Empat

72.1K 5.8K 721
                                    

Saat waktu telah menunjukan hampir pukul tujuh pagi, dengan cepat Bulan memasukan sepatunya kedalam tas lalu mengambil papan skateboard yang berada di samping lemarinya dan bergegas keluar dari rumah. Alasan Bulan menggunakan skateboard ke sekolah karena jarak sekolahnya yang cukup dekat, menghemat angkos angkat, dan juga terhindar dari macetnya jalanan. Sebenarnya Bulan memiliki kendaraan dirumah, tetapi Nebula melarang Bulan untuk mengendarainya Karena dengan senang hati, Bulan pasti akan mengendarainya dengan ugal-ugalan.

Kurang lebih dua puluh menit kemudian, ia telah berkeliaran di koridor sekolah dengan papan skarte kesayangannya itu. Hampir semua orang yang lewat dihadapannya menatap heran, namun Bulan tidak menghiraukan orang-orang disekitarnya. Sudah terlalu sering Bulan menjadi pusat perhatian. Entah karena kelakuaannya yang diluar nalar atau aksinya yang sedang bermain kucing-kucingan dengan para guru.

"WOY!" Teriaknya menepuk pundak Aster dengan pelan tetapi berhasil membuat Aster terlonjak kaget sembari memegangi dadanya.

"Bangke lu!" umpat Aster kesal. "Seneng banget ngagetin gue! kalau gue jantungan gimana? mau tanggung jawab lo?!"

"Hidup jangan dibawa ribet say. Tinggal ganti pake jantung ayam susah bener sih,"

"Gue manusia Bulan! Sedangkan Ayam itu binatang!" ucap Aster gregetan dan rasanya ia ingin menenggelamkan Bulan kedalam kolam piranha.

"Intinya sama-sama mahluk hidup kan? Sama-sama mahluk ciptaan Tuhan kan?" balas Bulan tak pernah mau kalah.

Aster mengepal kedua telapak tangannya, lalu ia menghembuskan nafas kasar dan menarik kembali oksigen disekitarnya hingga memenuhi paru-parunya. Pagi ini kesabaran Aster benar-benar di uji oleh Bulan. Ralat, bukan pagi ini saja, tapi hari-hari sebelumnya pun sama.

Bulan yang sibuk mengedarkan pandangannya pun tiba-tiba tersenyum lebar, saat ia melihat orang yang sedari tadi ia cari berada tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini. "Samperin Bontang ah," ucapnya sembari menenteng papan skatenya.

Namun Aster menarik tas Bulan. "Eitss mau kemana lo?" tanya Aster dibalas dengan tunjukan oleh Bulan.

"Mau nyamperin my future boyfriend gue," jawabnya sok imut.

Aster langsung tertawa. "Mimpi lo ketingian burun bulbul. Mana ada yang mau jadi pacar lo! ngaca dong lo. Gak punya kaca? Noh di toilet banyak!" ejek Aster terus tertawa.

"Awas aja kalau lo sampai kaget pas dengar gue berhasil punya pacar, dan pacarnya adalah Bintang."

Mendengar nama yang disebutkan Bulan membuat Aster semakin tertawa hingga meneteskan airmata. "Kayaknya otak lo harus di reparasi deh biar bener lagi. Kalau mimpi jangan ketinggian, ntar jatohnya luka bego!" ujarnya menoyor kepala Bulan gemas.

Bulan tidak menggubris. "Bodo amatlah. Gue mau samperin my baby hunny swettie unyu-unyu bala-bala ulalala yeyeye lalalala yeyeye gue dulu, bye!"

Bulan langsung berlari menyusul Bintang yang telah hilang dari pandangannya karena naik menuju ruang kelas yang berada di lantai atas. Tanpa memperdulikan suara sendalnya yang menggema saat menaiki tangga, Bulan terus mempercepat langkah kakinya agar bisa menyusul Bintang. Setelah berjarak dua meter di belakang Bintang, Bulan memilih duduk diatas meja tidak terpakai yang berada persis di samping ruang kelasnya.

"Ssst.. sssttt.. cowok," panggilnya sembari bersiul. "Cowok ganteng yang mirip ahjussi rasa oppa, noleh dong. Neng Bulan nungguin nih," ucapnya lagi. "Eh bukan ahjussi deng, lo mah mirip ono noh anggota boiben koreyah yang mukanya pada ucul ucul kayak babi baru menetas," lanjutnya terus berbicara sendiri.

Bukannya Bintang yang menoleh, malah Langit yang datang menghampiri Bulan. "Lo kebanyakan makan micin atau kebanyakan hirup bensin?" ucap Langit heran karena kelakuan Bulan.

Bulan & Bintang [TELAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang