Tiga Puluh Delapan

19.5K 1K 21
                                    

Dentum musik keras memenuhi seantero ruangan, suasana yang riuh namun minim pencahayaan, barisan muda-mudi yang bersukaria, dan Naomi Mattheson yang duduk disana sendirian, tak henti-hentinya menenggak minuman keras.

Istilah pergi ke club dan mabuk-mabukkan tak pernah ada dalam kamus hidup Naomi. Naomi selalu menjadi pribadi yang bijaksana, selalu berpikir panjang, dan selalu memperhitungkan berbagai kemungkinan yang ada. Naomi selalu menjadi panutan dalam hal menjaga nama baik keluarga dan juga nama baiknya sendiri. Selama menjadi model, tak pernah sedikitpun gadis cantik ini menimbulkan kontroversi bersifat negatif. Lantas, apa yang membawanya kesini?

Sakit hati.

Sakit hati karena dipandang lemah, dianggap tak layak memimpin Mattheson Corporation.

Pada awalnya Naomi tak berambisi untuk menguasai Mattheson Corporation. Ia hanya akan fokus pada perusahaannya sendiri, dan karier modelling nya. Namun, kini ia sadar bahwa sejak awal dirinya tak pernah menjadi pilihan kandidat Presdir Mattheson Corporation. Dirinya seakan-akan hanya menjadi bayangan diantara kedua saudara lelakinya.

"Lagi," ucap Naomi dengan suara serak dan setengah sadar kepada seorang bartender bernama Victor. Gadis itu menginginkan Victor untuk kembali mengisi gelas kosongnya dengan minuman keras.

Sang bartender, Victor, menatap Naomi ragu. "Lagi?"

"Gue bilang gue mau lagi!" bentak Naomi tak sabaran.

Salah seorang bartender yang lain bernama Gilang, datang menghampiri mereka. "Kenapa, Tor?"

Victor menunjuk Naomi dengan dagunya. "Nih cewek udah mabok tapi masih minta minum."

Gilang memperhatikan wajah Naomi yang tertunduk dengan seksama. Beberapa saat kemudian, lelaki itu terkejut ketika ia mengenali siapa perempuan yang ada di depannya.

"Kasih aja, Tor," ucap Gilang, masih terkejut. "Gue yakin, lo gak mau berurusan sama seorang Mattheson."

Victor pun ikut terkejut. "Ah yang bener lo?! Ini, Naomi Mattheson?"

"Mana minuman gue?!" bentak Naomi lagi pada Victor dan Gilang. "Lo semua mau duit gak sih?!"

Ketika Victor hendak menuangkan minuman keras itu, seseorang merampas gelas yang digenggam Naomi. Naomi menoleh cepat, merasakan amarah memuncak meskipun ia sedang mabuk.

"Balikin gelas gue!" seru Naomi marah.

Victor dan Gilang yang mengenali orang tersebut terkejut, dan sedikit ketakutan. "B... Big boss?"

Naraka Sadewa, sang pemilik club tersebut dengan wajah datar memberi isyarat pada kedua karyawannya untuk segera pergi.

"Stop it, Naomi. Kamu udah terlalu mabuk," ujar Naraka, sambil terus menggenggam gelas Naomi.

Suasana club yang gelap, dan penglihatan Naomi yang kabur akibat mabuk membuat gadis itu tak mampu mengenali lelaki yang ada dihadapannya.

"None of your business," balas Naomi acuh. Gadis itu terus berupaya meraih gelas yang ada pada genggaman kuat Naraka. "Balikin gelas gue!"

Tiba-tiba, Naomi kehilangan keseimbangan dan terhuyung menabrak tubuh Naraka. Spontan, Naraka menahan gadis itu agar tidak jatuh tersungkur ke lantai. Kepala Naomi membentur dada bidang Naraka, menghirup aroma parfum lelaki itu. Lucunya, karena aroma parfum itu, Naomi jadi mampu mengenali siapa lelaki yang ada di hadapannya ini.

BLUEWhere stories live. Discover now