Tiga Puluh Enam

19.3K 1K 34
                                    

"Kita pergi dari sini," ucap Ben tegas.

Tanpa basa-basi, Adriana langsung berdiri dan mengikuti Ben. Ia melirik Jae Hyun sebentar, menatapnya menyesal. Jae Hyun tersenyum kecil, mengisyaratkan bahwa ia mengerti keadaannya dan ia takkan memaksa Adriana untuk tetap tinggal bersamanya.

Semua mata nampak tertuju pada Ben dan Adriana yang berjalan tergesa-gesa meninggalkan venue acara. Ben dengan wajah serius, dan Adriana dengan wajah bingung.

"Ih Ben tunggu gaun aku susah nih," ucap Adriana. Tangannya masih digenggam erat oleh Ben. Adriana kesulitan menyejajarkan langkahnya dengan langkah lebar Ben. Belum lagi ia yang mengenakan high heels membuatnya sulit berjalan. "Cepet banget sih jalannya."

Ben berhenti sebentar, lalu mulai berjalan pelan sambil terus menggenggam tangan Adriana.

Petugas valet membawakan mobil Ben, dan sesegera mungkin Ben membukakan pintu untuk Adriana, sebelum ia berlari menuju kursi pengemudi.

"Ben, kita mau kemana?" tanya Adriana.

Ben terdiam. Sejujurnya ia juga tak tahu mau kemana.

Yang ia inginkan hanya waktu berdua bersama Adriana.

"Kamu ngapain sih dateng kesitu sama Jae Hyun? Kenapa gak bilang sama aku?" ucap Ben, tak berusaha menyembunyikan kekesalannya.

Adriana menghela nafas. Lelah. "Udahlah, kita sama-sama salah."

Ben juga ikut menghela nafas. Menyalahi kebodohannya.

"Maafin aku," gumam Ben. Raut wajahnya serius, tatapannya terpaku pada jalanan. "Ini semua lagi-lagi karena kebodohan aku."

"Nope," ujar Adriana. "Ini semua karena kebodohan dan ego kita masing-masing."

"Adriana, aku ini orangnya mudah cemburu. You are mine, and I believe that what's mine should remain mine," ucap Ben tegas.

Dasar cemburuan. Untung ganteng, kalo enggak mah udah gue apain kali, batin Adriana dalam hati, sambil menahan senyum yang perlahan mengembang di bibirnya.

"Got it?" tanya Ben, lalu melirik Adriana.

Adriana memutar bola matanya. "Yes, Daddy."

Ben tersentak, bahkan secara refleks ia hampir menginjak pedal rem. Ia bahkan menepikan mobilnya, dan menatap Adriana dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Lho, kenapa? Kok berhenti?" tanya Adriana bingung.

"Say that again," perintah Ben.

"Say what?"

"Your previous sentence."

"Yes, Daddy?"

Ben mendekatkan wajahnya pada Adriana, membuat Adriana berdebar-debar.

"Do you really mean to call me Daddy, sweetheart?" tanya Ben, dengan senyum nakal.

"Yes, what's the deal with that?" tanya Adriana bingung.

"Do you know that it has sexual meaning?" tanya Ben, masih dengan senyum nakal.

"What?" seru Adriana melengking. Ia terlihat panik. Rona merah di pipi ya seketika muncul dan tak bisa ia sembunyikan. "What sexual meaning? I mean when you scolded me, and then you said 'got it?', you really sounded like my father!"

BLUEWhere stories live. Discover now