Sembilan

36.7K 3.3K 206
                                    

Sejak pagi Buta, Bintang telah duduk di kursinya karena ia sedang menunggu Bulan. Tadi malam ia sempat mengirimi Bulan pesan, tetapi tidak mendapat balasan sampai sekarang. Bahkan ia telah mengirim pesan lebih dari lima kali. Jangankan di balas, pesannya saja tidak terkirim. Mungkin handphone Bulan sedang mati.

Waktu menunjukan pukul setengah tujuh pagi. Anak-anak mulai berdatangannya dan masuk ke kelas masing-masing. Ada pula yang masih berdiri di luar sembari mengobrol dengan yang lain. Sedangkan Bintang dengan gelisah menunggu Bulan di depan pintu kelas, tetapi Bulan tidak kunjung datang.

"Aster.." panggil Bintang ketika ia melihat Aster yang hendak masuk ke dalam kelas. "Lo gak berangkat sekolah sama Bulan?" tanyanya.

Aster mengerutkan dahi bingung. "Sejak kapan lo mau nanyain tentang Bulan? Bukannya lo keki banget ya sama tuh anak?" ucap Aster heran dengan sikap aneh Bintang.

"Gu-gue.."

"Tadi gue udah nelpon Bulan, tapi nomernya gak aktif. Bisa jadi tuh anak masih tidur," potong Aster karena tidak ingin mendengar perkataan Bintang yang terbata-bata. "Yaudah, gue masuk dulu ya."

Aster berlalu meninggalkan Bintang dan masuk ke dalam kelas. Bintang pun menghela nafas dan kembali menempelkan punggung di tembok sembari menyilangkan tangan di depan dada.

Sepuluh menit lagi bel masuk berbunyi, tapi tak kunjung ada tanda-tanda kehadiran dari Bulan. Bintang pun memutuskan untuk masuk ke dalam kelas dan berkumpul bersama teman-temannya yang sedari tadi asik mengobrol tanpa memperdulikannya.

"Lo kenapa sih? Gelisah banget deh kayaknya," ucap Alam ketika Bintang baru saja mendudukan pantatnya di kursi.

"Paling juga lagi nungguin Bulan," sahut Langit sedangkan Galaxy hanya diam karena tak ingin ikut campur.

Entah mengapa sejak pembicaraan mereka kemarin, Galaxy mulai menjaga jarak dengan Bulan dan juga Bintang. Karena itu, setiap kali mereka berbicara tentang Bulan, Galaxy memilih untuk diam dan hanya mendengarkan.

Tak lama kemudian, Bulan masuk sembari menenteng skateboardnya dan berjalan terseok-seok.

Pandangan Bintang langsung teralihkan. Ia baru saja hendak berdiri menghampiri Bulan ketika Bulan langsung menatapnya dengan tatapan aneh. Tidak ada sapaan hangat, tidak ada godaan, bahkan tidak ada senyuman. Bulan hanya menampakan ekspresi datarnya lalu mengalihkannya setelah beberapa detik mereka saling bertatapan.

"Buset dah lo kenapa lagi?" tanya Aster kepada Bulan.

Bulan meletakan skateboardnya dan menepuk dadanya. "Ini namanya proses jadi jagoan," jawab Bulan bangga terhadap luka yang baru saja di dapatnya karena terjatuh dari skateboard yang ia pakai ke sekolah.

"Antara goblok sama bego sih lo, jadi gue gak heran."

Bintang hanya mendengarkan percakapan antara Aster dan Bulan karena tempat duduk mereka yang berdekatan. Rasanya ia ingin menghampiri Bulan, tetapi kakinya seolah dirantai sehingga ia tidak mampu untuk berdiri. Lagi pula, apa yang akan dikatakan oleh ketiga temannya jika Bintang tiba-tiba menghampiri Bulan dan mengajak Bulan berbicara.

Bahkan seluruh sekolah tahu, Bintang tidak menyukai sifat Bulan yang selalu jadi pembuat onar. Bintang juga benci jika Bulan selalu mengganggu hari-harinya disekolah.

Bulan & Bintang [TELAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now