Dua Puluh (REPUBLISHED)

2.7K 48 0
                                    

"Aduh bisa gak sih bajunya yang biasa aja?"

Adriana menghela nafas ketika melihat pantulan dirinya pada cermin. Ia sungguh berbeda. Setelah serangkaian make over yang ia jalani bersama Charista dan Aura, kini Adriana tampak berbeda.

Cantik, tapi tak kehilangan kesederhanaannya.

Kini gadis itu hanya bisa pasrah menjadi wadah kreatifitas Aura dan Charista. Kedua sahabatnya itu mendandaninya, membuatnya mengenakan baju-baju yang tak biasa ia kenakan.

Ia akui ia memang menjadi cantik, tapi ia tak terbiasa dengan perubahan ini.

"Ri, lo tuh tugasnya sekarang cuman duduk manis tanpa banyak tanya," ucap Aura sambil memoleskan lipstik berwarna peach pada bibir Adriana. "Aw, you are very pretty, Adriana."

"Geez, Ri, lo tuh kenapa sih gak peduli sama penampilan? Lo tuh cantik tau kalo lo mau peduli sama penampilan lo," ujar Charista sambil menata rambut ikal alami Adriana. "Lo tuh punya rambut yang bikin cewek-cewek jealous tau gak."

"Boro-boro mikirin perawatan. Gue harus nabung buat biayain kuliah adek gue tau," kata Adriana. "Tapi jujur, gue jadi beda."

"Ya beda lah! Kalo lo udah di tangan gue dan Charista, pasti lo bakal jadi makin cantik!" ucap Aura bangga.

Setelah melakukan sentuhan terakhir, Adriana pun siap. Aura dan Charista tampak sangat senang.

"Ah bangga gue sama hasil kerja gue," komentar Charista. "Sekarang lo keliatan kayak sosialita muda deh."

"Okay, berarti sekarang kita tinggal berangkat!" seru Aura senang.

Adriana menatap pantulannya pada cermin, tersenyum. Adriana merasa berbeda. Ia merasa menjadi... seorang perempuan sejati. Ia merasa istimewa. Namun, Adriana paham bahwa ia tak akan bisa menjadi sesempurna ini setiap saat. Bagaikan Cinderella, ia punya tenggat waktu. Ia tak bisa menjadi seorang Princess selamanya.

Kecuali seorang Pangeran datang meminangnya.

----

Adriana, Aura, dan Charista berangkat menuju sebuah klub malam yang sangat terkenal di kalangan elite Jakarta. Sebuah tempat yang tak pernah Adriana bayangkan akan ia kunjungi.

Sedari dulu gadis itu adalah tipe gadis rumahan. Ia sangat nyaman berada di rumah, berkumpul bersama keluarganya. Jika tak bersama dengan keluarganya, Adriana mungkin akan tenggelam dalam buku-buku bahasa asing yang ia baca.

Tak pernah sekalipun Adriana membayangkan akan berada di sebuah klub malam.

"Yeah girls, let's party!" seru Charista, berusaha mengalahkan suara musik yang menggema di seluruh sudut ruangan klub malam itu.

"Let's having fun!" balas Aura lagi.

Sementara Adriana tak tahu harus berbuat apa. Tanpa sepengetahuan Aura dan Charista, gadis itu menggenggam sebuah hoodie, karena ia takut bajunya yang menurutya terbuka itu akan membuatnya kedinginan. Dan benar saja, klub malam itu membuatnya kedinginan, dan sedikit ketakutan.

Adriana buru-buru mengenakan hoodie itu.

----

Ben sedang berolahraga di gym pribadi keluarga Mattheson di mansion keluarganya yang amat besar. Perlengkapan gym itu tak kalah dengan gym-gym yang ada di Jakarta, bahkan sedikit lebih baik.

Ben sedang asyik mengangkat beban ketika ia mendengar ponselnya berbunyi.

Ben mengangkat telepon dari kakaknya, Naomi.

"Naomi? Kenapa?" tanya Ben.

"Lo lagi dimana, Ben?" jawab Naomi, gadis itu terdengar panik.

"Di gym, kenapa?"

BLUEWhere stories live. Discover now