Dua Puluh Delapan

14.1K 1.8K 83
                                    

"Stop, stop,stop.." ucap Mentari menepuk pundak Guntur yang sedang menyetir. Otomatis Guntur langsung menginjak pedal rem dan menghentikan mobil yang di kendarainya di pinggir jalan. "Itu bukannya Bulan ya?" ucapnya lagi menunjuk kearah gadis yang duduk sembari memeluk dirinya sendiri karena kehujanan.

Guntur menyipitkan mata agar bisa melihat dengan jelas gadis itu. "Iya, itu Bulan," ucap Guntur setelah memastikan bahwa gadis itu benar-benar Bulan.

Tanpa pikir panjang, Guntur dan Mentari langsung keluar dari mobil dan berlari menghampiri Bulan. Bulan terlihat sangat mengenaskan. Seragamnya basah kuyup karena terkena guyuran hujan, kakinya bergetar, wajahnya pucat, dan bibirnya mulai membiru karena kedinginan.

"Astaga, Lan." Guntur langsung menyampirkan jaketnya ke bahu Bulan sembari membantu gadis itu berdiri dan membawanya ke dalam mobil.

Guntur mendudukan Bulan di jok belakang bersama Mentari, sedangkan ia kembali ke kursi pengemudi dan menyalakan kembali mobilnya.

"Bulan, lo ngapain hujan-hujanan gini sih." Mentari membantu mengeringkan rambut Bulan dengan handuk kecil yang kebetulan ada di mobil Guntur. Sedangkan Bulan sendiri hanya mendengar ucapan Mentari tanpa sanggup menjawabnya.

Guntur melajukan mobilnya selaju mungkin agar cepat tiba di rumah Mentari. Mereka sepakat untuk membawa Bulan ke rumah Mentari yang jaraknya tidak jauh dari tempat Bulan di temukan. Lalu nanti Guntur akan memberitahu Nebula agar Nebula tidak khawatir mencari keberadaan Bulan. Sebenarnya mereka penasaran, apa yang membuat Bulan masih berkeliaran larut malam seperti ini dengan seragam sekolah yang masih menempel di tubuhnya. Pasti telah terjadi sesuatu yang menyebabkan Bulan pergi dan memutuskan untuk tidak kembali ke rumah.

Sesampainya dirumah Mentari, Guntur langsung menggendong Bulan menuju kamar Mentari, sementara Mentari pergi memberitahu pembantunya untuk menyiapkan air hangat dan handuk kecil untuk menurunkan suhu badan Bulan yang mulai naik.

Mentari mengambil ponsel Bulan dari saku seragamnya. Ia mencoba menyalakannya tetapi tidak bisa. Mentari yakin, ponsel Bulan pasti rusak karena terkena air.

"Lo ada nomernya Nebula?" tanya Mentari pada Guntur yang baru saja meletakkan Bulan di atas kasur.

Guntur mengangguk lalu mengeluarkan ponselnya dan mencari nomer Nebula di daftar kontak. Setelah dapat, ia memberikannya pada Mentari dan Mentari pun dengan cepat menyalin nomer tersebut ke ponselnya lalu mendialnya.

Hingga nada sambung ketiga, Nebula belum juga menjawab panggilan Mentari.

"Hallo,"  ucap Nebula dari ujung telepon sana.

"Hallo, Nebula. Ini gue Mentari," balas Mentari sebelum Nebula bertanya dengan siapa ia berbicara. "Gue mau ngasih tahu, kalau sekarang Bulan lagi ada dirumah gue."

Mentari mendengar helaan nafas Nebula. "Dia datang ke rumah lo?"

"Enggak. Tadi gue gak sengaja ketemu Bulan di pinggir jalan. Bajunya basah kuyup dan dia kedinginan. Karena jarak rumah lo jauh jadi gue bawa dia kerumah gue," jelas Mentari.

"Thank's banget. Gue gak tahu gimana jadinya kalau lo gak temuin dia. Gue udah telpon dia ratusan kali dan sama sekali gak di angkat. Apalagi tadi hujan deras dan gue udah keliling nyariin tapi gak ketemu. Thank you so much, Mentari. Gue berhutang budi sama lo."

"Sama-sama," jawab Mentari. "Kalau gitu gue matiin ya telponnya, gue mau gantiin baju Bulan dan ngekompres badan dia biar gak sakit. Besok gue kabarin kalau dia udah bangun."

Mentari mematikan sambungan telponnya dan meletakkan ponsel tersebut ke atas meja.

"Gue balik ya,Tar." Guntur berpamitan pulang karena waktu menunjukkan pukul sebelas malam.

Bulan & Bintang [TELAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now