Delapan Belas

16.2K 2K 169
                                    

Dengan kesal, Bulan memasukan bajunya ke dalam koper tanpa menyusunnya terlebih dahulu. Ia sedang kesal, ia butuh liburan dan Bulan memutuskan untuk ikut dengan Orion ke Singapura. Tidak untuk selamanya, hanya untuk seminggu ke depan. Setidaknya sampai perasaan Bulan membaik.

"Lan, lo serius?" tanya Nebula yang sedari tadi bersender di ambang pintu sembari menyilangkan kakinya dan memperhatikan Bulan.

"Menurut lo?"

"Gue ikut boleh ya," izin Nebula.

Bulan langsung menghentikan aktifitasnya dan melotot kearah Nebula sembari berkacak pinggang. "Gak!" tolaknya mentah-mentah. "Tugas lo disekolah itu banyak, lo harus urusin tuh acara sekolah. Jadi lo gak bisa ikut gue."

"Terus yang jagain lo siapa?"

"Menurut lo gue gak bisa jaga diri sendiri gitu? Terus guna abang lo yang paling tua apaan?! Jadi pajangan doang?" balas Bulan menunjuk orion dengan dagunya.

Nebula langsung mencebikkan bibir. "Kan gue juga mau liburan, masa iya cuma lo doang," gumam Nebula pelan agar tidak terdengar hingga ke telinga Bulan. Kalau sampai terdengar, bisa-bisa Bulan kembali mengamuk. Cukup sudah tadi ia di tinggal oleh Orion karena Bulan.

Orion yang sedari tadi berbaring diatas kasur sembari bermain ponselpun bangkit hendak menuju dapur karena haus. Tetapi terlebih dahulu ia berhenti di depan Nebula seraya menepuk bahu Nebula.

"Turutin aja apa kata Nyonya besar, kalau lo gak mau di amukin kayak gue tadi," bisiknya. "Jangan sampai ATM lo jebol ya, Luk."

"Hais!" cebik Nebula menggaruk kepalanya. Nebula heran, mengapa bisa ia memiliki saudara seperti Orion dan Bulan. Orion lebih tua darinya, namun sikapnya seperti lebih muda darinya. Bulan.. tidak perlu Nebula jelaskan lagi, semua orang tau bagaimana sikap Bulan.

Bulan menutup kopernya yang sudah di penuhi dengan baju. Besok Orion akan kembali ke Singapura dan ia akan ikut bersama Orion. Sebenarnya, Bulan memanfaatkan kemarahannya agar Orion mau menuruti kemauannya. Sebut saja Bulan kurang ajar, tapi kapan lagi ia bisa pergi ke luar negri tanpa harus mengeluarkan uang sepeserpun.

Persis ketika Bulan menaruh kopernya disamping lemari, ponsel yang ia letakkan di atas meja belajar pun berdering.

"Hallo.." sapa Bulan membuka percakapan di telpon. Tiba-tiba saja telpon tersebut di matikan, membuat Bulan menjauhkan ponselnya dari telinga dan menatap aneh kelayar ponselnya. "Kurang kerjaan atau kenapa tuh orang?" ucapnya heran lalu melempar ponselnya ke atas kasur.

Waktu menunjukkan pukul tujuh malam dan perutnya berteriak meminta jatah makanan. Bulan sedang tidak mood untuk masak, dan sepertinya ia akan membajak Nebula. Setelah tadi ia membajak Orion habis-habisan, sekarang Nebula lah yang jadi target selanjutnya.

"Nebuluk!" teriaknya di depan pintu kamar Nebula. Nebula sedang asik dengan desain-desain aneh di laptopnya.

"Apaan?"

"Makan kuy, diluar. Lo yang hajiin, hehe."

Nebula langsung menoleh kearah Bulan. "Ogah! Gak punya duit gue, belum gajian," tolaknya mentah-mentah. "Minta aja noh sama Abang lo yang satunya. Banyak duit dia, kan dia boss."

"Bas bos bas bos!" sahut Orio melempar sendal ke kepala Nebula. "Duit gue habis di peras sama dia! Lo bayangin aja gue disuruh beli komik sebanyak itu, belum lagi makan dia yang porsinya dua kali lipat porsi kuli, baju segala macem. Giliran lo lah!" protes Orion.

Bulan melipat tangannya di depan dada seraya menaikan sebelah alisnya. "Jadi lo gak mau nih?" tanya Bulan dibalas anggukan kuat oleh Bulan. Bulan berdecak. "Yaudah, gue bongkar semua rahasia lo ke Pelangi," ujarnya langsung pergi.

Bulan & Bintang [TELAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now