Chap 21 ~ Membatalkan Taruhan?

413 43 89
                                    

Typo ✌️

Happy reading

*
*

"J-Jangan Sing! Jangan ke mari!" Zayyan memohon, dia sangat ketakutan saat mobil Sing terus melaju memasuki area halaman hotel mewah tersebut.

"Sing, cepat keluar dari sini, aku mohon!" Zayyan hampir menangis.

Sing tersenyum miring.

"Sing, aku mohon jangan! Beri aku hukuman yang lain saja, tapi jangan yang ini, aku belum siap!" Air mata Zayyan berlinang di pipinya. Jantungnya berdegup kencang, membayangkan apa yang akan terjadi nanti.

Perlahan namun pasti, Sing pun akhirnya memutar kembali mobilnya dari area parkir basement menuju ke pintu ke luar, ia mengurungkan niatnya.

Zayyan pun bernapas lega, ia menghapus air matanya dengan kedua tangannya.

"Makasih ya, Sing," ucapnya, lalu bersandar manja pada bahu Sing.

Sing pun tersenyum, meski matanya masih fokus tertuju pada jalanan di depannya.

"Tadi kau bilang rela kuhukum apa saja, tapi kenapa kau malah menangis?" goda Sing kemudian.

Zayyan mengalungkan tangannya di lengan Sing, dengan wajah bersemu merah. "Aku takut, aku belum pernah 'melakukan' hal semacam itu. Membayangkannya saja aku malu," cicit Zayyan jujur.

Sing kembali tersenyum, ia merasa gemas dengan kepolosan Zayyan.

"Jadi kau takut atau malu sebenarnya?"

"Ng...dua-duanya," cicit Zayyan lagi.

"Zayyan...Zayyan...kau pikir aku setega itu? Aku juga ngerti kok kalau kamu pasti belum siap."

"Kalau ngerti, lalu kenapa tadi kau malah belok ke hotel?" Zayyan mempoutkan bibirnya imut.

"Aku hanya ingin mengerjaimu saja."

"Ish dasar!" Zayyan mencubit lengan Sing yang masih dipeluknya.

Sing berpura-pura mengaduh, namun kemudian terkekeh. "Makanya lain kali jangan asal bicara. Bagaimana jika kau mengucapkan hal seperti itu pada orang lain yang tidak perduli dengan perasaanmu, orang itu pasti akan melakukannya meskipun kau memohon dan menangis sambil berlutut di hadapannya."

Zayyan terdiam, ia merasa ucapan Sing itu ada benarnya juga. Dan kini ia merasa beruntung, karena ia tadi mengucapkannya pada Sing, yang ternyata masih memiliki hati nurani dan dapat memahaminya.

"Sing, kau benar-benar pacar yang baik. Aku beruntung memilikimu," puji Zayyan.

Sing tersenyum tipis. "Ya lagi pula, mana mungkin aku mau menyakiti orang kusayangi. Aku bukanlah orang yang suka memaksa. Hal 'seperti
itu' harus dilakukan atas dasar suka sama suka dan persetujuan dari kedua belah pihak, bukan?" ucap Sing.

"Eum," Zayyan mengangguk setuju. "Tapi kau jangan salah paham ya, Sing. Aku tadi menolak, bukan berarti karena aku tidak benar-benar menyukaimu, tapi hanya karena aku belum siap. Aku benar-benar menyukaimu dan cinta padamu, Sing," Zayyan mengungkapkan perasaannya dengan tulus.

Hati Sing kini menghangat, dan seketika emosinya yang tadi meluap kini seolah terbang bersama angin.

Sing menepikan mobilnya di pinggir jalan.

"Aku juga mencintaimu, Zayyan-ie. Sungguh-sungguh mencintaimu. Kau percaya padaku, kan Zayyan?" Sing menatap dalam mata Zayyan.

"Eum, aku percaya kok," Zayyan yang kini sudah menegakkan kembali duduknya pun tersenyum.

"Jika suatu hari nanti, ada orang yang mengatakan hal-hal buruk tentangku, maukah kau tetap mempercayaiku dan tetap berada di sisiku?" Tanya Sing dengan tatapan serius.

Sweet Friend (Xodiac SingZay)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang