Prolog

24 2 0
                                    

Besok jadwal keberangkatan putri semata wayangnya menuju rumah calon suami.

Sebelumnya, orangtuanya menolak tegas kenekatan putrinya untuk datang ke sana karena alasan tertentu yang dimiliki Ayra sangat beresiko.

"Percaya sama aku. Selama aku tinggal di  sana, aku baik-baik saja, ketika nanti pulang aku pasti bawa kabar gembira buat Papa dan Mama," ucap Ayra meyakinkan.

"Sayang, menjadi pembantu tidaklah enak, pekerjaan rumah ditanggung sendiri sedangkan jatah makan sangatlah terbatas kalau kamu penasaran dengan Revan, kita bisa berkunjung ke rumahnya asal tidak melakukan hal konyol seperti ini," tutur Farah.

"Ma, aku menerima perjodohan ini tanpa adanya bantahan, terus apa susahnya kasih aku izin buat pergi supaya mengetahui gimana karakter mas Revan terlebih dahulu sebelum aku benar-benar menjadi istrinya," balas Ayra.

Farah terdiam sedangkan Adinata geleng-geleng kepala. Perjodohan antara Ayra dengan Revan bukan atas dasar cinta melainkan karena sebuah janji di masa lalu yang terlanjur diucapkan oleh Adinata kepada papanya Revan.

"Keras kepala. Baiklah, terpaksa Papa ijinkan," kata Adinata.

"Papa yakin?" kaget Farah.

Suaminya tidak menjawab membuat Farah sedikit paham bahwa tidak ada pilihan lain kecuali menghargai keputusan sang putri.

"Dengar sayang, pesan mama, siapa pun orangnya kalau ada yang menyakiti perasaan kamu, baik melalui ucapan atau perbuatan, balas mereka setimpal dengan cara elegan, mengerti?" nasihat Farah.

Ayra mengangguk, bujukannya berhasil.

Karenamu (End) tahap revisiWhere stories live. Discover now