14

21K 1.3K 18
                                    

Ada rapuh yang harus terlihat tangguh~

Happy reading

Jangan lupa tinggalin jejak(・∀・)


Di rumahnya Tamara hanya tinggal bersama Ratih-bundanya di sebuah rumah sederhana berlantai satu, tidak ada pembantu atau semacamnya jika mau apa-apa mesti melakukan sendiri sebab Tamara bukan berasal dari keluarga kaya raya.

Sang Bunda mempunyai butik cukup terkenal dan ada beberapa cabang di kota lainnya, dari sanalah penghasilan Ratih untuk membiayai kehidupan keduanya.

Orang tua Tamara telah resmi bercerai dua tahun lalu, Tamara tak tahu apa masalahnya. Selama ini Ayah dan Bunda terlihat baik-baik saja, tidak pernah bertengkar sama sekali.

Tetapi untuk bertanya langsung rasanya segan akhirnya Tamara memilih diam.

Sementara Vano-ayahnya memiliki sebuah perusahaan walaupun tidak sebesar perusahaan-perusahaan besar lainnya, namun penghasilan dari sana lebih dari cukup.

Vano pun tidak lepas tanggung jawab, masih sering mengirim uang untuk kebutuhan Tamara.

Untuk Ella sendiri gadis yang lebih muda setahun darinya itu tinggal bersama Vano, masih di kota yang sama.

Itu pilihan mereka masing-masing meski sempat merasa berat saat harus memilih tinggal bersama siapa, walau demikian bukan berarti hubungan keluarga ini tidak baik. Adil bukan jika seperti itu, jadi salah satu orang tua mereka tidak merasa iri.

Juga di setiap bulan Tamara ataupun Ella akan berganti menginap di rumah ayah dan bunda mereka, karena memang antara Vano dan Ratih tidak membatasi hal tersebut. Bagaimana pun hubungan anak tetaplah anak tidak bisa di ubah.

Selama empat bulan berada disini cukup membuat Tamara tahu mengenai masalah keluarga Tamara, gadis itu juga mulai terbiasa dengan semua yang ada di sekitarnya.

Keluarga yang dimiliki Tamara memang sudah tidak utuh lagi, tapi tidak dengan kehangatan dan kasih sayang yang di berikan Vano dan Ratih.

Tamara menyukainya.

Di hari sabtu ini kembali lagi dengan jadwal Ella menginap bersamanya selama dua malam.

Seusai makan malam ibu dan anak itu berkumpul di ruang tamu sekedar berbincang santai sejenak, sebelum kembali ke kamar.

Sekitar lima belas menit lamanya Ratih pamit ke kamar beristirahat. kini tersisalah kakak beradik tersebut dengan telivisi di nyalakan.

"Kak ada kafe baru di buka loh, besok kita kesana yuk gue traktir. Gimana? Pasti mau kan," Ella menaik turunkan alisnya sambil mengunyah keripik kentang.

Tamara yang mendengar kata traktir keluar dari mulut adiknya, seketika maniknya berbinar-binar. "Kalo soal traktiran gue nggak bisa nolak. Gas lah besok jam berapa siang atau sore?"

"Semangat banget ya kak kalo soal traktiran," tutur Ella sedikit menyindir namun tak urung tertawa kecil, sebab merasa dirinya juga begitu, "Siang kita kesana,"

Seperti yang telah di rencanakan tadi malam keduanya kini duduk manis di kafetaria yang baru saja di buka. Interiornya sangat elegan serta enak di pandang para pengunjung pasti betah berlama-lama di sana.

"Mau pesan apa lo kak?" Lantas Tamara melihat buku menu lalu menyebutkan apa yang di inginkan nya.

"Oke, nggak ada yang lain?" Tamara menggeleng sebagai respon. Sambil menunggu Ella memesan Tamara mengedarkan pandangan ke penjuru kafe.

Suasana amat ramai beruntung dirinya dan Ella cepat datang sehingga dapat tempat spot di dekat jendela, yang langsung di suguhi pemandangan taman kota.

Suara lonceng kafetaria yang berbunyi tanda pengunjung baru datang, spontan Tamara menoleh ke arah pintu masuk.

Figuran TransmigrationWhere stories live. Discover now