PART 41 - PILIHAN YANG SULIT

56 20 12
                                    

[DISCLAIMER WARNING]

- R15+ "Young Adult AU Thriller"
- AU! BLOOD! Bijak dalam MEMBACA!
- THRILLER! MYSTERY! GORE! ANGST! Pikir 2 kali!
- Saya hanya MEMINJAM CHARACTER!
- OUT OF CHARACTER (OOC)
- BoBoiBoy belongs only to MONSTA!
- This story exists HARSH WORDS!
- Watch out for the SECRET ENDING!
- Plagiarism and copying of this story is prohibited!
- This story has a Prequel and Sequel story!

»»--⍟--««

Happy Reading!

»»--⍟--««

Yumi dengan lembut membantu Laura untuk duduk di kursi roda. Ia mendorong kursi roda itu perlahan, memastikan Laura merasa nyaman.

"Ayo, Ra. Gue anter lo ke kamar rawat inap lo. Lo butuh istirahat," ujar Yumi sambil terus mendorong kursi roda.

Laura mengangguk pelan. Meskipun kondisinya belum sepenuhnya pulih, ia tahu bahwa tim mereka membutuhkan kontribusinya. Saat Yumi mendorong kursi rodanya, pikiran Laura tentang masa lalu kembali berputar, lalu membatin, "Licik juga lo."

Ia memiliki rahasia yang ia ketahui sebelum akhirnya dirinya diserang dan berakhir koma. Laura curiga ada sesuatu yang disembunyikan oleh seseorang yang ia curigai terkait kasus ini. Namun, untuk saat ini ia memilih untuk tidak menyuarakan pikirannya keras-keras.

Yumi terus mendorong kursi roda Laura dengan hati-hati, berusaha membuat perjalanan menuju kamar rawat inap selenyap mungkin. Ia tahu Laura masih belum sepenuhnya pulih, tapi tekad gadis itu untuk membantu tim investigasi sangat kuat.

Meskipun kondisinya belum sepenuhnya pulih, Laura tahu bahwa tim mereka membutuhkan kontribusinya. Ia hanya berharap, mereka bisa segera menuntaskan kasus ini dan mendapatkan keadilan yang selama ini mereka perjuangkan.

Sementara itu, di balik semua ini, Laura menyimpan sebuah rahasia yang mungkin bisa menjadi kunci untuk mengungkap kebenaran di balik serangan yang menimpanya. Rahasia itu, entah bagaimana caranya, bisa menjadi petunjuk penting dalam penyelidikan mereka.

❖❖❖

Ruangan yang gelap gulita itu terasa mencekam. Dua remaja laki-laki melangkah masuk dengan hati-hati. Seseorang yang sebelumnya mengobrol dengan anak buahnya yang lain, tiba-tiba menyunggingkan senyum sinis.

"Jadi Maripos udah is dead, dia sama gak bergunanya dengan anak buahnya, Rachel dan Ravenna. Gue maklumin lah, mereka emang bego," ujarnya dengan nada meremehkan.

Salah satu dari dua remaja itu berseru, "Oi, terus kita gimana?"

"Ya gak gimana-gimana," jawab orang itu dengan cuek. Ia melipat tangannya di dada, menatap remaja-remaja itu dengan pandangan datar.

"Tapi kan kita udah ikut-ikutan lo, masa sekarang lo buang gitu aja?" protes salah satu remaja, nada suaranya terdengar kesal.

Orang misterius itu hanya mengangkat bahu. "Kalian pikir gue peduli? Kalian cuma anak buah yang gak berguna. Gue udah capek ngurusin orang-orang kaya kalian."

"Enak aja lo bilang gitu!" seru remaja yang lain, wajahnya memerah menahan marah. "Lo yang nyuruh kita buat ngelakuin semua ini, sekarang lo mau buang gitu aja?"

Orang misterius itu tetap tenang. "Terserah lo mau ngomong apa. Yang jelas, lo semua gak ada gunanya buat gue lagi." Ia berbalik, bersiap meninggalkan ruangan.

Remaja yang lain mencoba menenangkannya. "Eh, bro, santai. Jadi, apa tugas selanjutnya yang harus kita lakuin?"

Orang misterius itu terdiam sejenak, mempertimbangkan pertanyaan itu. "Hmm, menarik. Mungkin ada satu tugas lagi yang bisa kalian lakuin untuk gue." Ia menyeringai tipis.

THE SECRET ACADEMY Where stories live. Discover now