Dua Puluh Lima

17.7K 2.3K 191
                                    

Hari ini adalah hari yang paling spesial bagi Bulan, meski tidak benar-benar spesial. Hari ini adalah hari dimana ia lahir, delapan belas tahun yang lalu dari rahim seseorang yang Bulan panggil Bunda. Meski Ayah dan Bunda nya telah tiada, Bulan tetap menjalani harinya seperti biasa. Masih ada Nebula dan Orion yang berusaha menggantikan peran kedua orangtuanya.

Bulan menikmati hari-harinya, Bulan menikmati hidupnya. Bulan tidak pernah berurusan dengan yang namanya cinta dan patah hati, karena itu ia selalu terlihat riang seolah ia tak pernah memiliki masalah apapun.

Tapi sekarang rasanya ada yang berbeda. Hampir setiap hari pikiran Bulan di ganggu oleh sosok Bintang. Cowok nepotisme yang tak sengaja bertemu dengannya di depan gerbang ketika tahun ajaran ketiga baru di mulai. Itu bagaikan sebuah pengalaman baru yang tak pernah Bulan dapatkan sebelumnya.

Ralat, Bulan pernah sekali merasakan jatuh cinta kepada Antariksa, lalu hatinya di patahkan oleh Pelangi. Sejak saat itu, Bulan memutuskan untuk tidak lagi berurusan dengan kedua hal itu. Walau pada akhirnya ia menyerah dan menaruh hatinya yang baru kepada Bintang. Entah Bintang akan membalas perasaanya atau malah mengabaikannya.

Hanya ada beberapa orang yang tahu bahwa hari ini Bulan sedang berulan tahun. Meski memiliki sosial media, Bulan jarang membagikannya. Anggap saja Bulan hanya ikut-ikutan karena tidak ingin ketinggalan jaman. Jangankan bermain sosial media, memegang ponsel dalam kurun waktu tiga jam saja sudah menjadi rekor baru bagi Bulan.

"Selamat ulangtahun adik abang yang paling songong tapi paling abang sayang," sapa Orion melalui sambungan video call dengan Buan.

Bulan memutar bola matanya dan mendengus. "Kenapa?" jawab Bulan super duper jutek. Bulan kesal karena Orion tidak pernah kembali ke rumah setiap kali Bulan berulang tahun.

"Buset, jutek bener deh. Maaf ya, abang kamu yang ganteng ini gak bisa balik kesana karena lagi banyak kerjaan." Orion tahu alasan Bulan menjutekinya karena adik kecilnya itu kesal. Orion sadar, seharusnya ia melakukan sesuatu yang bisa membuat Bulan senang, tapi apa daya Orion hanya bisa mengatakannya melalui sambungan video call lalu mengirim sebuah paket sebagai hadiah ulangtahun Bulan.

"Oh iya, Nebuluk mana? Masa iya abang cuma ngucapin ke kamu doang."

"Nebuluk!!!!" teriak Bulan memanggil Nebula yang sedang duduk di depan televisi sembari menonton kartun kesukaannya.

Bulan memberikan ponselnya kepada Nebula dan pergi dengan tampang kesal sembari menghentakkan kaki hingga menimbulkan suara derap langkah yang begitu keras. Bulan tidak ingin mendengarkan percakapan antara Nebula dan Orion.

Akhirnya Bulan memutuskan untuk pergi ke dapur, mengambil sereal dan susu dari dalam kulkas dan menuangnya ke dalam mangkuk. Pagi hari yang terasa sangat membosankan.

"Lan, lo mau berangkat bareng gue atau di jemput Bintang?" teriak Nebula dari ruang keluarga setelah selesai berbincang dengan Orion melalui video call.

Bulan tidak menjawab. Ia sibuk menghabiskan sarapannya sebelum waktu menunjukan bahwa dirinya akan terlambat sekolah. Bulan sudah siap dengan seragam dan sepatu yang telah ia kenakan. Tasnya pun telah ia letakan di sofa sebelah Nebula. Karena tadi Orion menelpon, jadilah Bulan sedikit menunda waktunya untuk sarapan.

"Berangkat bareng lo!" jawabnya setelah selesai makan dan mencuci mangkuk yang tadi Bulan pakai. Setelah itu Bulan lansung kembali ke ruang keluarga dan menghampiri Nebulan. "Yuk capcus!" kata Bulan sembari menyambar tas sekolahnya dan menyampirkan ke pundak sebelah kanan.

Lima belas menit kemudian, Bulan dan Nebula telah tiba di sekolah. Bulan langsung berjalan menuju kelasnya sementara Nebula terlebih dahulu pergi ke ruang guru. Maklum, murid teladan pasti selalu di cari oleh para guru. Entah untung di sanjung atau di beri amanah.

Bulan & Bintang [TELAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now