8

31.4K 2.2K 33
                                    

Happy reading

Semoga suka


"Berani banget nggak sih si Freya nyeret Aurora buat langsung deketin si mubar itu. Mana mukanya kayak nggak mau dideketin lagi. Ganteng-ganteng tapi serem ih."

"Tapi mubar itu emang cakep kebangetan njirr, setara sama Heaven yang merupakan most wanted disini. Dan gue yakin pasti nggak lama lagi itu mubar bakal masuk jajaran most wanted bahkan mungkin bisa ngalahin Heaven!” Gadis berwajah manis itu menyahut sang teman antusias.

"Kok gue jadi pengen nyoba deketin juga ya,"

"Tapi gaes kayaknya Freya bukan mau dekatin si mubar."

"Tau dari mana lo?"

"Dia sekelas sama gue, dan mereka ada hubungan keluarga, marga Freya dan Stefano sama. Mereka bukan orang asing jadi nggak ada istilah kayak pendapat lo pada,"

"Hah lo serius By!"

Gadis berambut bergelombang itu melotot lebar, tangannya lincah memukul lengan sang teman. "Santai aja woi, nggak usah pake teriak segala! Heboh banget kayak abis denger apa aja. Malu kan, jadi di liatin semua orang."

Sang empunya malah memasang wajah tanpa dosa. "Gue reflek. Jadi Freya beneran ada hubungan keluarga sama siapa namanya— Stefano, ya?"

Tamara yang sedari tadi diam-diam menjadi pendengar yang baik obrolan kelima gadis tersebut, kini geleng-geleng kepala.

Sepertinya para gadis itu tidak menyadari jika suara mereka keras, terbukti dari jarak enam meja Tamara masih bisa menguping.

Pun Tamara yakin yang menjadi bahan gosip kelima gadis yang tak di kenalnya mendengar. Tapi walau demikian ketiga manusia tengah fokus menyantap makanan tepat di samping meja Tamara tidak peduli seolah bukan mereka di perbincangkan.

"Kak, Eya sama Rora nanti pas pulang nebeng di mobil kak Stef, ya, boleh?" Suara bernada halus nan lembut berhasil mengalihkan atensi Tamara semula ada pada kelima gadis penggosip.

"Lo aja gue bisa pesan taksi atau naik bus. Nggak mau ngerepotin kalian." balas Aurora cepat padahal Stefano belum membalas memberi tanggapan.

Freya beralih ke arah Aurora, jari telunjuknya ia gerakan kanan-kiri pertanda tak setuju. "Mana boleh gitu, kita harus bareng Rora kayak biasanya. Pokoknya aku nggak terima penolakan ... kamu janji mau main kerumah aku hari ini, atau jangan bilang kamu lupa?"

Mendapat tatapan penuh selidik juga sedikit menyendu tersebut Aurora segera menggeleng cepat. "Nggak! gue ingat kok nggak mungkin lupa. Maksud gue entar gue nyusul, gitu." Tentu Aurora tidak mau membuat Freya kecewa, sebab sudah sering sang sahabat mengajaknya tetapi baru hari ini dirinya menyetujui.

Dalam sekejap ekspresi wajah Freya berubah, Tamara takjub di buatnya. "Nah kalo gitu kita barengan aja—"

"Emang gue ada jawab boleh." Pernyataan bernada dingin barusan menyentak Freya, bukan hanya Freya tapi juga Tamara.

Tamara sungguh tidak menyangka respon tiba-tiba dari Stefano, raut wajah Stefano sama sekali tidak menunjukkan ekspresi apapun.

Menjadi kan Tamara tak tahu apa yang di pikirkannya.

"Kak—"

"Hallo sayang! Gue cariin ternyata lo ada disini."

Lagi, fokus Tamara berpindah pada sosok yang ternyata adalah Heaven. Heaven dengan santai mendudukkan diri di sebelah Aurora bahkan dengan sok akrab ia mengacak surai Aurora yang langsung di balas tepisan kuat dari sang empunya.

"Apaan sih, Jangan kurang ajar!" Paham Aurora tidak nyaman serta suka atas tindakan lancang Heaven, Freya mengajak Aurora pindah tempat yang masih kosong tapi di meja yang sama.

Heaven mengangkat kedua tangannya dengan memasang ekspresi bersalah. "Ah sorry gue refleks tadi Ra, abisnya lo terlalu gemesin gue mana tahan. Tapi Janji nggak gitu lagi deh." tuturnya tampak serius.

Aurora diam tak berminat membalas ucapan Heaven. Tamara sejak tadi cuma menjadi penonton seraya bertopang dagu. "Nggak nyangka gue, kalo hari ini bakal saksiin tiga tokoh penting ketemu dan berinteraksi, secara langsung dari jarak sedekat ini pula lagi."

Tamara menghembuskan napas maniknya menyorot pintu masuk kantin, sosok yang katanya akan menyusul belum menampakkan batang hidungnya padahal waktu istirahat telah berjalan selama sepuluh menit lalu. "Mana tu anak nggak nongol-nongol, dingin nanti nih makanan nggak enak lagi. Banyak banget apa yang di bicara guru itu sampe kini belum selesai." Dengan bibir cemberut Tamara menyeruput es jeruknya.

***

Seusai istrahat berakhir tadi ketua kelas Tamara mengatakan bila guru biologi berhalangan hadir, murid-murid hanya di berikan tugas yang harus di kumpulkan minggu depan.

Karena merasa suntuk di kelas Tamara memilih ke perpustakaan mencari buku untuk di baca. Jika kalian berpikir buku pelajaran salah, Tamara sama seperti kebanyakan murid malas membaca menyangkut soal pelajaran.

Ia bukanlah siswi rajin, Tamara siswi biasa.

Tamara melirik Elmero yang menyembunyikan wajah di lipatan tangan dengan buku paket di depannya menutupi apa yang di lakukan Elmero. Cowok itu sendiri yang mengikutinya dan berakhir lah di sini.

"Kalo lo mau tidur ngapain repot-repot ngikut gue kesini, El, kan bisa tidur di kelas." ucap Tamara heran.

"Di kelas berisik gue nggak bisa tidur. Kalo lo selesai nanti tolong bangunin gue." balasnya dengan suara teredam.

Tamara mengangguk paham memang benar bila keadaan berisik akan kesulitan tidur, atau tidak bisa tidur sama sekali contohnya Tamara sendiri.

"Iya, lo tidur aja nanti gue bangunin."

Setelahnya Tamara berdiri, berjalan mendekati jajaran rak novel. di sekolah ini memang tersedia berbagai macam buku, sangat lengkap. Tamara baru mengetahui kemarin itu pun tanpa sengaja.

Hobinya di dunianya dulu belum hilang Tamara masih menyukai membaca novel.

Manik Tamara berbinar ketika menangkap sebuah novel bersampul purple menarik perhatiannya dari sekian banyak jajaran novel.

Tangannya terangkat ingin meraih novel tersebut, namun terhenti kala matanya bertubrukan dengan netra hitam seseorang di depannya yang terhalang susunan buku-buku.

"Langit ...." Nama pemilik tercetus begitu saja dari bibirnya.

Tersadar Tamara mengerjap pelan buru-buru ia melanjutkan niatnya mengambil novel lalu kembali ke tempatnya. Sebelumnya Tamara sempat tersenyum tipis ke arah Langit bagaimanapun Tamara masih mengingat bahwa cowok itu menolong jidatnya dari tabrakan menyakitkan.

•••

Figuran TransmigrationWhere stories live. Discover now