17

16.3K 1.1K 12
                                    

Happy reading

Maaf ya kalo alurnya ga jelas dan membosankan:')

Tamara sibuk bermain gadget nya sembari terus menyedot minuman bobanya, posisinya kini sedang duduk di jok motor Elmero yang di parkirkan tak jauh dari pos satpam.

Sepulang sekolah tadi Elmero mengajaknya mampir sebentar ke sekolah tetangga sebab cowok itu ingin menemui temannya, entah ada urusan apa Tamara tidak banyak bertanya. Itu alasannya ia berada disini.

Sudah enam menit sejak kepergian Elmero sekolah ini sudah nampak sepi, hanya tersisa beberapa murid yang berlalu lalang.

Merasa minumannya habis Tamara mengangkat pandangan mencari tempat sampah, saat menemukan Tamara turun dari motor dan membuangnya.

Awalnya Tamara berniat kembali ke motor lagi tetapi harus ia urungkan pasalnya mata cantik miliknya, tanpa sengaja menangkap siluet kedua sosok tengah berbincang di depan gerbang sekolah.

Kedua sosok familiar dimatanya adalah alasan mengapa Tamara penasaran juga gerik-gerik mereka agak mencurigakan. Perlahan Tamara mendekat bersembunyi di balik pohon besar.

Telinga dan maniknya dengan seksama memperhatikan kedua insan tersebut. "Maaf ya, bukan maksud gue buat nguping pembicaraan kalian, tapi gue penasaran dan nggak bisa nahan rasa penasaran itu." tutur Tamara dengan tangan memegang dada.

Inggrid menatap malas cowok di depannya, cowok yang mengenakan seragam sekolah lain. "Ngapain lo kesini? kalo nggak penting—"

"Loh emang ada larangan buat ketemu pacar? udah lama loh kita nggak temu, gue kangen berat sama lo." Cowok berwajah rupawan itu cepat menyela ucapan Inggrid.

"Ya tapi nggak di sini juga, kan bisa hubungin gue dulu baru nentuin tempat temunya. Lo nekat!"

Cowok itu malah tersenyum manis akan kekesalan Inggrid seperti tidak mempermasalahkannya. "Kenapa berangkat duluan chat gue juga nggak lo balas? Kan udah gue bilang sebelumnya bakal jemput lo. Atau lo lagi ngehindarin gue, bener?"

Inggrid mengubah ekspresinya menjadi serius sebelum cowok di hadapannya mengatakan lebih. "Gue mau kita putus!"

Mata cowok itu sedikit membulat, ia tak salah dengar kan?

"Apa kata lo tadi?"

Inggrid semakin di buat kesal olehnya. "Gue tau lo nggak budeg,"

Bukannya menjawab ia justru tertawa, karenanya kerutan halus muncul di dahi mulus Inggrid. "Gila lo, nggak lucu malah ketawa," Inggrid bergidik ngeri gadis itu ambil langkah mundur sedikit, menjaga jarak supaya tak terlalu dekat.

"Lo serius minta putus?" Ia bertanya seraya mengusap sudut matanya yang mengeluarkan air, sungguh dirinya merasa lucu lontaran Inggrid barusan.

"I'm serious, no time to joke about this!"

Cowok itu bersidekap menunduk mengamati gadis lebih pendek darinya. "Bukannya apa-apa ini ya, gue nggak yakin kalo lo beneran mau minta putus. Gue ingat dulu Dulu alasan lo nyaman dan mau selingkuh sama gue, karena lo nemuin apa yang ada di gue nggak ada di pacar lo. Bahkan lo selalu ngeluh sama gue soal pacar lo inilah, itulah, lo pasti ingat itu 'kan?" jelasnya panjang lebar di akhiri senyuman menjengkelkan.

Mendengarnya Inggrid menghembuskan napas berat. "Oke, gue ngaku gue salah udah bertindak gegabah, dengan cara selingkuh sama lo cuma perkara seperti yang lo bilang barusan. Jadi mohon kerjasama nya, gue mau kita putus dan jangan pernah hubungin gue lagi. Lagian kita sama-sama nggak ada perasaan, jadi alasan untuk bertahan nol." inggrid memasang raut memelas.

Cowok itu terdiam cukup lama sebelum Kekehan sinis keluar dari bibirnya. "Kenapa, baru sadar lo? Dan takut ketahuan kalo selingkuh?"

Kekesalan Inggrid sudah berada di ujung sejak tadi Inggrid telah berusaha sabar namun, cowok di depannya ini terlihat jelas mau mempermainkannya. "Bego! jangan keras-keras nanti orang dengar gimana?!" Inggrid mulai was-was takut-takut ada yang mendengar pembicaraan mereka.

"Apa gue keliat peduli?" jawabnya acuh.

Inggrid menahan geraman pun tatapannya berubah menajam. "Terserah lo mau bilang apa, intinya mulai hari ini kita putus. Kita nggak ada hubungan apa-apa lagi!" tekannya mutlak.

Senyum miring terbit bibir cowok itu. "Kalo gue nggak mau, gimana?"

"Tanpa sepertujuan lo pun kita tetap putus." respon gadis itu angkuh.

Cowok tersebut sedikit membungkukkan badannya sampai wajahnya juga Inggrid sejajar. "Nggak semudah itu Inggrid lo lepas dari gue. Terima konsekuensinya terperangkap dalam genggaman gue. Dulu gue kasih waktu lo berpikir, see? lo terima gue, itu kesalahan lo waktu itu."

Wajah angkuh Inggrid seketika lenyap, tangannya mengepal kuat. "Tapi gue punya pacar Heaven, lo tau itu. gue nggak mau gara-gara ini hubungan gue hancur."

"Harus gue ulangi kata-kata gue tadi? Gue nggak peduli Inggrid, sama sekali nggak. Nikmatin aja penyesalan lo." balasnya dengan tampang tak berdosa.

"Emang brengsek lo!" makinya keras setelahnya Inggrid pergi dari sana dengan raut wajah merah padam.

Di balik pohon Tamara memandangi sosok Inggrid yang mulai menjauh dengan tatapan tak percaya. "Wah gue nggak nyangka, apa ini novel isinya tentang perselingkuhan?"

"Cowok sesempurna Stefano masih di selingkuhin? Gila aja! Dan Heaven bener-bener brengsek. Freya, kok gue mendadak kasian ya sama lo," tutur Tamara dengan punggung yang menyandar pada pohon.

"Mara, kenapa nunggu disini?" Suara Elmero yang berasal dari sampingnya berhasil mengejutkan Tamara.

"Eh udah ya urusan lo," Tamara membenarkan posisinya.

Alis Elmero terangkat sebelah lalu kedua sudut bibirnya terangkat, membentuk senyum geli. "Gue tau jangan-jangan lo nguping ya pembicaraan dua orang tadi?"

Tamara cengengesan. "Tau aja lo mah,"

Tanpa kata Elmero menarik tangan Tamara menuju motornya yang di parkir, memakaikan lagi helm di kepala sang gadis. "Maaf gue lama lo pasti bosan nungguin tadi." ujar Elmero merasa tidak enak.

"Nggak papa kok, karena itu juga gue jadi nemuin sesuatu hehe,"

Elmero semakin tersenyum mendengarnya, tangan kekarnya terulur menepuk helm Tamara. "Lo nggak usah khawatirin atau kasian sama Freya, dia punya abangnya yang siap ngelindungin dia dari rasa sakit."

Tamara terdiam sesaat mencerna ucapan Elmero. "Lo tau dari mana, kok bisa yakin gitu?"

"Stefano temen gue. Udah ayo naik kita pulang."

Hah? Apa katanya Tamara tidak salah dengar kan?

Elmero dan Stefano berteman! Tapi mengapa waktu Stefano pindah mereka seperti tidak saling kenal.

"Ra, ayo naik malah bengong lagi,"

Tamara mengerjap pelan langsung saja ia naik ke motor Elmero, nanti saja Tamara bertanya, banyak pertanyaan yang bersarang di otaknya sekarang.

"Gue pulang dulu ya," pamitnya ketika Tamara sudah turun.

"Tunggu, ada yang mau gue tanyain." Elmero diam menunggu ucapan Tamara, "Lo kok nggak bilang kalo temenan sama Stefano?"

"Lo kan nggak nanya, Ra." Elmero merasa gemas.

Lantas Tamara menggaruk pipinya. "Iya juga sih lo nggak salah. Tapi El, jujur gue kaget,"

Sedang Elmero tertawa kecil ekspresi yang tengah di tampilkan gadis itu kini begitu lucu.

"Udah lama gue sama dia temanan."

•••

Sampai jumpa di chap selanjutnya

Figuran TransmigrationWhere stories live. Discover now