Tiga Puluh Sembilan (REPUBLISHED)

3.9K 43 0
                                    

"Jadi ini yang kamu maksud dengan 'scream my name' ?"

Adriana tersenyum jahil melihat raut sebal pada wajah tampan Ben. Gadis itu lalu menggelayut manja pada lengan Ben.

"Seru kan?" ucap Adriana.

Ben menghela nafas melihat berbagai wahana mengerikan yang berdiri gagah di depannya. Ya, Ben dan Adriana sedang berada di Dufan, tempat yang tidak pernah disukai Ben.

"Aku... Aku takut naik wahana beginian, Adriana," ucap Ben jujur.

Adriana tampak sedikit terkejut. "Really? That's even better, then."

Ben mencubit hidung Adriana gemas. "Why is that better?"

"Ben, I feel like you need to refresh yourself," ujar Adriana. "Lupain sejenak Ben sang CEO Mattheson Corporation. Hari ini kamu Benjamin Mattheson, orang biasa, pacarnya Adriana Azura."

Ben tersenyum kecil, sambil mengacak pelan rambut Adriana.

"Waktu aku sedih, kamu selalu ada buat hibur aku. Now is my turn," ucap Adriana. "I feel like I was always be the one to receive, and you were always be the one to give. Now, let me be the one to give. But I am sorry if I can't give you something fancy."

"Oh jadi karena ini makanya tadi kamu maksa supaya kamu yang nyetir?" tanya Ben.

Adriana mengangguk. "Pokoknya hari ini kamu harus nyantai."

"Okay, but next time please let me drive," ujar Ben. "Why should I let my woman drive when I am completely okay?"

Tiba-tiba pintu masuk Dufan terbuka, membuat Adriana seketika melompat kegirangan. Adriana, Ben, dan puluhan orang lain yang telah mengantri sejak pagi itu buru-buru masuk ke dalam arena permainan.

Adriana sangat menyukai taman hiburan. Bisa dibilang, Adriana sangat menyukai wahana-wahana ekstrim yang ada di taman hiburan. Tiket masuk ke Dufan terbilang mahal bagi Adriana, maka setiap kali gadis itu memiliki kesempatan pergi kesana, ia selalu memastikan untuk datang pagi-pagi dan mencoba semua wahana yang ada.

"Ben ayo kita naik kora-kora!" seru Adriana girang. Tanpa menunggu Ben, gadis itu sudah berlari menuju wahana kora-kora.

"Jangan lari-lari! Nanti kamu ilang!" seru Ben, sambil mengejar Adriana. Setelah berhasil mengejar Adriana, Ben meraih pergelangan tangan Adriana.

"Ayo itu mumpung belom ngantri!" kata Adriana.

"Masa langsung naik yang serem sih," ujar Ben. Ben lalu menunjuk ke sebuah wahana. "Aku mau naik itu."

Adriana mengikuti arah pandang Ben, dan seketika menatap Ben tak percaya.

"Seriously, Ben?" tanya Adriana, memandang Ben takjub. "Komidi putar?"

Tanpa menunggu Adriana, Ben menarik tangan Adriana menuju komidi putar itu. Senyum lebar menghiasi wajah Ben, sementara Adriana hanya menatap punggung Ben cemberut dan mengikutinya dengan malas.

Mereka berdua pun mengantri untuk menaiki komidi putar. Tak Adriana sangka, ternyata menaiki komidi putar saja sudah cukup membuat Ben berseri-seri seperti ini.

"Senyum dong," ujar Ben. Lelaki itu tersenyum lebar, berbanding terbalik dengan Adriana yang cemberut.

"Gak asik banget sih, Ben. Masa jauh-jauh ke Dufan naik komidi putar?" cibir Adriana.

"Katanya mau nyenengin aku?" ucap Ben, lalu mengedipkan matanya pada Adriana. Sambil menahan tawa, Ben lalu mengeluarkan ponselnya dari sakunya, hendak memotret Adriana yang cemberut.

"Apaan sih," cibir Adriana lagi, sambil berusaha menutupi wajahnya dari kamera ponsel Ben.

"Senyum dong, cantik," ujar Ben. "Mau aku jadiin wallpaper, nih."

BLUEWhere stories live. Discover now