Tiga Belas

42.2K 2.6K 57
                                    

"Adriana, ke ruangan saya sekarang."

Adriana memutar bola matanya malas mendengar suara Ben dari ujung telepon.

"Ya, Pak."

Adriana pun bangkit dan segera menuju ruangan Ben. Ia mengetuk pintu ruangannya pelan.

"Masuk."

Adriana membuka pintu ruangan Ben, berusaha sekuat tenaga untuk memasang wajah ramah.

Tampaknya Adriana sedikit terbantu karena sepertinya Ben sedang serius.

"Adriana, besok saya, Timothy, dan Naomi akan menghadiri rapat bulanan pemegang saham Mattheson Corporation. Kebetulan juga besok kita kedatangan investor dari Perancis, jadi saya mau sampaikan ke kamu kalau acara besok sangat penting," ujar Ben. Adriana mengangguk.

"Baik, saya mengerti, Pak," jawab Adriana. Ben yang serius sungguh terasa berbeda.

"Dan, saya harap kamu menyediakan waktu sebentar nanti sore untuk pergi bersama saya setelah meeting dengan klien, bisa?"

"Untuk apa, Pak?"

"Akan saya beritahu nanti. Kalau begitu kamu boleh kembali."

Adriana mengangguk. "Baik, Pak."

Gadis itu pun berbalik badan, membuka pintu ruangan Ben, dan menutupnya kembali.

Seketika Ben menghembuskan nafas lega.

"Untung gue tahan bersikap serius," gumamnya pelan.

----

Meeting hari itu berjalan dengan baik, baik Ben maupun klien sama-sama puas dengan hasil kerjasama mereka.

Ben merasakan Adriana yang sudah tampak lelah. Gadis itu mulai bersandar pada kursinya setelah sebelumnya duduk dengan tegap di sampingnya.

Dan Adriana senang bukan main ketika melihat Ben akhirnya berjabat tangan dengan si klien, menandakan meeting hari itu telah berakhir.

Setelah si klien menghilang dari pandangan, Adriana menguap lebar, mengeluarkannya dengan bebas setelah lama ia tahan.

Ben menatap Adriana sambil tersenyum kecil. "Kamu ngantuk?"

Adriana mengangguk kecil. "Ini udah hampir jam 6."

"Maaf nih bikin kamu lembur, tapi kamu bener-bener harus nemenin saya abis ini."

Adriana sekuat tenaga menahan bola matanya agar tidak memutar, berusaha profesional. Mendampingi Direktur kemanapun ia pergi untuk urusan perusahaan adalah tugas utamanya.

"Gak apa-apa."

Ben pun bangkit berdiri. "Ya sudah yuk kita pergi biar gak terlalu malem."

Ben meraih tangan Adriana, hendak membantu gadis itu bangkit.

Refleks, Adriana menepisnya. Gadis itu menatap mata biru Ben tajam.

"Hati-hati, ya," ucap Adriana.

"Jangan kegeeran kamu. Gentleman tuh harusnya begitu," balas Ben, terlihat sebal. Padahal setengah mati ia menahan senyum jahilnya.

"Kalo gitu buang jauh-jauh sikap gentleman mu itu," ujar Adriana sambil berjalan cepat menuju pintu keluar restaurant yang berada di dalam sebuah hotel mewah di daerah Senayan itu.

Ben tersenyum kecil, lalu mengejar Adriana yang berjalan cepat karena ingin menjauhi Ben. Ben dengan mudahnya menyejajari langkah gadis itu.

"Kamu emang suka banget lari ya," gumam Ben, kini lelaki itu telah mencapai pintu lobby hotel, lebih dulu dari Adriana.

BLUEWhere stories live. Discover now