Empat Puluh Enam

17.7K 1K 14
                                    

Langit yang gelap hampir kembali bertemu dengan sang terang. Hingga saat itu, Ben masih juga belum dapat bernafas dengan tenang.

Sudah hampir 8 jam sejak terakhir Ben melaporkan kasus hilangnya Adriana kepada kepolisian setempat. Hingga menjelang pagi, Ben urung meninggalkan kantor polisi dan bersikeras menunggu disana hingga ada titik terang tentang keberadaan Adriana.

Lelaki itu tak bisa tenang. Ia menjambak rambutnya sendiri, menendang, hingga meninju dinding demi meluapkan perasaannya saat ini. Saking kerasnya ia meninju dinding di sampingnya, darah segar perlahan muncul dari jemari tangannya.

"Kamu dimana," bisik Ben pelan, penuh penyesalan. Tubuhnya merosot ke lantai. "Kenapa aku gak bisa lindungin kamu?"

Ia lalu menjambak rambutnya, entah untuk yang keberapa kalinya. "Maaf, ini semua karena aku..."

Beberapa menit kemudian, sesuatu melintas di benaknya. Ia meraih ponselnya dan menelepon Vanessa. Kali pertama, tidak diangkat. Mungkin gadis itu masih tertidur. Ben tak menyerah, ia kembali menelepon Vanessa. Nada dering keempat, Vanessa pun mengangkat teleponnya.

"Halo?" ucap Vanessa dengan suara mengantuk yang sangat kentara.

"Vanessa, ini Ben," ujar Ben.

"Ya, kenapa Ben?"

"Cancel semua project kita."

"Cancel? Cancel gimana?"

Ben menghela nafas. "Adriana hilang, Nes."

"APA?!" pekik Vanessa. "Hilang gimana?"

"Kemarin malem di Beachwalk. Sekarang gue masih di kantor polisi."

"Kantor polisi mana? Biar gue kesana."

"Nanti gue send locationnya, gue lupa tepatnya dimana," ujar Ben. "Oh iya ada satu hal yang mau gue tanya."

"Apa?"

"Lo rahasiain project kita ini kan? Gak ada yang tau kalo gue mau lamar Adriana kan?"

"Iya dong Ben sesuai permintaan lo di awal kalo lo gak mau ada orang lain yang tau soal rencana lo ini. Gue bisa jamin 100% kerahasiaannya karena hampir semuanya gue yang handle," ujar Vanessa.

Ben mengangguk-angguk. "Okay, thank you, Nes. By the way, lo gak harus dateng kesini kok, ini masih subuh, kasihan lo kalo harus kesini."

"Gak apa-apa Ben, gue lebih gak tega kalo lo sendirian disana."

"Well terserah lo sih, tapi tim gue dari Jakarta udah on the way kesini, jadi beberapa lama lagi gue gak akan sendirian."

"Tim? Tim apa?"

"Tim pengawal. Gue ini businessman dengan penuh saingan bisnis, Nes. Jadi gue punya tim yang bertugas ngejaga keamanan gue dan keluarga gue," ujar Ben. "Beberapa dari mereka akan ngebantu pencarian Adriana disini."

"Wah, kayak di film aja."

"Kalo gue gak punya mereka, mungkin salah satu dari keluarga gue udah meninggal karena dibunuh sama saingan bisnis gue," ujar Ben kesal. "Ini yang gue takutin. Gue menduga kalo Adriana diculik sama salah satu dari saingan bisnis gue yang gak suka kalo gue akan menikah."

BLUEWhere stories live. Discover now