9

29.6K 1.8K 25
                                    

Happy reading

Semoga suka

Tamara tersenyum lebar saat pesanannya jadi segera saja ia membayar lalu beranjak dari tempat martabak langganannya.

Kurang lebih lima belas menit Tamara menunggu sebab pembeli di sana selalu ramai, alasannya tak lain enak dengan harga terjangkau.

Baru beberapa langkah gadis itu berjalan air dari langit mulai berjatuhan membasahi jalananan yang kering. Tamara membuka payungnya yang ia bawa untuk berjaga.

Kini masih menunjukkan pukul setengah empat sore karena cuaca mendung terlihat seperti menjelang malam. Di setiap langkah kecilnya hujan kian menderas tapi itu tak membuat Tamara memberhentikan jalannya hanya saja langkahnya lebih cepat.

Sampai dimana Tamara menyipitkan matanya ketika maniknya secara tak sengaja, menangkap siluet seseorang di kenalinya tengah berteduh di bawah pohon rindang.

Untuk memastikan penglihatannya tidak salah Tamara membawa kakinya menghampiri sosok tersebut.

"Kak Langit?" panggilan pelan namun terselip keraguan. Keraguan itu terjawab kala sosok yang di duga Langit ternyata benar.

Tamara mengerjap pelan tidak menyangka akan bertemu kakak kelasnya kesekian kalinya. Rambut cowok itu sedikit lepek juga baju di kenakan nya basah.

Ingin bertanya apa yang di lakukannya disini pasti bakal terlihat seperti basa-basi. Tanpa di tanya pun Tamara mestinya tahu bahwa Langit tengah berteduh.

Lagipula mereka tidak seakrab itu yang mewajarkan bila Tamara bertanya banyak.

Tetapi pikiran dan hatinya berlawanan, mungkin ini sekedar kemanusiaan saja.

Tamara ingin bersuara tapi di dahului oleh Langit di sela-sela berisiknya derasnya hujan. "Dari mana?"

"Ah itu beli ini, martabak," Tamara mengangkat kantong plastik di tangannya. Suasana berubah canggung ketika Langit tidak membalas ucapan dan cuma menatapnya saja.

Tatapan yang tidak Tamara ketahui maknanya.

Karena tidak tahan lagi Tamara memilih segera pergi dari sana, kecanggungan ini membuatnya tak nyaman.

"Gue-"

"Boleh pinjam hp lo, sebentar,"

Entah mengapa Langit kembali berbicara Tamara menghembuskan napas lega, ketidaknyamanan tadi lenyap.

"Bol- astaga gue lupa bawa hp, ketinggalan di kamar nih pasti." gumamnya baru teringat sesudah merogoh saku tak menemukan benda yang di cari.

"Duh kak ternyata gue lupa bawa hp, ketinggalan di rumah." tuturnya dengan cengiran tak enak.

"Oh, nggak apa. Gue kira lo bawa hp soalnya mau nelpon temen hp gue kehabisan batre." jelasnya tatapan cowok itu masih belum lepas dari Tamara.

"Motor gue mogok," Tanpa Tamara duga Langit kembali menjelaskan apa yang terjadi padanya.

"Umm ini kalo lo mau sih kak ikut gue kerumah dulu, soalnya hp gue di rumah." Tidak ada maksud lain selain niatnya menolong hitung-hitung balas budi, begitu pikirnya.

Tamara kira akan susah berunding dengan Langit, tetapi perkiraannya itu Tamara buang begitu Langit menerima bantuannya.

"Makasih udah pinjemin hp lo," katanya setelah usai menelpon temannya meminta di jemput, "Sama-sama kak,"

Sembari menunggu jemputan tiba Tamara menyuruhnya duduk di ruang tamu dengan pintu terbuka lebar, meski Tamara hanya sendiri dirumah di karenakan bundanya belum pulang.

Figuran TransmigrationWhere stories live. Discover now