PART 35 - DIA YANG LAIN

54 17 6
                                    

[DISCLAIMER WARNING]

- R15+ "Young Adult AU Thriller"
- AU! BLOOD! Bijak dalam MEMBACA!
- THRILLER! MYSTERY! GORE! ANGST! Pikir 2 kali!
- Saya hanya MEMINJAM CHARACTER!
- OUT OF CHARACTER (OOC)
- BoBoiBoy belongs only to MONSTA!
- This story exists HARSH WORDS!
- Watch out for the SECRET ENDING!
- Plagiarism and copying of this story is prohibited!
- This story has a Prequel and Sequel story!

»»--⍟--««

Happy Reading!

»»--⍟--««

"Fan, lo mau ke mana woi?" tanya Gopal, terkejut melihat tingkah Taufan.

"Fan, balik? Gue gak mau lo pergi sendiri," ucap Solar, khawatir.

Taufan terus berjalan, seolah-olah tidak mendengar panggilan teman-temannya. Langkahnya mantap, seakan-akan ia memiliki tujuan yang pasti. Hujan semakin deras, namun Taufan tidak menghiraukan rintikan air yang membasahi tubuhnya.

Teman-temannya hanya bisa memandang dengan cemas, tidak tahu apa yang akan dilakukan Taufan. Mereka khawatir jika Taufan pergi sendirian dalam kondisi cuaca yang buruk. Namun, Taufan tampaknya sudah bertekad untuk melakukan sesuatu.

Gempa, tampak ragu-ragu saat menghadapi Solar, yang merupakan ketua. Meskipun bukan pemimpin, Gempa menyadari bahwa Solar, sebagai ketua, harus bijak dalam mengambil keputusan.

"Sekarang gimana, Lar? Lo harus pilih," ujarnya.

"Lo mau tetep di sini jaga Ice, cari Thorn, atau kejar si Taufan."

Solar terdiam sejenak, mempertimbangkan opsi-opsi yang ada. Ia tidak ingin mengecewakan siapa pun, mengingat mereka semua adalah sahabatnya. Setelah berpikir keras, Solar akhirnya membuat keputusan.

"Hmm, gue rasa ... gue bakal kejar si Taufan," ujar Solar mantap. "Gue gak bisa biarin dia pergi sendirian gitu aja."

"Gue juga bakal cari Thorn. Dia sahabat gue," sambungnya.

Gempa mengangguk, paham dengan keputusan Solar. "Oke deh, gue sama si Gopal bakal jagain si Ice dan cari si Thorn juga di sekitar sini. Semoga lo bisa bujuk si Taufan juga buat balik."

Solar juga mengangguk yakin. Tanpa membuang waktu lagi, ia segera melesat menyusul Taufan, menembus hujan yang semakin deras.

❖❖❖

"Mobil siapa tuh di luar," gumam Taufan melihat sebuah mobil supercar berwarna merah. Seragam Taufan-kemeja putih itu kini basah kuyup, langkahnya berjalan mendekati mobil yang terparkir diluar Akademi.

"Kek pernah lihat," pikirnya.

Abang pasti akan baik-baik aja. Gimana rasanya sekarang, Bang?

"Mobil Detektif Voltra. Jangan-jangan, ada Bang Beliung di sini," pikir Taufan langsung celingak-celinguk mencari sosok abangnya itu. Ia sungguh ingin bertemu dengannya setelah berpisah 11 tahun lamanya.

"Tapi, Bang Beliung ngapain di sini? Itu kan bahaya," pikirnya khawatir. "Gue tahu lo Detektif, Bang, tapi ... satu hal yang gue takutin. Gue terlambat ketemu sama lo," lirihnya.

Air derasnya hujan membasahi wajah Taufan, membuat rambut hitamnya menempel di dahi. Tetes-tetes air hujan mengalir di pipinya, seolah-olah ikut merasakan kekhawatiran yang sedang dirasakannya. Taufan terus berjalan dengan langkah tergesa, mendekati mobil merah yang terparkir di luar akademi.

Jantungnya berdebar kencang, perasaan campur aduk antara rindu, khawatir, dan takut. Sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan sang abang, Beliung. Terakhir kali mereka bertemu, Taufan masih kecil, sebelum akhirnya Beliung harus pergi meninggalkannya.

THE SECRET ACADEMY Where stories live. Discover now