Sepuluh

42.8K 2.7K 8
                                    

Jakarta

Adriana menatap bangunan pencakar langit yang menjulang dengan gagah di hadapannya.

Hari ini Adriana mulai bekerja menjadi sekretaris di sebuah firma yang terbilang masih baru, namun telah mencuri perhatian. Memang pekerjaan ini bukanlah pekerjaan idamannya, tetapi ia harus tetap produktif. Verena adiknya akan mengenyam bangku kuliah, dan tentu saja Adriana akan berusaha sekuat tenaga meringankan beban orangtuanya.

Mimpi terbesar Adriana adalah menjadi seorang interpreter. Kemampuan berbahasa Adriana memang tak bisa diragukan. Hanya dengan otodidak, gadis itu mampu menguasai 5 bahasa asing. Kelak suatu saat, Adriana akan menjadi seorang interpreter di PBB.

Tapi sekarang, Adriana harus mengesampingkan mimpinya. Baginya, pendidikan Verena lebih penting.

Setelah merapikan rambutnya, mengecek pakaiannya, dan dengan satu sentakan nafas, Adriana dengan mantap memasuki gedung pencakar langit itu.

Adriana menghampiri resepsionis. "Permisi, office nya MA Corporation di lantai berapa ya?"

Sang resepsionis menjawab, "MA Corporation ada di lantai 17 ya, Mbak."

"Terima kasih," ucap Adriana sambil lalu. Ia berjalan menuju lift, menekan tombol lantai 17.

Adriana memperhatikan para karyawan yang berada satu lift dengan mereka, memperhatikan pakaiannya.

Untung aja sempet pinjem baju tetangga, jadi gak malu-maluin banget deh, pikir Adriana.

Tiba di lantai 17, Adriana segera melangkah keluar, dan langsung dihampiri resepsionis MA Corporation. Ia disambut senyum ramah sang resepsionis.

"Mbak Adriana? Silakan lewat sini," ucapnya pelan, sembari mengantarkannya menuju sebuah ruangan.

Adriana diantar ke tempat HRD perusahaan itu. Seorang wanita duduk disana, berpakaian modis dan formal, dengan rambut digelung rapi.

Mellinda Vania, kepala HRD MA Corporation yang sedang duduk itu mendongak, lalu tersenyum formal pada Adriana dan resepsionis itu.

"Terima kasih, Julie, kamu bisa kembali," ucap Mellinda. "Dan kamu pasti Adriana. Terima kasih kamu sudah tepat waktu."

Adriana mengangguk dan tersenyum.

"Hari ini kamu belum akan bekerja sepenuhnya, hari ini kamu akan diajak berkeliling dan beradaptasi. Baru besok kamu bisa mulai bekerja ya," ujar Mellinda. "Mari saya antar ke meja kerja kamu."

Mellinda menuntun Adriana menuju lift yang sepertinya lift pribadi MA Corporation karena tidak ada satu orangpun yang menggunakan lift itu. Ia menekan tombol lantai 19.

"Maaf, saya kira hanya satu lantai, ternyata ada 3 lantai ya?" tanya Adriana memecah kesunyian.

Mellinda mengangguk. "Iya, biarpun masih baru, kami sudah punya 100 pegawai."

Lift berdenting, dan pintu lift pun terbuka. Berbeda dengan lantai 17 yang agak sedikit ramai, lantai 19 sangat lengang. Hanya ada beberapa pintu yang ada disana, dan beberapa meja kerja yang ukurannya lebih besar dari meja kerja karyawan lain di lantai 17.

Mellinda berhenti di depan sebuah meja kerja yang sudah tertata rapi. Segala kebutuhan alat tulis kantor sudah tersedia rapi disana.

"Nah, ini meja kerja kamu. Disini ada Aura dan diujung sana ada Charista, sesama sekretaris seperti kamu," ucap Mellinda. "Jika ada pertanyaan, kamu bisa langsung tanya mereka atau kamu bisa contact saya. Semua ekstensi telepon di kantor ini sudah tertempel rapi di board pribadi kamu."

BLUEWhere stories live. Discover now