Dua Puluh Empat

15.7K 2K 100
                                    

Aster menarik kursi yang berada persis di hadapan Bintang dan meletakkan tas yang dibawahnya ke atas meja. Sudah hampir dua puluh menit lamanya Bintang menunggu Aster di cafe tempat mereka janjian. Entah apa yang membuat Aster tiba begitu lama, namun Bintang tidak ingin mengetahui alasan dari keterlambatan Aster. Yang jelas, saat ini Aster sudah duduk di hadapan Bintang dan akan memulai percakapan empat mata mereka.

"Kenapa tiba-tiba lo ngajak gue ketemuan disini?" tanya Aster membuka percakapan diantara dirinya dan Bintang. Bintang tipikal orang yang sulit di ajak bertemu apalagi sampai berbicara empat mata seperti ini. Karena itu Aster yakin, pasti ada hal penting yang ingin Bintang bahas bersamanya.

"Ada beberapa hal yang pengen gue ketahui dari lo," jawab Bintang dengan serius, menimbulkan ketegangan diantara mereka berdua.

Aster menaikan sebelah alisnya, "tentang apa yang dulu pernah terjadi antara gue, Bulan dan Pelangi?" tebak Aster.

Bintang langsung melemaskan tubuhnya dan sedikit mundur hingga punggungnya menyentuh sandaran kursi. "Bukan," jawab Bintang singkat. "Itu masa lalu kalian dan gue sama sekali gak mau tahu tentang hal itu."

Aneh, pikir Aster. Padahal tadi Bintang mengatakan bahwa cowok itu ingin mengetahui apa yang terjadi dimasa lalu antara Bulan,  Aster dan Pelangi. Itulah alasan mengapa Aster berusaha mencari akal agar bisa pergi menemui Bintang. Tetapi sekarang Bintang mengatakan bahwa itu bukanlah alasan mengapa Bintang mengajak Aster bertemu.

Aster melipat tangannya di depan dada sembari menunggu Bintang kembali bersuara. Aster jadi penasaran, apa maksud Bintang yang sebenarnya.

"Ingat sama tawaran lo waktu itu?" ucap Bintang mengingatkan Aster akan tawaran yang di ajukan pada Bintang beberapa waktu lalu.

"Gue bakal bantuin lo dekat sama Bulan asalkan lo bantuin gue dekat sama Galaxy," ucap Aster mengingat tawaran tersebut. Bintang menganggukan kepalanya. "Gue kira lo menolak mentah-mentah tawaran gue," katanya terdengar sedikit sinis.

"Galaxy suka sama seseorang, tapi gak ada satupun dari gue, Langit ataupun Awan tahu tentang gadis yang di sukai Galaxy. Bisa jadi Galaxy menyukai gadis itu sejak lama, tetapi ada alasan yang membuat Galaxy menyimpan perasaannya kepada gadis itu."

"Bulan," sahut Aster cepat tanpa berpikir lebih lama lagi. Bintang mengernyit heran karena Aster yang tiba-tiba menyebut nama Bulan, yang notabenenya adalah sahabat terdekat Aster sendiri. "Cewek itu pasti Bulan. Kenapa Galaxy gak pernah cerita ke kalian? karena Galaxy tahu bahwa lo punya perasaan lebih ke Bulan, dan dia gak mau ngerusak pertemanan kalian hanya karena kalian menyukai satu perempuan yang sama."

Asumsi Aster membuat Bintang tertawa, meski sebenarnya logika Bintang setuju dengan apa yang di ucapkan Aster. Dari sikap dan cara Galaxy memandang Bulan, berbeda dengan yang lainnya. Seolah-olah Galaxy memang sengaja menyembunyikan perasaan tersebut sedalam mungkin agar tidak ada yang mengetahuinya.

"Kalau pun asumsi lo benar, apa yang bakalan lo lakuin?" tanya Bintang. Menurut Bintang, gadis dihadapannya ini terlalu susah ditebak, tidak seperti Bulan. Bulan bagaikan sebuah buku yang terbuka hingga semua orang dapat membacanya.

Aster menghela napas, "seharusnya gue yang nanya kayak gitu ke lo," ucapnya. "Kalau Galaxy beneran suka sama Bulan, apa yang bakalan lo lakuin? Disatu sisi lo punya perasaan ke Bulan, sedangkan di sisi lain lo sahabatan sama Galaxy. Pilihan yang sulit kan?"

Mulut Bintang langsung tertutup rapat. Bintang harus memikirkan matang-matang jawabannya sebelum ia membuka suara. Aster bukan tipikal orang yang mudah menerima tanpa menanyakan lebih dalam lagi tentang pembicaraan mereka. Setidaknya Bintang telah mengenal Aster sejak kelas satu SMA. Karena itu,  Bintang sedikit tahu mengenai karakter Aster.

Bulan & Bintang [TELAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now