PART 33 - TERSINGKAP TABIR KEGELAPAN

114 23 8
                                    

[DISCLAIMER WARNING]

- R15+ "Young Adult AU Thriller"
- AU! BLOOD! Bijak dalam MEMBACA!
- THRILLER! MYSTERY! GORE! ANGST! Pikir 2 kali!
- Saya hanya MEMINJAM CHARACTER!
- OUT OF CHARACTER (OOC)
- BoBoiBoy belongs only to MONSTA!
- This story exists HARSH WORDS!
- Watch out for the SECRET ENDING!
- Plagiarism and copying of this story is prohibited!
- This story has a Prequel and Sequel story!

»»--⍟--««

Happy Reading!

»»--⍟--««

Kekecewaan terpancar jelas di wajah orang bertopeng saat ia memasuki markas mereka di akademi ini. Dengan kasar, ia melepas topeng yang menutupi wajahnya dan meletakkannya di atas meja.

"Mereka gak ngenalin lo, 'kan?" tanya salah satu rekannya.

Mendengar pertanyaan itu, orang bertopeng itu meledak. "Gue pake topeng anjir! Kenal atau gak itu bukan urusan gue! Lepasin abang gue sekarang, brengsek!" teriaknya kasar.

Rekannya itu berusaha menenangkan, "Udah, duduk aja dulu. Abang lo bakalan baik-baik aja," sambil memainkan rambut remaja laki-laki yang sedang diikat di kursi ruangan markas itu.

Orang bertopeng itu masih terlihat marah. "Gue udah turutin apa yang lo mau. Lepasin sekarang atau gue nekat," ancamnya.

Rekan orang bertopeng itu menghela napas, berusaha meredam kemarahan yang tampak jelas di wajah lawan bicaranya. Dengan nada tenang, ia berkata, "Kita semua di sini punya tujuan yang sama. Lo tahu apa yang harus lo lakuin sekarang."

Orang bertopeng itu mengepalkan tangannya erat-erat, rahangnya mengeras menahan emosi. Namun, ia tahu bahwa ia harus tetap tenang dan mengikuti rencana mereka. Dengan berat hati, ia mengangguk dan kembali memakai topengnya, menyembunyikan ekspresi wajahnya.

"Bagus," ujar rekannya, "Sekarang, kita harus segera laksanakan rencana berikutnya. Waktu kita gak banyak."

Orang bertopeng itu mengangguk, lalu berjalan mengikuti rekannya, meninggalkan ruangan dengan langkah tegas, tekad membara di balik topeng yang menutupi wajahnya.

❖❖❖

"Lah, anjir! Taufan ke mana woi?" Solar balas bertanya dengan nada terkejut.

Rimba mengerti maksud Solar, lalu dengan cepat mengkode dua jari ke arah anak-anak Club Taekwondo, memberi isyarat untuk segera pergi. Mereka pun bergegas meninggalkan tempat itu.

"Serius, Taufan ilang? Anjir, tadi dia di belakang lo kan, Pal?" tanya Fang panik.

"Gue juga gak tahu, tadi kan gue fokus sama pertarungan Ice sama psikopat gila itu!" Gopal menjawab was-was.

Solar yang sedari tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Gue cari Taufan dulu. Gue gak mau diantara kita ada yang mencar. Fang, gue titip Ice. Jagain!"

Solar bergegas pergi, meninggalkan Thorn yang berteriak, "Lar, lo gak ngajak gue?"

"Lo di sini aja, Thorn!" teriak Solar tanpa menoleh, fokus mencari keberadaan Taufan.

Solar berlari menyusuri lorong di setiap koridor, berusaha mencari keberadaan Taufan. "Taufan! Fan, lo di mana?" teriaknya panik. Ia tak bisa berhenti memikirkan apa yang mungkin terjadi pada sahabatnya itu.

Sementara itu, di Aula tadi, Gempa, Gopal, dan Fang saling berpandangan dengan cemas. "Gimana nih, Gem? Taufan sama Solar belum balik-balik," ujar Gopal khawatir.

Gempa menghela napas berat. "Kita tunggu dulu. Semoga mereka berdua baik-baik aja." Ia melirik ke arah Ice yang terbaring lemah, dijaga oleh Thorn. "Yang penting kita jaga Ice dulu di sini."

THE SECRET ACADEMY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang