Enam

54.3K 4.6K 398
                                    

Aster tak henti tertawa terbahak-bahak ketika ia menyaksikan raut wajah memelas Bulan yang sedari tadi merengek kepada Nebula untuk membantunya mencari alasan agar bisa membatalkan janjinya dengan Guntur. Waktu seperti ini sangat jarang berpihak pada Aster, karena itu Aster tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk menghancurkan hari Bulan untuk beberapa jam kedepan. Nebula pun sepertinya mempunyai fikiran yang sama dengan Aster, sehingga ia enggan menuruti rengekan Bulan dan membiarkan adiknya itu pergi berkencan dengan siswa culun yang mendapat julukan 'sasuke kw' oleh anak-anak SMA Antarnusa.

"Lo sahabat, atau musuh gue sih?" omel Bulan sembari menghempaskan pantatnya ke sofa kosong di samping Aster. Ia menyerah, karena Nebula yang mengacuhkannya, sehingga ia memilih untuk bersedekap dada dan memasang bibir bebeknya.

Aster mencoba untuk meredakan tawanya. "Habisnya lo aneh sih. Cuma jalan doang masa iya sampai frustasi begini. Lagian nih ya, gue yakin kok, Guntur pasti gak bakalan malu-maluin lo di depan umum," balas Aster mencoba menghibur dan memberikan semangat pada Bulan.

Fikiran Bulan melayang jauh. Ia tidak bisa lagi membayangkan bagaimana nasibnya untuk beberapa jam kedepan. Semua fikiran negatif kini bersarang di otaknya. Lebih baik ia menghapusnya, sebelum dirinya semakin frustasi.

"Bukan masalah jelek atau enggaknya. Lo tau sendirikan kalau gue ini—"

Aster langsung memotong perkataan Bulan. "Aduh Bulan, lo jalan sama dia palingan cuma nonton doang, habis itu makan, terus pulang deh. Itu gak bakalan ngebuat lo mati mendadak karena canggung."

Bulan mendelik tajam pada Aster. Jika bukan karena Aster, detik ini, pasti Bulan masih tertidur pulas di kasur kesayangannya dan bermimpi bertemu pangeran yang akan mengajaknya menikah serta tinggal di istana megah.

"Senang kan lo sekarang?!" ketus Bulan menatap Aster kesal.

"Ya jelaslah!"

Tok.. tok.. tok..

Suara ketokan pintu membuat pandangan Bulan dan Aster teralihkan secara bersamaan kearah pintu rumah Bulan. Lalu mereka kembali saling bertatapan, dan sepersekian detik kemudian, Aster langsung berdiri dan berlari menuju pintu. Sedangkan Bulan yang baru tersadar, ikut berdiri dan mengejar Aster.

"Eh ada Guntur," ucap Aster setelah membuka pintu dan mendapati seseorang sedang berdiri membelakanginya. "Bulannya udah siap nih Tur," lanjutnya langsung mendapat tatapan tajam dari Bulan.

"Mati lo besok!" bisik Bulan pelan tetapi masih bisa di dengar oleh Guntur.

Bulan dan Aster masih berdiri di ambang pintu sembari menunggu Guntur yang tak kunjung membalikan badannya. Terlihat sangat jelas bahwa Guntur sedang gugup dan tidak berani bertatapan muka dengan Bulan. Karena itu ia sedari berkomat-kamit ria untuk menghilangkan rasa gugupnya.

Guntur membalikan badannya dengan sedikit gemetaran. Setelah berhadapan dengan Bulan dan Aster, perlahan ia mengangkat wajahnya hingga tatapan matanya langsung bertabrakan dengan tatapan mata Bulan dan juga Aster yang membuka mulutnya tak percaya.

"Daebak," gumam Aster tidak sadar. Ia menyenggol bahu Bulan dan berbisik pada Bulan. "Gue gak salah liat kan Lan?" tanya berulang kali mengerjapkan matanya.

"Cubit gue sekarang," balas Bulan yang masih bertatapan dengan Aster dengan tampang tablonya.

"I.. ini, gu.. gue, Guntur."

Tanpa ba bi bu, tangan Aster langsung menampar pipi Bulan hingga Bulan meringis kesakitan dan memegangi pipinya. Sedangkan Guntur terkejut melihat Aster yang tiba-tiba saja menampar Bulan.

Bulan & Bintang [TELAH DITERBITKAN]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon