23

9.8K 674 33
                                    

Hallo, Aku mau nginfoin nih kalo aku gak jadi hiatus

Happy reading

Entah kebetulan atau apa masih pagi-pagi begini bus yang sering Tamara dan Elmero tumpangi kali ini tampak ramai dari biasanya. Kursi-kursi tidak ada yang kosong lagi, sebagian penumpang berdiri sampai berdesak-desakan termasuk dirinya juga Elmero.

"Tumben pagi ini rame banget penumpangnya," gumam Tamara pelan namun masih dapat Elmero dengar.

Seminggu telah berlalu sejak kejadian Tamara jatuh mengakibatkan lututnya terluka sepatu yang di pakainya pun sudah di ganti tanpa tali lagi. Sepatu pemberian Elmero setelah sehari kejadian tersebut cowok itu datang kerumah.

Tamara sempat merasa sedikit terkejut karenanya Elmero selalu seperti itu datang dan memberi sesuatu tanpa aba-aba serta memberitahu terlebih dahulu. Berbicara pada cowok itu juga percuma Elmero tetap akan melakukan apa yang ia mau Tamara hanya perlu menerima saja.

"Gue-"

"Pak kalo mundur lihat-lihat sahabat saya hampir jatuh," Tamara mengerjap pelan saat kini kedua lengannya di tahan Elmero hampir terdorong gara-gara bapak-bapak di depannya mundur secara tiba-tiba.

"Maaf dek saya tidak sengaja," ujar bapak itu dengan raut bersalah.

Pegangan di kedua lengannya sudah terlepas Tamara berdiri dengan benar lantas gadis itu mengulas senyum tipis kearah bapak tadi, lalu beralih ke Elmero, Tamara mendongak. "Gue baik kok El, makasih ya lagi-lagi lo selalu nolongin gue," tuturnya tersenyum tulus.

Elmero menghela napas panjang tangan kekarnya terangkat menepuk sebanyak dua kali puncak kepala Tamara. "Jangan makasih, itu udah tugas gue Mara,"

Usai mengatakannya Elmero pindah berdiri di belakang Tamara dengan posisi tangan seolah mengurungnya. Dengan posisi begini sangat terlihat bagaimana perbedaan tinggi keduanya. Tamara berkedip sekali, jantungnya berdegup dua kali lipat dari biasanya ditambah jarak sedekat ini Tamara mencium jelas aroma maskulin yang menyegarkan menguar dari tubuh cowok berparas tampan itu.

"Jantung gue!"

***

Di jam istirahat ini kedua sejoli itu sudah berada di kantin bersama makanan yang tersaji di meja bagian pojok dekat jendela yang langsung menghadap ke lapangan basket outdoor.

Sebelum memulai makannya Tamara merogoh saku roknya mencari kuncir rambut tapi tak di temukan, seketika Tamara teringat jika ia meninggalkan di dalam tas ingin mengambil di kelas rasanya malas karena jarak antara kantin juga kelas mereka lumayan jauh.

Tidak ada pilihan Tamara membenarkan letak rambutnya ke belakang walau agak kesusahan kala makan, sebab rambutnya selalu saja jatuh.

Elmero yang ada di samping Tamara melihat Tamara kesusahan tanpa kata menahan alih rambut Tamara mengunakan tangan yang menganggur yang sudah kumpul jadi satu, sembari melanjutkan kegiatannya.

Spontan Saja Tamara menoleh ke samping kirinya. "Eh?"

"Udah lanjut aja nanti keburu masuk." ucap Elmero dengan pandangan masih berfokus pada makanan.

Dengan gerakan kaku Tamara menuruti perintah Elmero. "Makasih Mero." cicit nya.

Sepuluh menit berlalu keduanya kini berjalan menuju kelas, namun di tengah perjalanan di depan sana sosok Ella berjalan ke arah mereka tetapi tatkala mata Tamara dan Ella bertemu langkah kaki Ella mendadak berhenti selama beberapa detik, sebelum Ella memutar badan ingin berbalik refleks Tamara memanggil namanya. "Ella, tungguin gue!"

Elmero yang baru menyadari Tamara tak di sampingnya ketika mendengar teriakan Tamara cowok itu menoleh ke belakang, kemudian kepalanya berputar lagi menghadap depan dengan jarak tak jauh tampak Ella berdiri dengan posisi membelakanginya.

"Lo duluan aja El gue mau nyamperin Ella bentar,"

Sekali lagi Elmero menoleh kesamping merasa suara Tamara tepat di samping. Elmero terdiam sejenak barulah ia mengangguk. "Jangan lama-lama bentar lagi masuk."

"Iya siap," Elmero melanjutkan langkahnya dan menjauh sementara gadis itu menghampiri Ella tanpa mengatakan apapun Tamara menarik tangan sang adik. Berhenti di tempat sepi tepatnya di depan ruang kesenian.

Ella sama sekali tak menolaknya.

***

Sehabis dari taman Ella berniat ke kantin
untuk sekedar membeli minuman sebab merasa haus, gadis itu sendirian teman-temannya tak tahu kemana hari ini tidak masuk tanpa keterangan.

Di perjalanan ia malah berpapasan dengan Tamara orang yang sama sekali tak ingin Ella temui lagi, di saat itu pula ingatannya terlempar dimana Ella tak sengaja mendengar obrolan Ansell bersama temannya yang membawa dirinya dan sang kakak.

Kala itu Ella hendak memberikan air mineral karena ia tahu hari ini adalah hari dimana Ansell suka bermain basket di lapangan.

Namun ketika mendengar namanya juga Tamara entah dapat dorongan darimana langkah Ella berhenti, dan bersembunyi di balik pohon untuk menguping.

Hari itu adalah hari patah hati seorang Ella dan baru pertama kali juga Ella menyerah akan memperjuangkan sosok di cintainya, yaitu Ansell.

Fakta yang di terimanya membuat hati Ella hancur, Ansell menyukai Tamara, Ansell menyukai kakaknya dan alasan yang membuat Ansell selalu kasar dan menolak dirinya adalah Tamara, kakak kandungnya.

Semuanya Ella dengar dengan jelas di hari berikutnya juga omongan Ansell yang mau mendekati Tamara terwujud, Ella menyaksikan sendiri ia memperhatikan dari jauh dan yang membuat gadis itu marah dan kecewa adalah Tamara tidak menolak untuk di dekati Ansell, kakaknya itu bahkan menerimanya dengan baik padahal Tamara tahu bila Ansell lah yang di sukai Ella.

Maksudnya waktu itu Tamara pernah melihatnya dan Ansell jadi Ella menyimpulkan, bahwa Tamara tahu mengenai perasaannya.

Tanpa sadar kedua tangannya Ella mengepal erat dengan dada yang bergemuruh.

"La, kalo gue ada salah sama lo kasih tau letak kesalahan gue dimana, jangan bikin gue bingung gini, please. Gue tau akhir-akhir ini lo ngehindarin gue kan chat gue nggak di balas, kalo gue telpon lo reject dan pas gue samperin lo kerumah ayah selalu bilang lo nggak ada, malam sekalipun. Jadi jangan ngelak ya, jujur aja biar gue tau dan bisa perbaiki." Suara Tamara membuyarkan lamunan Ella, pun ia baru menyadari mereka berdiri bukan di tempat tadi.

"Ella, lo dengar gue kan," Tamara menyentuh tangan Ella saat tak mendapat jawaban justru Ella tampak melamun.

"Lo ada masalah? Maaf, kalo gue nggak ngertiin. Cerita ke gue biar kita selesai sama-sama kalo lo ada masalah."

"Jangan sok baik dan peduli kak," Ella berbicara dengan suara datar bukan itu saja Ella menarik tangannya yang hendak di pegang Tamara, "Nggak akan mempan. lebih baik mulai hari ini anggap kita bukan siapa-siapa,"

"Apa?"

"Gue-" Ella menunjuk dadanya sendiri dengan jari telunjuk lalu berganti ke Tamara, "Benci lo, kak,"

Tidak mempedulikan Tamara yang membeku di tempatnya Ella melenggang pergi begitu saja.

"Apa? Gue- gue nggak salah dengarkan," pandangan Tamara berubah kosong, "Gue punya salah sama dia? Tapi apa?"

Tamara bingung yang dia rasakan sekarang tapi yang pasti saat mendengar kata-kata Ella beberapa menit lalu, hatinya sakit.

"Pasti ini perasaan Tamara..."

"Ya, pasti.."

•••

Sampai jumpa di chap selanjutnya gaes dan moga gak bosan ya sama alurnya hehe

❤️❤️

Figuran TransmigrationWhere stories live. Discover now