Tiga Puluh Lima

21.4K 1K 50
                                    

"Hari ini Bapak ada meeting dengan Pak Ajun dari Juna Group, Pak Dino dari Ramadhan Enterprises, Bu Nathania dari Chandra Group..."

Ben tak mendengarkan Adriana. Gadis itu terus berbicara di hadapannya, tapi tak satupun perkataan dari gadis itu yang didengarnya. Ben sedari tadi hanya memandangi wajah Adriana, menyusurinya. Ia memandangi rambutnya, dahinya, alisnya, tonjolan pipinya, hidungnya, dan terutama, bibirnya.

I wish you don't know this, but I really want to kiss your sweet lips right now.

Lamunan Ben buyar saat Adriana bersuara.

"Pak Ben?" gumam Adriana dengan nada kesal. Ia menatap Ben tajam. "Bapak dengerin saya gak sih?"

Ben menghela nafas, tertunduk sebentar, sebelum akhirnya menatap Adriana sambil menggeleng.

"Enggak. Aku nggak dengerin kamu dari tadi," ucap Ben dengan nada sedih.

Adriana juga menghela nafas, menahan kekesalan. "Apa perlu saya ulangi lagi?"

Sejujurnya, hati Ben sakit mendengar Adriana yang berbicara formal sementara dirinya tidak. Rasanya seperti ada jarak yang memisahkannya dengan Adriana. Betapa ia rindu segala sikap manja Adriana, senyum dan tawa gadis itu saat ia berada bersamanya.

Ben lalu menggeleng. "Nggak perlu."

"Baik, kalau begitu sekarang Bapak ada jadwal meeting dengan..." Adriana membolak-balik buku agendanya. Seketika tubuhnya kaku. Ia menatap Ben dengan tatapan yang sulit diartikan. "Dengan Bu Marsha dari Andira Construction."

Ben mengerutkan keningnya. "Andira Construction? Ada hubungan apa kita sama Andira Construction?"

"Andira Construction yang akan membangun superblok kita, Pak," jawab Adriana.

Rahang Ben mengeras, sedikit marah. "Kenapa saya gak tau hal sepenting ini?"

Adriana ikut mengerutkan dahinya, tak gentar walaupun Ben menatapnya marah. "Saya nggak tahu, Pak. Ini keputusan direksi. Gak ada gunanya Bapak marah sama saya."

Ben membuang muka. Dengan gusar ia mengangkat telepon, hendak menghubungi Timothy.

"Halo?" sapa Timothy dari ujung telepon.

"Tim, kenapa gue gak tau kita bakal kerja sama Andira Construction?" tanya Ben langsung.

"Emangnya perlu alasan? Andira Construction adalah perusahaan konstruksi terbaik saat ini," ujar Timothy. "Gue lupa ngasih tau lo sebelumnya. Keputusan ini dibuat waktu lo lagi di luar kota."

"Tapi kan seharusnya kalian ngomong dong sama gue!"

"Emangnya lo gak setuju? Apa alasan lo gak setuju?"

Ben terdiam. "Bu... Bukannya gue gak setuju. Cuman seharusnya kalian kasih tau gue. Gue ini jembatan perusahaan, gue harus tau secara detail siapa-siapa aja yang kerja sama kita. Kalian gak boleh ambil keputusan tanpa ada gue."

"Oke gue minta maaf soal itu. Tapi gue rasa semua orang gak perlu ngeraguin Andira Construction lagi, jadinya gue sama Naomi sepakat untuk kerjasama dengan mereka. Kita yakin banget lo pasti setuju."

"Ya udah, gue tutup dulu," ujar Ben sambil menutup telepon.

Adriana menatap Ben tanpa ekspresi. "Jadi?"

"Marsha disitu sebagai apa?" tanya Ben.

Adriana menghela nafas. "Corporate secretary."

Ben tertunduk lemas. "Great, corporate secretary. Ini berarti saya akan sering sekali ketemu sama dia."

BLUEWhere stories live. Discover now