Chap 9 ~ Selamatkah Leo?

514 69 75
                                    

Typo ✌️

Happy reading

*
*

"Ada apa Ayah memanggilku?" Sing duduk berhadapan di meja kerja sang Ayah, di ruangan kerja komisaris utama tersebut.

Tn. Zo menghela napas pelan, ia menatap jengah putra keduanya. "Apa kau sedang bermain-main dengan bocah miskin itu? Jika iya, maka berhentilah. Atau setidaknya carilah tempat lain untuk bermain dengannya. Ini adalah perusahaan, bukan tempatmu bermain."

"Maksud Ayah apa?" Sing mengernyit.

"Sudahlah, jangan pura-pura tidak paham. Ayah sangat mengenalmu Sing, dan Ayah juga tahu bagaimana sikapmu terhadap bocah miskin temannya si Leo itu. Sejak kecil kau tidak menyukainya, kan? Kau bahkan membullynya. Jadi kalau hari ini kau membawanya ke perusahaan, itu tidak lain karena kau ingin mempermainkannya sekaligus mempermalukannya, iya kan?"

"Kenapa Ayah sampai berpikiran seperti itu padaku? Seburuk itukah diriku selama ini?" Meski ucapan sang Ayah tidak sepenuhnya salah, namun ia tak terima dituduh seperti itu oleh Ayahnya sendiri.

"Sing-ie, katakan saja terus terang apa yang kau rencanakan terhadap bocah itu?"

Sing terdiam sejenak berpikir. "Ayah, itu bukan urusanmu."

Tn. Zo mendelik kesal. "Jawabanmu itu tidak sopan! Aku ini komisaris sekaligus pemilik dari perusahaan ini, jadi jika ada orang baru yang memasuki perusahaanku tanpa seijinku, apakah aku tidak boleh bertindak?"

"Ayah, aku perlu sekretaris baru untuk membantu meringankan pekerjaan Soodam. Karena kulihat Soodam sedikit kewalahan melakukan tugasnya selama ini. Dan kebetulan Zayyan memang sedang butuh pekerjaan, maka kurekrut dia untuk menjadi sekretaris pribadiku. Jika Ayah tak suka aku mempekerjakan Zayyan, maka biarlah aku yang menanggung gajinya dari uang pribadiku sehingga Zayyan menjadi urusanku sendiri," Sing buru-buru memberikan penjelasan, agar Tn. Zo tidak mengusir Zayyan dengan kasar.

"Hmm...jadi karena itu?"

"Iya, Ayah."

"Heuh! Tumben kau punya hati nurani?'

Sing sedikit tersinggung mendengar ucapan Ayahnya.

"Biasanya kau tidak pernah perduli pada kebutuhan orang lain, tapi kali ini kau malah perduli pada bocah itu sampai-sampai kau mau menerimanya menjadi karyawanmu?"

"Iya, Ayah. Kebetulan kali ini sinyal hati nuraniku cukup kuat dan bekerja dengan baik. Maka dari itu aku jadi bisa perduli akan kebutuhan Zayyan," Sing membalas ucapan Ayahnya dengan lugas sekaligus menunjukkan ketersinggungannya.

"Sing, perusahaan kita tidak membutuhkan sampah, melainkan orang-orang berkualitas!" Ucapan sang Ayah begitu menohok di hati Sing. Kalau dulu mungkin Sing akan tertawa dan menyetujui ucapan sang Ayah mengenai Zayyan, namun kali ini anehnya Sing sama sekali tak suka dengan ucapan sang Ayah yang begitu merendahkan Zayyan.

"Tenang saja Ayah, akan kubuktikan kalau Zayyan bukanlah sampah di perusahaan ini. Aku akan mengajarinya, agar dia benar-benar berguna."

"Hmm...coba saja kau buktikan kalau kau bisa. Palingan juga nanti dia cuma jadi benalu bagimu," Tn. Zo memandang remeh ucapan Sing barusan.

Tiba-tiba pintu ruangan itu diketuk.

"Ayah, ini aku Dohyun. Boleh aku masuk?'

"Masuklah!" Sahut Tn. Zo.

Dohyun pun masuk ke dalam ruangan, dan sembari duduk di samping Sing, ia pun tersenyum miring sambil menatap adiknya itu.

"Ada perlu apa kau kemari?" Tanya Tn. Zo pada Dohyun.

Sweet Friend (Xodiac SingZay)Where stories live. Discover now