Tujuh

36.2K 3.7K 157
                                    

"Tang, lo kenapa sih masih aja cuek sama Bulan? Kan Bulan udah jadi pacar lo sekarang."

Pertanyaan yang di lontarkan oleh Langit sama sekali tidak di gubris oleh Bintang asik dengan makanannya. Setelah pertemuannya dengan Bulan tadi, Bintang merasa ada yang aneh dengan dirinya. Bintang tidak mungkin menyukai Bulan. Bintang juga tidak mungkin cemburu karena melihat Bulan pergi bersama Guntur. Entahlah, mungkin Bintang terlalu memikirkan tantangan yang kini menjadi petaka untuk dirinya.

"Kok pada diem sih? Gue lagi nanya nih!" gerutu Langit karena tak ada satu pun dari teman-temannya yang merespon. Terutama Bintang.

"Dia bukan pacar gue," tegas Bintang.

"Bukan pacar lo gimana maksudnya?" timpal Galaxy. "Jelas-jelas lo sama dia udah resmi pacaran. Kan lo sendiri yang buat perjanjian."

Bintang langsung membanting sendoknya dan menatap Galaxy yang sedang makan dengan tatapan tajam. "Kenapa? lo suka sama Bulan?" ujar Bintang membuat Galaxy berbalik menatapnya.

"Sorry, gue bukan tipe cowok yang suka ngerebut pacar sahabatnya sendiri," jawab Galaxy santai.

"Tapi lo nikung gue," tiba-tiba Langit bersuara.

"Sejak kapan gue nikung lo?"

"Sejak Aster suka sama lo," jawab Langit membuat Galaxy langsung tertawa. Bagaimana bisa dirinya di sebut tukang tikung hanya karena cewek yang disukai oleh Langit menyukai dirinya.

Galaxy menatap Langit sembari menepuk pundaknya. "Langit, lo bisa sebut gue tukang tikung kalau gue juga suka sama Aster dan nembak dia di depan mata lo untuk jadi pacar gue," ujarnya. "Jangankan nikung lo, punya perasaan ke dia aja enggak."

"Terus kalau lo gak suka sama Aster, lo suka sama siapa? Bulan?" sahut Awan menimpali.

Galaxy mendengus. "Gue gak suka sama Aster bukan berarti gue suka sama Bulan. Memangnya kalian fikir, cewek di dunia ini cuma mereka berdua?"

"Kalau lo memang gak suka sama Bulan, terus kenapa sikap lo aneh banget setiap kali ngeliat Bulan sama Bintang? I mean, lo langsung pergi gitu aja seolah-olah lo merasa tersakiti setiap kali ada di antara mereka." Awan mencoba memberi pertanyaan yang menjebak pada Galaxy, agar Galaxy mau mengatakan yang sebenarnya.

"Bukan merasa tersakiti. Gue males aja ikut campur urusan mereka. Toh Bintang udah dewasa kan? Pasti dia bisa kok menyelesaikan urusan dia sama Bulan tanpa perlu campur tangan gue, lo dan 4juga Langit."

Mendengar jawaban Galaxy, Bintang malah tertawa dan kini kehilangan selera makannya. Entah mengapa ia tertarik untuk mengikuti jejak Awan yang sedang berusaha menginterogasi sikap aneh Galaxy.

"Munafik banget lo," ujar Bintang mengubah tatapan matanya.

Galaxy tersenyum sinis. "Gue? munafik? Gak salah tuh? Bukannya lo sendiri ya, yang munafik?" balas Galaxy mengembalikan ucapan Bintang.

"Tinggal bilang lo suka sama Bulan aja ribet. Lagian, kalau lo suka sama Bulan, dengan senang hati gue bakalan ngasih dia buat lo."

"Pertama, Bulan bukan barang yang bisa sesuka hati lo kasih ke siapapun yang mau sama dia. Kedua, gue tegaskan, gue sama sekali gak suka sama Bulan. Dan yang ketiga, lo munafik karena lo berusaha keras menyembunyikan perasaan lo yang sebenarnya terhadap Bulan." Galaxy memberi skak mat pada Bintang hingga Bintang tidak lagi bersuara.

Galaxy berdiri dari tempatnya duduk, lalu berkata. "Orang yang seharusnya kalian interogasi itu Bintang, bukan gue. Karena  gue yakin, Bintang lebih banyak menyimpan rahasia2/ dari kita bertiga," ujarnya setelah itu berlalu begitu saja meninggalkan ketiga temannya yang terdiam dan hanya memandangi punggungnya yang mulai menjauh.

Bulan & Bintang [TELAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now