakak sendiri ngapain? Jangan-jangan lo lagi kak mau bolos?"

Tamara mendengkus. "Dih, gue mau ke toilet juga ya. Awas aja kalo gue liat lo bolos—" Ella dengan cepat menyela ucapan sang kakak sebelum melebar kemana-mana, "iya-iya ini mau ke kelas kok. Sana lo juga balik ke kelas gih," Ella mendorong pelan punggung Tamara bermaksud menyuruhnya pergi.

Tamara tak memprotes melangkah pergi tanpa menoleh lagi.

Ella mengembuskan napas berat, ia pandangi punggung Tamara hingga hilang di belokan tangga. "Maaf kak, gue nggak maksud bohongin lo. Cuma gue nggak mau lo jadi khawatir. Bukan itu aja tapi lo pasti bakal nyuruh gue berhenti perjuangin Ansell. Gue cinta sama dia kak,"

Usai mengatakan itu Ella berjalan berlawanan arah dari Tamara.

Tanpa keduanya sadari sejak tadi seseorang keluar dari tempat persembunyian di balik tembok, mendengar dan menyaksikan percakapan antara adik dan kakak tersebut.

Manik tajamnya menyorot tempat dimana sosok Tamara hilang, kedua sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk senyum aneh.

•••

Sekian, papay!

Figuran TransmigrationWhere stories live. Discover now