PART 40 - KEMBALINYA LAURA

56 22 7
                                    

[DISCLAIMER WARNING]

- R15+ "Young Adult AU Thriller"
- AU! BLOOD! Bijak dalam MEMBACA!
- THRILLER! MYSTERY! GORE! ANGST! Pikir 2 kali!
- Saya hanya MEMINJAM CHARACTER!
- OUT OF CHARACTER (OOC)
- BoBoiBoy belongs only to MONSTA!
- This story exists HARSH WORDS!
- Watch out for the SECRET ENDING!
- Plagiarism and copying of this story is prohibited!
- This story has a Prequel and Sequel story!

»»--⍟--««

Happy Reading!

»»--⍟--««

Solar terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan. "Ya ... dulu gue punya adik perempuan. Tapi dia ... dia hilang," ujarnya dengan suara bergetar.

"Siapa nama adik perempuan lo?" tanya Taufan, memastikan.

Suasana menjadi hening sejenak. Solar tampak ragu-ragu, namun akhirnya ia menjawab dengan suara pelan, "Namanya ... Yvonne Inezea Gevariel. Sebenernya, ketika kecil gue panggil dia ... Ying juga."

Taufan memahami apa yang dirasakan Solar. Ia lalu melanjutkan, "Gue tahu ini pasti berat buat lo. Tapi gue punya informasi penting yang harus lo tahu."

Perlahan, Taufan mengeluarkan sebuah buku dari tas yang ia bawa dipundaknya. "Lo tahu buku ini?"

Solar terbelalak, seakan-akan pernah melihat buku itu. "Buku itu ... boleh gue pegang, Fan."

Taufan langsung memberikannya setelah mengangguk pelan. Ketika Solar memegang buku milik Ying itu, ekspresi wajahnya berubah. Ia tampak terkejut dan tak percaya.

"Ini ... ini kan buku Ying?" gumam Solar, jemarinya menelusuri sampul buku itu dengan hati-hati. Tiba-tiba, Solar tersentak. Jiwanya seakan terbawa ke masa lalu, terhubung dengan buku itu melalui kemampuan Retrocognitive Touchnya.

Taufan memperhatikan perubahan ekspresi Solar dengan seksama, menyadari bahwa kesadaran Solar mulai melemah. Dengan sigap, Taufan menangkap tubuh Solar yang limbung, menyadari bahwa buku itu belum pernah disentuh oleh Solar sebelumnya.

Solar, matanya terpejam, seolah-olah jiwanya telah terbawa ke dimensi lain. Taufan hanya bisa memandang dengan cemas, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Perlahan, Solar membuka matanya, namun tatapannya terlihat kosong. Taufan bisa melihat ada sesuatu yang berbeda dari sahabatnya itu. "Solar? Lo baik-baik aja?" tanyanya dengan hati-hati.

Solar tidak langsung menjawab. Ia memandang buku di tangannya dengan seksama, sebelum akhirnya mengangkat wajah dan menatap Taufan. "Gue ... gue ngerti sekarang," ujarnya lirih.

Ia memandang buku di tangannya dengan seksama, sebelum akhirnya mengangkat wajah dan menatap Taufan, yang ingin berbicara.

"Lar, kita ketemu Detektif Voltra dulu. Lo sanggup?" tanya Taufan.

Solar mengangguk pelan. "Iya, gue sanggup. Ada yang harus gue sampaikan ke Detektif Voltra," ujarnya dengan suara yang terdengar lebih tenang.

Taufan menghela napas lega. "Oke, ayo kita temui Detektif Voltra sekarang."

❖❖❖

Solar dan Taufan berjalan dengan langkah cepat menuju tempat Voltra, seorang detektif muda dari Unit Detektif Kepolisian, berada. Rasa khawatir dan determinasi terpancar jelas di wajah Solar. Ia tahu bahwa waktu adalah hal yang krusial dalam kasus ini.

Sesampainya di tempat Detektif Voltra, Solar dan Taufan langsung menghampiri laki-laki muda yang terlihat berwibawa itu.

"Detektif Voltra, kami butuh bantuan Anda," ujar Solar dengan nada serius.

THE SECRET ACADEMY Where stories live. Discover now