2. Idea.

1.4K 265 132
                                    

Sebelum baca, vote dulu, lalu komen, ok thanks.

Komennya mana sih, rame di awal doang:)

***
Soobin menoleh kearah Yeonjun yang baru saja meletakkan tasnya di atas meja yang ada di ruang tamu rumahnya.

"Mau minum apa, Yeonjun?"

Yeonjun menoleh kearah Soobin sambil menggelengkan kepalanya.

"Tidak haus, lagipula aku harus segera pulang, kakak tidak masalah bukan aku tinggalkan sendirian?"

Soobin mengangguk, dia tidak masalah sama sekali mungkin untuk kali ini, tidak tau kalau saat dia sendirian.

"Baiklah, aku pulang, sampai jumpa, kak."

"Hati-hati Yeonjun, terima kasih ya," balas Soobin saat mendengar Yeonjun yang pamit pulang kepadanya itu.

Yeonjun hanya mengangguk dan melihat tangan Soobin yang melambai pelan kepadanya, sebelum dirinya berjalan pergi meninggalkan Soobin sendirian di rumah tersebut.

"Aku yang akan menutup pintunya, kakak langsung duduk saja," ucap Yeonjun saat tau kalau Soobin berniat mengantarnya sampai ke pintu rumah.

Soobin ketika mendengar itu berhenti dari berjalannya menurut apa yang dikatakan oleh Yeonjun.

Lalu telinganya bisa mendengar suara pintu rumahnya yang baru saja ditutup oleh Yeonjun.

Mata Soobin melirik kearah foto pernikahannya yang ada di sudut ruang tamu.

Kakinya berjalan kearah foto tersebut, dia bisa melihat ekspresinya yang tampak bahagia sekali disana, sial.

Dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menangis, dia menatap foto tersebut dengan membiarkan air matanya mengalir dengan deras ke pipinya, mau bagaimana lagi? Dirinya tidak bisa apa-apa tanpa suaminya itu.

Kelemahan Soobin memang, dia jika sudah bertemu dengan seseorang yang sangat dia sayang, maka dia akan ketergantungan dengan orang tersebut.

Tapi sekarang dia tidak bisa melakukan hal itu lagi, suaminya sudah meninggal, anaknya juga sama, dia benar-benar sendirian sekarang.

Dia tidak sedang dikutuk kan? Soobin terduduk di lantai sambil memeluk kakinya.

Mungkin untuk beberapa hari ke depan, Soobin akan bersikap sama seperti hari ini sebelum dia harus berpikir untuk ke depannya, tidak selamanya dia harus hidup seperti ini.

Berbanding terbalik dengan Yeonjun yang sudah sampai di rumah.

Ada mamanya yang menghampirinya, namun Yeonjun bersikap cuek.

"Darimana kamu, Yeonjun?"

"Ada rapat dadakan di organisasi, mama tidak lupa bukan kalau aku akan dijadikan kandidat untuk menjadi ketua organisasi, jadi sudah seharusnya aku harus selalu hadir disana," balas Yeonjun yang membuat mamanya itu cuma bisa memutarkan kedua bola matanya.

Yeonjun baru saja berjalan menaiki tangga untuk menuju ke kamarnya, namun langkah kakinya berhenti saat mendengar perkataan dari mamanya.

"Kamu sudah memberikan kunci rumah milik kakakmu kepada si murahan itu, kan?"

Tangan Yeonjun terkepal saat itu juga, dia tidak akan pernah suka dengan orang yang menghina Soobin, termasuk mamanya ataupun keluarganya yang lain.

Tapi Yeonjun gak bisa bersikap baik ke Soobin di hadapan keluarganya juga, makanya dia harus bersikap sama jahatnya seperti orang tuanya itu.

Hanya di depan keluarga saja, namun di hadapan Soobin, dia akan bersikap biasa saja.

"Iya, aku sudah memberikannya."

Mine! -yeonbin✔Место, где живут истории. Откройте их для себя