Lima

48.2K 3K 22
                                    

"Nic, bilangin anak-anak gue gak bisa ikut latihan hari ini. Ada urusan mendadak," kata Ben lalu segera berlari meninggalkan Nico.

"Ada urusan apa mau ngikutin Adriana?" ucap Nico pada dirinya sendiri sepeninggal Ben.

----

Kemana sih tuh cewek?

Ben berlari menuruni tangga menuju koridor lantai 1. Ia harus menemukan Adriana, memastikan gadis itu baik-baik saja.

Bukan main kagetnya Ben ketika melihat Adriana jatuh tersungkur di hadapan Marsha yang menamparnya. Ia yang berniat mengambil bola basket di gudang, malah melihat peristiwa yang bahkan tidak ingin ia bayangkan.

Bukan berarti Ben menyukai Adriana atau apa, gadis itu tidak ada apa-apanya dibandingkan koleksi mantan pacar Ben. Hanya saja Ben merasa gadis itu amat berbeda. Karena Adriana, ia akhirnya merasakan rasanya ditolak dan dijutekin oleh cewek. Karena Adriana, insting playboy Ben menyala berapi-api. Untuk pertama kalinya, ia memutar otak mencari cara agar Adriana mau mengobrol dengannya, mengambil hatinya.

I better make sure she is alright.

Di ujung koridor, sepasang bola mata biru Ben menangkap bayangan Adriana yang berjalan sempoyongan. Seketika Ben berlari mengejar gadis itu, menjaga agar gadis itu tidak jatuh tersungkur ke lantai untuk kedua kalinya pada hari itu.

"Adriana!" seru Ben sembari menahan tubuh Adriana yang sudah kehilangan keseimbangan, membuat gadis itu sepenuhnya bersandar pada dada bidang Ben. Lengan kuat itu menahan tubuh kecil Adriana, bola mata birunya menyihir Adriana, memaksa gadis itu untuk terus menatapnya. Membuatnya terpaku.

Dan Adriana betul tersihir oleh sepasang bola mata biru itu. Tenggelam di dalamnya.

Sadar, Adriana buru-buru berdiri dan malah kehilangan keseimbangannya lagi. Sigap, Ben menahan tubuh kecil gadis itu.

"Apaan sih kayak sinetron aja," ujar Adriana. Kali ini ia mampu menemukan keseimbangannya.

"Lagian elo berdiri aja ga becus," balas Ben. "Bukannya terima kasih lo. Kalo gak kepala lo pasti udah bocor kali."

"Gue gak minta lo nahan gue ya."

"Susah amat sih bilang makasih?"

"Ngarep banget lo?"

"Bukannya ngarep, tapi kan udah semestinya."

"Lupain aja."

Ben menahan tangan Adriana ketika gadis itu hendak pergi. "Wait, kenapa baju lo basah kuyup begitu?"

"Gara-gara cewek lo."

"Girlfriend no more. Gue nyesel banget pernah punya pacar kayak dia."

"Don't care."

Ben menatap Adriana tak percaya. "Ampun deh, jutek banget sih lo?"

"Mending jutek daripada fake."

"Well... gue setuju sih."

"Sekarang lo mau nahan gue berapa lama lagi? Gue mesti kerja."

Ben menganga. "Lo masih mau kerja?"

BLUEWhere stories live. Discover now