Sebelas

35.6K 3.2K 238
                                    

Saat itu Langit, Galaxy dan Awan sedang berkumpul di kantin, tempat biasa mereka nongkrong dengan Bintang setiap istirahat. Tapi pagi ini, Bintang belum terlihat. Setelah pelajaran usai, Bintang langsung pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun kepada teman-temannya.

"Aneh gak sih sama sikap Bintang yang tiba-tiba jadi care banget sama Bulan?" ucap Awan membuka percakapan di antara mereka bertiga.

Sembari mengaduk minumannya dengan sedotan, Langit menjawab "ya aneh sih. Padahal dia sendiri yang bilang kalau dia itu risih tiap kali Bulan gangguin dia. Tapi kenapa malah dia yang sekarang sering ngejar-ngejar Bulan? Jangan-jangan Bintang kena peletnya Bulan."

"Sembarangan aja lo kalau ngomong!" Awan memukul kepala Langit dengan botol kosong bekas minumannya. Langit mengadu kesakitan sembari mengusap bekas pukulan Awan.

"Kan udah gue bilang. Bintang itu punya perasaan sama Bulan, tapi dianya aja yang gak sadar dan gak mau dengar omongan gue. Pake acara bilang kalau gue suka sama Bulan dan cemburu tiap kali lihat mereka pula," sahut Galaxy dengan sikapnya yang seperti biasa, santai dan tenang.

"Noh orangnya dateng noh," Langit menunjuk dengan dagunya kearah Bintang yang sedang berjalan hendak menghampiri mereka semua.

Tidak ada lagi yang bersuara. Mereka terlihat seolah-olah tidak membicarakan apa-apa ketika Bintang duduk di hadapan mereka dengan wajah tanpa dosanya.

Langit, Awan dan Galaxy saling melirik, memberi kode agar salah satu dari mereka berani membuka suara dan menanyakan perihal sikap Bintang yang belakangan ini berubah terhadap Bulan. Apa mungkin apa yang dikatakan Galaxy kemarin benar bahwa Bintang mulai menyukai Bulan dan menelan kembali perkataannya tempo lalu.

"Tatang," panggil Langit memberanikan diri. "Lo kenapa belakangan ini aneh banget sih?" tanya nya sedikit ragu. Bintang tidak langsung menjawab, ia berdiri dan berjalan menuju warung yang tersedia di kantin dan memesan segelas minuman. Setelah itu ia kembali duduk di tempatnya semula.

"Aneh gimana?" tanya Bintang seolah-olah ia tidak merasa ada yang aneh pada diri atau sikapnya.

"Ya aneh. Tiba-tiba aja lo jadi friendly banget sama Bulan. Bahkan kemarin lo bolos bareng sama dia dan menghabiskan waktu berduaan di mall."

"Lo suka ya sama Bulan?" timpal Awan tanpa membiarkan Bintang menjawab terlebih dahulu.

Beberapa detik kemudian Bintang tertawa setelah mendengar perkataan Awan yang mengklaim bahwa dirinya suka pada Bulan.

"Gue? Suka sama Bulan? Ya gak mungkin lah. Lo tahu kan gue gimana? Pantang untuk gue menjilat ludah sendiri. Lagian gue bersikap baik sama dia cuma buat nebus kesalahan gue kemarin, dan karena suruhan orangtua gue tentunya," jawab Bintang menjelaskan semuanya.

Galaxy mendengus. "Sampai kapan sih mau ngelak sama perasaan sendiri?"

"Gue gak ngelak sama perasaan gue sendiri. Faktanya gue memang gak suka sama Bulan."

"Udah-udah, gak ada gunanya kalian debat. Toh ini juga hubungan mereka, jadi biarkan aja Bintang bimbang sama perasaannya sendiri. Paling kalau dia udah sadar, baru dia nyesal," ujar Awan melerai Galaxy dan Bintang. Jika di biarkan, adu argumen antara mereka tidak akan selesai.

Langit melirik kesana kemari orang-orang yang berlalu lalang di kantin. Setiap ada cewek yang lewat di hadapanny, pasti ia selalu tebar pesona. Tapi fikirannya tetap memikirkan Aster. Aster yang selalu menolak cintanya dan lebih memilih Galaxy di banding dirinya. Padahal jelas-jelas Galaxy menolak Aster karena Langit yakin, ada orang lain yang telah di sukai oleh Galaxy.

Tiba-tiba saja ia melihat sesosok gadis yang begitu asing di matanya. Sepertinya ia baru hari ini melihat gadis tersebut, dan seragamnya terlihat masih baru.

Bulan & Bintang [TELAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang