Dua Puluh

18.4K 2.2K 229
                                    

Pukul setengah tujuh pagi, Bulan masih berdiam diri di kamarnya sembari mondar-mandir dan memegangi ujung roknya. Bulan sedang bingung, apakah ia harus hadir ke sekolah atau tidak. Sebenarnya hari ini tidak ada kegiatan belajar-mengajar, hanya ada kegiatan pensi dan juga perlombaan antar sekolah dalam rangka ulangtahun SMA Antarnusa. Dan seharusnya, Bulan wajib turun, karena ia salah satu panitia acara tersebut. 

Bulan benar-benar mengutuk jabatannya sebagai wakil ketua osis. Ini semua karena Nebula, jika saja dua tahun yang lalu Nebula tidak mencalonkan diri sebagai ketua osis dengan dirinya sebagai wakil, mungkin sekarang ia sedang bersantai ria. Kakaknya itu benar-benar kelewat aktif sehingga semua kegiatan di sekolah wajid diikuti. Padahal Nebula punya kegiatan lain di luar sekolah yang lebih penting dari pada harus mengurus sebuah organisasi sekolah. Itu menurut Bulan.

"Lan, lo ngapain sih di dalam?!" teriak Nebula di depan pintu sembari memutar knop pintu kamar Bulan. Untung saja Bulan masih mengunci kamarnya sehingga Nebula tidak bisa dengan leluasa masuk ke dalam.

Bulan tidak menyahuti teriakan Nebula. Ia tetap berdiri sembari mondar mandir dan berdebat dengan hati serta pikirannya. 

Bukan hanya gedoran pintu dan teriakan dari Nebula, ponselnya sedari tadi juga tidak berhenti berdering. Mungkin Nebula menelponnya, atau bisa jadi Aster. Siapa lagi selain kedua orang itu yang memiliki inisiatif untuk menelponnya? Bintang? tidak akan pernah terjadi di dalam sejarah kehidupan Bulan, Bintang menelponnya hanya karena dirinya tidak masuk sekolah.

Senyap. Tidak ada lagi gedoran pintu, tidak ada lagi teriakan Nebula, dan tidak ada lagi dering ponsel yang menggema diruangan. Bulan yakin, Nebula memutuskan untuk berangkat ke sekolah sendiri, tanpa dirinya. Nebula tidak akan membuang waktunya lebih lama lagi hanya untuk menunggu Bulan. Bagi Nebula, waktu itu berharga, dan ia tidak akan membuang-buang waktu berharganya tersebut.

"So, gue harus ke sekolah atau bolos?" tanya Bulan pada pantulan wajahnya di cermin. "Kalau gue bolos, kemungkinan gue bakalan kena semprot Nebula terus gue di hukum guru dan kemungkinan terparah, uang jajan gue di potong sama Orion kalau sampai Nebula ngadu. Tapi kalau gue datang ke sekolah, gue belum siap ketemu Bintang dan Mentari. Gue belum siap ngeliat mereka mesra-mesraan di depan gue. Omo! I kudu ottoke now?" cerocosnya sembari menjambak rambut frustasi.

Tiba-tiba Bulan menggebrak meja riasnya. "Tapi kalau gue gak masuk, makin besar peluang Mentari untuk dekat sama Bintang. Gak! gak! Mentari gak boleh dekat sama Bintang dan gue gak mau Bintang semakin tertarik sama Mentari."

Bulan telah menentukan pilihannya. Ia menyambar tasnya di kasur dan menyampirkannya ke pundak. Bulan memutuskan untuk datang ke sekolah. Tetapi ketika ia hendak membuka pintu, Bulan kembali ke depan cermin riasnya dan menghela napas.

"Serius gue harus ketemu sama Bintang?" pertanyaan bodoh. Bintang adalah teman sekolah bahkan sekelas dengannya. Mana mungkin ia tidak bertemu dengan Bintang. Sekuat apapun Bulan menghindar dari Bintang, tetapi saja mereka akan bertemu.

Bulan melirik jam di pergelangan tangannya. Sekarang waktu telah menunjukkan hampir pukul setengah delapan pagi. Selama itukah ia berpikir hanya untuk memutuskan, datang ke sekolah atau tidak. Benar-benar hal yang sama sekali tidak berguna dan membuang-buang waktu dengan percuma.

Sekali dua kali, Bulan kembali berpikir. Dan pada akhirnya ia benar-benar memutuskan untuk datang ke sekolah. Ia harus bisa bersikap santai, seolah tidak pernah terjadi apa-apa antara dirinya dan Bintang. Bulan harus bersikap seperti biasa, ketika ia belum mengenal Bintang.

Bulan baru saja keluar dari kamar ketika ia lupa membawa sesuatu. Akhirnya ia kembali masuk dan mengambil sebotol wewangian dengan merk yang terkenal lalu memasukkannya dalam tas. Botol kecil itu akan menjadi senjata agar ia bisa di ijinkan masuk ke area sekolah tanpa mendapat hukuman.

Bulan & Bintang [TELAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now