PART 24 - IDENTITAS SEJATI

106 23 4
                                    

[DISCLAIMER WARNING]

- R15+ "Young Adult AU Thriller"
- AU! BLOOD! Bijak dalam MEMBACA!
- THRILLER! MYSTERY! GORE! ANGST! Pikir 2 kali!
- Saya hanya MEMINJAM CHARACTER!
- OUT OF CHARACTER (OOC)
- BoBoiBoy belongs only to MONSTA!
- This story exists HARSH WORDS!
- Watch out for the SECRET ENDING!
- Plagiarism and copying of this story is prohibited!
- This story has a Prequel and Sequel story!

»»--⍟--««

Happy Reading!

»»--⍟--««

Cassandra tetap tenang meskipun dihadapkan pada situasi yang sulit, dengan dua perempuan pembunuh bayaran yang berusaha memperdayanya. Dengan ekspresi andalannya, ia menerima ejekan mereka dengan senyum sinis.

"Woi, lo pikir bisa nipu kita segampang itu?" ejek salah satu dari mereka.

"Malah, lu yang jadi target kita selanjutnya!" timpal perempuan disebelahnya.

Namun, Cassandra tidak terpengaruh dan bahkan membalas dengan kecerdasan, "Susah ya ngomong sama orang-orang pengkhianat kayak kalian."

Kedua perempuan itu semakin kesal dengan sikap tenang Cassandra. "Emang songong banget ni anak. Baru tahu gue," ucap salah satunya dengan nada kesal.

"Senyum-senyum lagi. Gila lo, huh!"

Cassandra terus memainkan permainan psikologis dengan mereka. "Coba lihat ke belakang, ada kejutan untuk kalian."

Ketika kedua perempuan itu membalikkan tubuh, mereka kaget melihat bahwa rantai yang mengikat kedua tangan Cassandra sudah dilepas dengan mudah. Cassandra memang sudah terlatih sejak dini untuk menghadapi situasi ekstrem seperti ini. Dia tidak hanya terlatih secara fisik tetapi juga secara mental, sehingga rasa sakit dan luka di tangannya tidak mampu menandingi rasa sakit hatinya yang hancur akibat pengkhianatan mereka terhadap keluarganya.

"Anjir, kok bisa lepas sih? Padahal mau kita eksekusi lu!" ujar salah satu dari mereka, mengungkapkan kekagetan dan kegagalannya dalam merencanakan eksekusi terhadap Cassandra.

Cassandra masih menahan diri, mempertimbangkan opsi-opsi yang ada meskipun situasinya sulit. Dengan tatapan dingin, dia memandang kedua perempuan itu, menunjukkan bahwa dia tidak akan memberikan belas kasihan kepada pengkhianat seperti mereka.

"Udahlah, gak perlu buru-buru. Santai aja dulu," ucap Cassandra dengan suara yang tenang, meskipun dipenuhi dengan kebencian yang dalam. "Kalian masih punya kesempatan buat benerin kesalahan kalian."

"Santai pala lu!" sembur salah satu dari mereka, "Kalau lu gak is dead, kita yang is dead anying."

Kedua perempuan itu memandang Cassandra dengan campuran ketakutan dan penolakan. Mereka menyadari bahwa mereka telah salah menilai kekuatan dan kegigihan gadis di depan mereka.

"Gak ada gunanya minta ampun, Cass. Kita udah dapet perintah buat nyelesaiin kerjaan ini," ujar salah satu dari mereka dengan suara gemetar, mencoba menunjukkan sikap tegas meskipun sebenarnya mereka merasa cemas.

Cassandra masih tetap tenang, meskipun dalam hatinya bergelora. Dia tahu bahwa ia harus bertindak dengan hati-hati untuk memastikan keselamatan dirinya dan keluarganya.

"Kalian berdua gak perlu jadi alat buat kejahatan. Berhenti sekarang, dan gue bakal pertimbangkan buat gak ambil tindakan lebih lanjut," kata Cassandra dengan tegas, mencoba memberikan kesempatan terakhir kepada kedua perempuan itu untuk bertobat.

Namun, reaksi mereka membuatnya semakin yakin bahwa dia harus mengambil tindakan tegas untuk melindungi dirinya dan orang-orang yang dicintainya. Dengan hati yang berat, Cassandra mempersiapkan diri untuk menghadapi konsekuensi dari keputusannya, memastikan bahwa tidak ada yang bisa mengancam lagi kedamaian hidupnya.

THE SECRET ACADEMY Where stories live. Discover now