Tiga Puluh

16.4K 1.9K 137
                                    

Bulan membelokkan mobilnya di tengah guyuran hujan yang cukup deras. Setelah mengantar Bulan ke rumah sakit untuk mengecek keadaan perut gadis itu yang beberapa hari lalu mengalami masalah, Bintang mengajak Bulan untuk mencari makan.

Perutnya sudah berteriak minta di isi. Begitu pula dengan Bulan yang sedari tadi merengek minta makan, namun tidak tahu ingin makan apa.

"Lan, kita udah tiga kali bolak balik disini dan lo belum tahu mau makan apa?" Bintang menggeram kesal karena gadis plin plan di sampingnya ini.

Tadi Bulan mengatakan ingin makan ketoprak, lalu ganti menjadi nasi goreng, ganti lagi menjadi soto ayam, tetapi Bulan kembali berubah pikiran dan masih memikirkan apa yang ingin ia makan.

"Hujan-hujan gini sih enaknya makan yang ada kuahnya," ujar Bulan sembari memikirkan makanan apa yang enak di makan ketika sedang hujan seperti ini.

Bintang mendengus kesal, "Mendingan lo beli nasi terus siram pakai teh hangat biar ada kuahnya!" jawab Bintang mulai kesal.

"Yaudah, mie ayam aja deh," putus Bulan akhirnya memilih mie ayam sebagai menu makan malamnya kali ini. Bulan memang tidak bisa lepas dari mie ayam. Sehari tanpa mie ayam, Bulan tidak semangat.

Sementara Bintang hanya bisa menghela napas dan pasrah menuruti kemauan Bulan. Padahal jelas-jelas tadi Bintang telah menawarkan mie ayam pada Bulan, namun gadis itu menolak. Lalu sekarang, dengan rasa tidak bersalah, Bulan memutuskan untuk makan mie ayam. Wanita memang sulit di mengerti jalan pikirannya.

Bintang menghentikan mobilnya persis di depan sebuah warung mie ayam kesukaan Bulan. Dengan riang, Bulan keluar dari dalam mobil dan berlari masuk ke warung tersebut untuk menghindari hujan yang turun dengan cukup deras.

Bintang mengekor. Ia memilih tempat duduk sementara Bulan memberitahu pesanan mereka kepada sang penjual.

Memang benar, hujan-hujan seperti ini paling enak makan makanan yang berkuah dan mie ayam adalah salah satu pilihan terbaik.

"Yeaayy," sorak Bulan begitu senang ketika mie ayam pesanannya tiba.

Tanpa berlama-lama lagi, Bulan mencampurkan saus, kecap dan sedikit sambel ke dalam mangkuknya, lalu mengaduknya hingga rata, dan menyantapnya tanpa perduli jika mie ayam itu masih panas.

"Pelan-pelan Bulan, mienya masih panas," ucap Bintang memperingati Bulan.

Bulan mengangkat senyumnya dan mengunyah mie di dalam mulutnya sembari mengipasnya dengan tangan agar panasnya menghilang. Dan yang dilakukan Bintang hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan Bulan yang menggemaskan. Bintang merasa seperti anak alay yang baru mengenal kata cinta.

"Bintang.." Bulan bersuara dengan mulutnya yang terisi penuh.

Bintang hanya mendongak menatap Bulan tanpa bersuara karena ia sedang memasukan gulungan mie ke dalam mulutnya.

"Bintang," panggil Bulan untuk kedua kalinya. "Waktu itu kan lo pernah bilang, kalau gue ini bukan kriteria cewek yang lo suka. Terus, kenapa bisa lo sayang sama gue?"

"Gaktau."

"Bintang, gue serius."

Bintang menghentikan pergerakannya dan menatap Bulan dengan begitu intens. "Cukup gue ngaku ke lo kalau gue sayang sama lo, apa itu belum bisa buat lo tenang?"

"Bukan gitu maksud gue."

"Lan.." Bulan merapatkan bibirnya. "Kriteria cewek yang gue mau memang bertolak belakang sama apa yang ada di diri lo. Tapi hati gak bisa di atur, Lan. Gue sama sekali gak pernah punya pemikiran untuk suka apalagi sampai sayang sama lo."

Bulan & Bintang [TELAH DITERBITKAN]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें